Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melirik ada peluang promosi minyak sawit hasil Indonesia. Sejalan dengan tersendatnya aliran sunflower oil dari Ukraina.
Menko Airlangga memandang, ini jadi waktu yang tepat untuk mempromosikan minyak sawit. Apalagi dengan Indonesia sebagai penghasil palm oil terbesar.
Baca Juga
Menko Airlangga bersama sejumlah negara lain dalam The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) memandang peluang tersebut.
Advertisement
"Diketahui kondisi market palm oil didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Indonesia suplai sekitar 48 juta dan Malaysia sekitar 18 juta. 2 negara ini suplai 66 juta daripada vegetable palm oil ke market dan kita ketahui bahwa permintaan dunia terhadap komoditas palm oil itu sekitar 45 juta," katanya kepada wartawan, di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Selasa (19/7/2022).
Rinciannya, paling banyak konsumsi ke India sebesar 7,8 juta ton dan 7 negara Uni Eropa sebanyak 5,8 juta ton dan China 4,5 juta ton. Dengan begitu, ia melirik peluang perluasan pasar tersebut.
"Kerja sama Indonesia dan Malaysia menjadi penting karena ini menjadi kunci pada saat 5,5 juta vegetable oil dari Ukraina belum bisa keluar penuh," ujarnya.
"Ini walaupun diusahakan bahwa sunflower dari Ukraina bisa keluar melalui blacksea, dan secara bertahap kemarin keluar 2 juta, namun belum cukup," tambah dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tingkatkan Pemanfaatan
Indonesia dan Malaysia bersepakat untuk meningkatkan pemanfaatan minyak sawit di dunia. Hal ini sebagai respons terhadap krisis energi yang melanda dunia global.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan saat ini adalah momentum untuk kembali mempromosikan manfaat minyak sawit. Apalagi dengan menyasar pasar Ammerika Serikat dan Uni Eropa yang disebut cukup sensitif terhadap produk kelapa sawit.
"Dengan adanya konflik, maka suplai daripada BBM atau energi juga terdisrupsi terutama dari Rusia, salah satu yang bisa mengurangi ketergantuan dari fossil fuel itu adalah bio fuel dan kebetulan dengan situasi sekarang harga dari biofuel dan kelapa sawit harganya dekat," kata dia kepada wartawan di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Selasa (19/7/2022).
Ia menerangkan, di kawasan Barat seperti AS atau Uni Eropa biasanya harga palm oil dan minyak fossil memiliki gap yang cukup jauh. Namun, saat ini harganya mulai berdekatan.
"Sehingga ini adalah momentum untuk mengurangi ketergantungan terhadap fossil fuel dengan meningkatkan penggunan bio fuel," katanya.
Dengan begitu, ia meminta dalam The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk mendorong pemanfaatan tersebut. Dibarengi dengan persiapan kedua negara.
"Oleh karena itu, tadi dalam CPOPC, Indonesia dan Malaysia bersepakat untuk mendorong peningkatan penggunaan biofuel dan tentu dengan studi dan persiapan yang dilakukan oleh masing-masing kedua negara," ujarnya.
Advertisement
Sepakat
Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Hajjah Zuraida binti Kamaruddin mengatakan konflik Rusia-Ukraina yang terjadi saat ini mempengaruhi harga bahan bakar fosil. Sehingga ini bisa dimanfaatkan untuk promosi produk minyak kelapa sawit.
"Konflik peperangan antara Rusia dan Ukraina juga memberikan peluang kepada negara seperti Indonesia dan Malaysia sebagai penghasil palm oil," katanya.
"(tujuannya) untuk memberikan keyakinan kepada pengguna di US (United States/AS) dan EU yang selama ini masih memberikan anggapan yang tidak benar mengenai kebaikan sawit," tambah dia.
Senada dengan Menko Airlangga, ia memandang ini perlu dimanfaatkan baik oleh Indonesia maupun Malaysia untuk merambah pasar ke sana. Ia juga mengeklaim penggunaan minyak sawit lebih efisien dari sisi keuangan.
"Jadi ini adalah peluang kita untuk memanfaatkan kembali dna mendapatkan keyakinan mereka untuk terus menggunakan dan menerima hakikat bahwa kelapa sawit adalah yang terbaik dan sangat sustainable dan sangat cost effective," paparnya.