Menko Luhut: Tiket Masuk Candi Borobudur Rp 750 Ribu Belum Final, Diputuskan Minggu Depan

Sebagai situs sejarah, Candi Borobudur memiliki berbagai kerentanan dan juga ancaman.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 05 Jun 2022, 20:30 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2022, 20:30 WIB
Tiket Masuk Borobudur Bakal Naik, Apakah di Semua Kawasan atau di Bagian Cand Saja?
Tiket Masuk Borobudur Bakal Naik, Apakah di Semua Kawasan atau di Bagian Cand Saja?  foto: Instagram @luhut.pandjaitan  

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, pemerintah akan membatasi kuota pengunjung Candi Borobudur. Selain itu, pemerintah juga akan menaikkan tarif bagi wisatawan yang akan naik ke area stupa Candi Borobudur. Langkah ini guna menjaga Warisan Budaya Dunia.

“Candi Borobudur itu kan cagar budaya Indonesia yang ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Dengan relief yang sarat makna khususnya bagi umat Buddha dan kita umat manusia, penting bagi kita semua memberi perhatian khusus untuk menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara tersebut,” ungkap Menko Luhut dalam keteranga ntertulis, Minggu (5/6/2022).

Sebagai situs sejarah, Candi Borobudur memiliki berbagai kerentanan dan juga ancaman. Berdasarkan kajian dari berbagai ahli yang memberikan masukan kepada Pemerintah, kondisi situs bersejarah itu saat ini mulai mengalami pelapukan. Selain itu, perubahan iklim, erupsi gunung berapi, gempa bumi, juga menjadi tantangan tersendiri.

“Silahkan cek atau tanya ke teman-teman pengelola di sana. Belum lagi perilaku pengunjung yang suka melakukan vandalisme, menyelipkan benda tertentu di sela-sela batu candi, membuang sampah sembarangan, dan yang lebih parah adalah tidak bisa menghargai Candi Borobudur sebagai situs umat Buddha. Ini semua kan perlu penanganan khusus,” lanjutnya.

Meskipun demikian, Menko Luhut mengatakan bahwa Ia juga aware dengan kekhawatiran dan masukan yang muncul dari masyarakat mengenai tarif untuk turis lokal yang dianggap terlalu tinggi.

Merespons hal itu, Menko Luhut mengatakan bahwa rencana tarif masuk Candi Borobudur yang muncul saat ini belumlah final, karena masih akan dibahas dan diputuskan oleh Presiden di minggu depan.

“Saya mendengar banyak sekali masukan masyarakat hari ini terkait dengan wacana kenaikan tarif untuk turis lokal. Karena itu nanti saya akan minta pihak-pihak terkait untuk segera mengkaji lagi supaya tarif itu bisa diturunkan. Saya sampaikan terima kasih kepada semuanya atas perhatian yang begitu besar kepada warisan budaya kebanggaan kita semua ini,” terang Menko Luhut.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Turis Asing dan Pelajar Sudah Pasti

Ribuan Lampion Hiasi Malam Waisak di Candi Borobudur
Biksu saat memimpin doa sebelum pelepasan lampion sebagai tanda puncak perayaan Tri Suci Waisak 2566 BE/2022 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tegah, Senin (16/05/2022) malam. Sebanyak 2022 lampion diterbangkan oleh biksu, umat Buddha serta wisatawan sebagai simbol harapan dan perdamaian untuk dunia. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)

Namun, Menko Luhut memastikan bahwa rencana kenaikan tarif untuk turis asing menjadi USD 100 tidak akan berubah. Begitu pula tarif untuk pelajar tetap sesuai rencana yang sebelumnya disampaikan, yakni Rp 5.000.

Sementara untuk sekedar masuk ke kawasan Candi, tarifnya juga tetap di angka Rp 50 ribu seperti saat ini. Menko Luhut juga mengatakan berdasarkan masukan yang diterima, pihaknya tengah mempertimbangkan untuk menyediakan tarif khusus bagi warga Provinsi Jawa Tengah dan DIY.

Menko Luhut mengatakan bahwa nantinya semua calon turis yang ingin mengunjungi Candi Borobudur diwajibkan untuk melakukan reservasi secara online. Hal ini dilakukan untuk mengatur aliran pengunjung.

Warga lokal pun juga akan diajak untuk lebih berkontribusi. Semua turis nantinya harus menggunakan tour guide dari warga lokal sekitar kawasan Candi Borobudur. Selain itu, turis diwajibkan untuk menggunakan sandal khusus “upanat” supaya tidak merusak tangga dan struktur bangunan yang ada di candi. Sandal ini akan diproduksi oleh warga dan UMKM di sekitar Candi Borobudur.

“Sebagai bangsa yang kaya dengan budaya, kita tentu tidak mau dianggap tidak bisa menjaga kelestarian warisan budaya kita sendiri. Jadi memang diperlukan treatment khusus untuk mewujudkan upaya itu,” pungkasnya.

Tiket Masuk Candi Borobudur Naik, Daya Saing Pariwisata Indonesia Jadi Turun

Ribuan Lampion Hiasi Malam Waisak di Candi Borobudur
Peserta menerbangkan lampion sebagai tanda puncak perayaan Tri Suci Waisak 2566 BE/2022 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tegah, Senin (16/05/2022) malam. Setelah sempat ditiadakan selama pandemi, pelepasan ribuan lampion di Pelataran Candi Borobudur pada Waisak tahun ini kembali diselenggarakan. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)

Wakil Ketua Umum Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Budijanto Ardiansyah, mengaku terkejut saat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan berencana menaikan tarif tiket masuk Candi Borobudur hingga 15 kali lipat lebih tinggi.

"Berita kenaikan tiket masuk TW (Taman Wisata) Candi Borobudur ini memang cukup mengagetkan dan membuat resah para pelaku industri pariwisata, terutama anggota ASITA," kata Budijanto kepada Liputan6.com, Minggu (5/6/2022).

Sebagai informasi, Menko Luhut hendak menaikkan ongkos masuk ke Candi Borobudur, dari Rp 50 ribu per orang untuk wisatawan domestik (dewasa) menjadi Rp 750 ribu per orang. Sementara harga tiket untuk wisatawan mancanegara melonjak empat kali lipat, dari USD 25 per orang (dewasa) menjadi USD 100 per orang.

Budijanto menilai, kenaikan tarif masuk Candi Borobudur tersebut terkesan kontradiktif dengan usaha pemulihan di sektor pariwisata yang dicanangkan oleh pemerintah. "Kenaikan ini akan membuat daya saing kita dengan negara-negara tetangga semakin jauh," imbuh dia.

Di satu sisi, ia coba mewajari alasan pemerintah yang ingin menjaga kelestarian kawasan Candi Borobudur dengan membatasi kuota pengunjung setiap hari. ASITA dan para pelaku industri pariwisata pun merasa tidak dilibatkan dalam membuat kebijakan tersebut.

"Tapi kenaikannya yang sampai berapa kali ratus persen itu sangat tidak realistis. Pembatasan pengunjung dapat dipahami, tapi kenaikan harga yang gila-gilaan kurang dapat dipahami," cetus dia.

"Dalam mengeluarkan satu kebijakan seharusnya pemerintah membuat analisa yang tepat dan mendiskusikannya dulu dengan asosiasi dan industri. Semoga ini didengar oleh para pembuat keputusan untuk dapat mengkoreksi kembali kebijakannya," pungkasnya.

Infografis Candi Prambanan
Infografis Candi Prambanan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya