Survei BI: Masyarakat Makin Yakin Ekonomi Indonesia Membaik

Keyakinan konsumen pada Mei 2022 yang menguat didorong oleh meningkatnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Jun 2022, 12:45 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2022, 12:45 WIB
Selama PPKM, Inflasi Agustus 2021 Diperkirakan 0,04 Persen
Pengunjung membeli kebutuhan pokok di Pasar Lembang, Tangerang, Selasa (24/8/2021). Bank Indonesia (BI) memperkirakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) alias inflasi akan berlanjut pada bulan Agustus 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat cukup optimistis bahwa kondisi ekonomi Indonesia akan terus menguat. Hal ini terindikasi dalam survei keyakinan konsumen yang dihelar oleh Bank Indonesia.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, dalam survei konsumen Mei 2022 yang dijalankan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2022 sebesar 128,9. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang ada di angka 113,1.

Peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen terpantau pada seluruh kategori pengeluaran, usia, dan tingkat pendidikan responden. Secara spasial, peningkatan IKK terjadi di hampir seluruh kota cakupan survei, dengan yang tertinggi di kota Bandung, diikuti kota Pangkal Pinang dan Mataram.

"Keyakinan konsumen pada Mei 2022 yang menguat didorong oleh meningkatnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini," jelas dia dalam keterangan tertulis, Kamis (9/6/2022).

Peningkatan tersebut terjadi pada persepsi terhadap penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama (durable goods).

Persepsi konsumen terhadap penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat pada Mei 2022 dimana kenaikan terjadi pada seluruh seluruh kelompok pengeluaran.

Berdasarkan kelompok usia, pada Mei 2022, Indeks Penghasilan Saat Ini juga terindikasi meningkat pada seluruh kategori usia responden.

Penguatan keyakinan konsumen pada Mei 2022 juga didorong oleh meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan, terutama ekspektasi terhadap kondisi usaha ke depan.

Untuk diketahui, Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan sejak Oktober 1999. Sejak Januari 2007 survei dilaksanakan terhadap kurang lebih 4.600 rumah tangga sebagai responden di 18 kota: Jakarta, Bandung, Bodebek, Semarang,Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal Pinang, Ambon dan Banten.

Indeks perkota dihitung dengan metodebalance score (net balance + 100) yang menunjukkan bahwajika indeks di atas 100 berarti optimis dan di bawah 100 berarti pesimis.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bank Dunia Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 5,1 Persen di 2022

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Bank Dunia merilis ramalan pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia. Khusus Indonesia pertumbuhan ekonomi diprediksi mencapai 5,1 persen pada 2022.

Prediksi ini tertuang dalam laporan Bank Dunia bertajuk laporan Global Economic Prospects. Pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun ini didukung harga ekspor komoditas yang lebih tinggi dan konsumsi domestik.

Melansir laporan tersebut, Rabu (8/6/2022), pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dari prediksi Bank Dunia sebelumnya sebesar 0,1 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi pada 2023 sebesar 5,3 persen dan 2024 sebesar 5,3 persen.

Penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia sejalan dengan Malaysia. Ramalan pertumbuhan negara jiran ini diprediksi lebih besar dari Indonesia mencapai 5,5 persen.

Bank Dunia menyebutkan pemulihan ekonomi tidak merata di seluruh wilayah, meninggalkan output di hampir dua pertiga ekonomi di bawah tingkat pra-pandemi.

Adapun pertumbuhan ekonomi Filipina didorong konsumsi secara umum menguat tahun ini. Ekonomi Thailand didukung menggeliatnya kembali pariwisata.

Meski diakui langkah lockdown imbas covid 19 telah menghambat pemulihan di beberapa Pulau Pasifik yang bergantung pada pariwisata ekonomi.

Dibayangi Inflasi, Sri Mulyani Pede Pertumbuhan Ekonomi RI 5,9 Persen di 2023

FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, optimis tahun depan pemulihan ekonomi akan terus berjalan. Hal itu disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, di Gedung DPR, Rabu (8/6/2022).

“Kita tetap optimis bahwa tahun 2023 momentum pemulihan ekonomi akan tetap bisa berjalan. Namun disisi lain kita juga melihat adanya munculnya risiko baru,” kata Menkeu.

Menkeu mengatakan, kisaran angka pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,3 persen hingga 5,9 persen yang telah ditetapkan akan menjadi bekal Pemerintah dalam menyusun RAPBN 2023.

“Kami menerima tadi range yang sudah ditetapkan dan ini akan menjadi bekal kami untuk menetapkan titik nanti pada saat menyusun RAPBN 2023,” ujarnya.

Dalam rapat kerja tersebut, Menkeu menyampaikan kepada jajaran Komisi XI DPR RI, bahwa hasil dari pertemuannya dalam forum Islamic Development Bank memang membahas mengenai risiko global yang dirasakan, dan menjadi bahan pembahasan dalam Governor's Roundtable.

“Dimana kita membahas mengenai munculnya resiko terutama dari sisi kenaikan inflasi karena harga-harga energi dan pangan, yang akan menyebabkan pengetatan dari moneter,” ujarnya.

Bendahara negara ini menyampaikan, dalam Governor's Roundtable dibahas mengenai seberapa cepat dan seberapa ketat kebijakan moneter untuk menangani inflasi, yang akan berdampak pada pelemahan dari sisi produksi.

Maka, hal ini akan terus menjadi bahan pembahasan pada level makro policy di semua forum baik forum ekonomi dan keuangan, termasuk pihaknya juga akan membahas dalam pertemuan G20 mendatang.

“Jadi di dalam konteks ini nanti kita akan lihat dampaknya kepada pembahasan kita adalah tadi kalau seandainya pengetatannya cepat dan tinggi ketat. Maka dampak terhadap kelemahan ekonomi global akan terlihat spillover nya ke seluruh dunia,” ujarnya.

 

 

Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya