Bank Mandiri Bidik 16 Juta Pengguna Livin hingga Akhir 2022

Tren transaksi nasabah Bank Mandiri saat ini didominasi oleh Livin'.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Jun 2022, 12:23 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2022, 12:23 WIB
Bank Mandiri Pimpin Pangsa Pasar Sindikasi Indonesia
Ilustrasi nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Labuan Bajo - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) optimistis pengguna platform digital perseroan, Livin’ by Mandiri akan tumbuh pesat tahun ini. Hingga akhir tahun, perseroan menargetkan hingga 16 juta pengguna terdaftar (user register) di aplikasi Livin’ by Mandiri.

"Sekarang di 13 juta. Kita harapkan sampai akhir tahun bisa 16 juta user register untuk Livin’ by Mandiri," ungkap SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi, dikutip Jumat (17/6/2022).

Hingga akhir Mei 2022, aplikasi super milik Bank Mandiri itu telah mampu melayani hingga 700 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari Rp 880 triliun.

Sementara hingga akhir tahun, perseroan menargetkan pertumbuhan transaksi minimal dua kali lipat dibanding tahun lalu. Yakni di kisaran Rp 3.000 triliun.

"Transaksi tahun lalu Rp 1.500 triliun. Tahun ini minimal double, lah, kita targetkan ke sana," imbuh Thomas.

Dengan beragam fitur dan layanan yang dimiliki, Thomas mengatakan tren transaksi nasabah Bank Mandiri saat ini didominasi oleh Livin'.

Saat ini, Livin' by Mandiri sudah mampu memproses hingga 11.000 transaksi per detik. Untuk memanjakan nasabah, dalam satu bulan terakhir, Bank Mandiri telah menyematkan dua fitur canggih ke dalam aplikasi Livin’ by Mandiri.

Kedua fitur itu adalah Livin' Investasi yang mampu memenuhi kebutuhan investasi nasabah dengan layanan pembelian reksa dana secara cepat dan mudah mulai dari Rp 100.000.

Selain itu, Bank Mandiri juga akan memperkenalkan fitur untuk memudahkan transaksi wisata hingga belanja yang selaras dengan urban lifestyle saat ini.

"Berangkat dari kebutuhan transaksi nasabah yang memerlukan layanan yang dapat diakses dengan cepat, mudah dan aman. Bank Mandiri terus memperluas kolaborasi dan integrasi dengan ekosistem digital," ungkapnya.

Dia menambahkan, kelebihan fitur-fitur teranyar Bank Mandiri yakni nasabah tidak perlu pindah aplikasi lantaran seluruh transaksi. Mulai dari pemesanan dan pembayaran, semuanya bisa dilakukan langsung di Livin’ by Mandiri.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Genjot Layanan Digital, Bank Mandiri Pastikan Tak Kurangi Karyawan

FOTO: LPS Jamin Simpanan Nasabah Sampai Rp 2 Miliar
Nasabah antre untuk melakukan transaksi perbankan di KCU Bank Mandiri Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (26/2/2021). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjamin simpanan nasabah di bank hingga Rp 2 miliar per nasabah per bank dengan syarat 3 T. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terus mengoptimalkan layanan digital. Hal itu seiring dengan tren transaksi digital yang terus meningkat.

Meski begitu, SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri, Thomas Wahyudi mengatakan perseroan tidak akan ada pengurangan jumlah karyawan.

Dia menuturkan, sumber daya manusia (SDM) perseroan akan diberdayakan untuk dapat mengikuti perkembangan terkini "Dipastikan Bank Mandiri tidak ada pengurangan karyawan," kata dia dalam Media Gathering Bank Mandiri di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditulis Jumat (17/6/2022).

"Jadi skillnya akan kita upgrade," imbuhnya.

Ke depan, SDM Bank Mandiri tidak akan lagi diarahkan ke posisi seperti teller bank atau customer service. Menyusul tren menyusutnya jumlah kantor cabang siring kian tingginya transaksi melalui kanal digital perbankan.

"Jadi fungsinya bukan yang kaya teller atau customer service, tapi lebih kepada advisor, cross selling, teman-teman akan kita karyakan lebih menjual lagi," kata dia.

 

Dorong Pengembangan Digitalisasi

Pemberdayaan UMKM Melalui Teknologi
Pengunjung mengunjungi salah satu stan pameran ivent Mekari di Jakarta, Kamis (25/4). Bank Mandiri berharap dapat memperkuat kapasitas UKM dalam mengembangkan bisnis melalui pemanfaatan teknologi digital. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saat ini, perseroan konsisten mendorong pengembangan digitalisasi untuk memenuhi seluruh kebutuhan transaksi nasabah. Perseroan optimistis akselerasi pertumbuhan ekonomi digital akan semakin masif ke depan.

Hasil Sensus Penduduk 2020 yang dirilis pada 2021 menunjukkan saat ini penduduk Indonesia didominasi Generasi Z dan milenial. Proporsi Generasi Z sebanyak 27,94 persen dari total populasi dan Generasi Milenial sebanyak 25,87 persen.

Menurut Thomas, hal itu selaras dengan tren transaksi masyarakat di masa mendatang yang akan semakin terdigitalisasi. Untuk itu, Bank Mandiri kian serius dalam mengakselerasi pengembangan layanan digital, dengan Livin' by Mandiri sebagai ujung tombaknya.

"Dalam mengembangkan layanan digital, Bank Mandiri berupaya menghadirkan produk layanan digital yang bersifat customer centric dan inovatif sehingga dapat secara cepat dan tepat menghadirkan fitur serta benefit kepada nasabah” kata dia.

Restrukturisasi Kredit Bank Mandiri Tinggal Rp 64 Triliun

FOTO: Uang Beredar pada November 2020 Capai Rp 6.817,5 Triliun
Petugas menata tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (20/1/2021). BI mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tinggi pada November 2020 dengan didukung komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat tren restrukturisasi debitur terdampak COVID-19 yang kian melandai. Hingga akhir April 2022, posisi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri menjadi Rp 64 triliun.

Secara keseluruhan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga April 2022, nilai restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 telah menuju ke Rp 606,39 triliun. Posisi ini sudah jauh lebih rendah, dari level tertingginya di akhir tahun 2020 yang menyentuh Rp 1.000 triliun.

Hal ini menandakan, tingkat kemampuan membayar debitur terus membaik yang diikuti dengan peran perbankan yang mendorong perbaikan kualitas kredit.

"Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri telah mencapai puncaknya di sekitar kuartal II 2021 dan terus menunjukkan tren penurunan secara bertahap sampai dengan April 2022," kata Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Rohan Hafas dalam keterangan tertulis, Rabu (15/6/2022).

Artinya, bila dibandingkan dengan posisi tertinggi pada Juni 2021, posisi restrukturisasi Covid-19 di Bank Mandiri telah menurun sebesar Rp 32,48 triliun. Penurunan ini berasal dari kemampuan membayar debitur yang telah menunjukkan perbaikan.

Tren penurunan restrukturisasi Covid-19 juga tercermin dalam total rasio Loan At Risk (LAR) termasuk debitur terdampak Covid-19 Bank Mandiri yang mencapai level 16,4 persen pada April 2022. Posisi tersebut telah menurun dibandingkan periode akhir tahun 2021 yang menyentuh 17,75 persen.

"Untuk menjaga kualitas kredit, Bank Mandiri secara intens melakukan monitoring termasuk melakukan Stress test secara berkala serta menerapkan early warning sign untuk memastikan posisi pencadangan berada di level optimal," imbuh Rohan.

Pada saat bersamaan, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit di akhir April 2022 yang berhasil tumbuh sebesar 12,2 persen secara yoy, jauh di atas rata-rata industri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya