Liputan6.com, Jakarta Dukung semangat pelaku industri kreatif di Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menggelar kompetisi video kreatif bertajuk Creavid Competition dengan total hadiah sebesar Rp 100 juta. Dalam ajang ini, LPS bekerja sama dengan dan Kompas Gramedia (KG Media).
Lewat kreasi generasi milenial ini, publik diharapkan bisa lebih paham tentang investasi keuangan, agar masyarakat tidak mudah terpedaya oleh berbagai investasi bodong. Demikian dikatakan oleh Yuki Kato, aktris dan pekerja seni yang menjadi salah satu juri Creavid Competition.
Baca Juga
Dia berharap masyarakat, terutama kaum muda dengan kreatifitasnya yang tinggi, dapat ikut serta di dalam kompetisi ini. Menurutnya, selain dapat menyalurkan ide, kaum muda juga mendapatkan ilmu dan wawasan serta lebih mengetahui lagi fungsi dan peran LPS.
Advertisement
"Aku juga mengajak agar generasi milenial agar dapat ikutan kompetisi ini, sekaligus mengulik lebih lagi mengenai literasi keuangan, tahu lebih mengenai peran dan fungsi LPS, dan yang paling penting bisa memberikan sumbangsih nyata untuk meningkatkan literasi keuangan di masyarakat," ujarnya dikutip, Jumat (12/8/2022).
Menurut Sekretaris Lembaga LPS Dimas Yuliharto, kegiatan ini bertujuan sebagai wadah bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi seputar literasi keuangan dengan kemasan yang ringan dan edukatif. Kegiatan ini juga merupakan bentuk apresiasi LPS mendukung semangat anak muda pelaku industri kreatif yang tertarik pada bidang pembuatan video.
"LPS mencoba meningkatkan literasi keuangan dengan melalui Creavid Competition ini. Kami berharap dengan adanya kegiatan ini literasi keuangan akan semakin meningkat. Selain itu kami berharap kreativitas generasi muda akan semakin meningkat, kami juga berharap agar nantinya jangan sampai ada kaum muda yang terjebak investasi bodong," jelasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tingkatkan Literasi Keuangan
Tema lomba ini adalah Tingkatkan Literasi Keuangan Untuk Mendukung Perekonomian Indonesia Dalam Rangka Pemulihan Pasca Pandemi Covid-19, proses pendaftaran video dimulai pada tanggal 8 sampai dengan 28 Agustus 2022.
Juri yang akan menilai hasil karya peserta LPS CreaVid Competition ialah Yuki Kato selaku perwakilan dari pekerja seni dan aktris, Dimas Yuliharto selaku Sekretaris LPS dan Alexander Wibisono selaku Deputy GM News and Current Affairs KompasTV.
Pengumuman pemenang CreaVid Competition akan diumumkan pada tanggal 1 September 2022. Pengumuman akan dihelat secara langsung dalam acara Literasi Keuangan Terdepan Like It yang diselenggarakan oleh Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FKPPPK).
FKPPPK itu sendiri merupakan bentuk kolaborasi beberapa regulator bidang keuangan yakni LPS, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Kementerian Keuangan.
Tujuan dibentuknya forum ini antara lain untuk mendorong literasi keuangan, meningkatkan basis investor ritel, dan mengembangkan sektor keuangan Indonesia.
Lebih lanjut, sebagai apresiasi kepada pemenang dari CreaVid Competition LPS, pada akhir rangkaian kegiatan di tanggal 2 September 2022 akan ditutup oleh CreaVid Talks yang merupakan dialog seputar industri kreatif dengan suguhan hiburan yang menarik.
Kegiatan ini menghadirkan para dewan juri bersama pemenang, mereka juga akan bercerita bagaimana keseruan proses dibalik layar CreaVid Competition LPS.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
LPS: Dampak Kondisi Global ke Likuiditas Domestik Bisa Dimitigasi
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, kondisi likuiditas domestik sebenarnya Indonesia dapat mengurangi dampak pengaruh kebijakan di Amerika Serikat atau global melalui kebijakan dalam negeri yang baik.
“Kita bisa mengendalikan supply uang di dalam sistem finansial kita, dan ini sudah dilakukan oleh Bank Indonesia. Pertumbuhan M0 atau pertumbuhan uang primer mencapai 20 persen, bahkan angka terakhir menunjukkan pertumbuhannya di angka 28 persen. Artinya, sudah cukup banyak uang yang berada di sistem perekonomian kita,” kata Purbaya dalam keterangannya, Selasa (9/8/2022).
Enam+10:49Liputan6 Update: Tarif Ojek Online NaikKata dia, sering disebutkan perekonomian dunia sedang menghadapi ancaman pengetatan likuiditas. Hal tersebut berkaitan dengan tapering off yang dilakukan oleh Bank Sentral AS (The Fed), yang antara lain tujuannya untuk mengendalikan inflasi dan membawa ekonominya ke level yang lebih stabil, yaitu dengan cara menaikkan bunga dan mengetatkan kebijakan moneter.
“Di Amerika Serikat saat ini hampir resesi, diperkirakan tapering yang dilakukan Bank Sentral mereka juga hampir berakhir. Jadi kami melihat ujung dari tapering tersebut sudah sedikit terlihat. Pengetatan lebih lanjut tidak akan terlalu signifikan. Artinya kendala global, dalam hal ini dampak negatif dari pengetatan kebijakan moneter di AS, yang kita hadapi akan tidak akan sebesar seperti yang diperkirakan sebelumnya,” jelasnya.
Menurutnua, keadaan likuiditas dalam sistem finansial kita yang lebih dari cukup antara lain ditunjukkan juga oleh indikator lainnya, seperti Rasio Alat Likuid atau Non-Core Deposit (AL/NCD) ada di level 133,4 persen dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) di level 29,9 persen pada Juni 2022. Nilai ini berada di atas threshold masing-masing minimal 50 persen dan 10 persen.
“Intinya likuiditas perbankan nasional tetap terjaga dengan baik. Perlu ditekankan lagi di sini bahwa kondisi likuiditas tersebut bukan hanya tergantung kepada kondisi global saja, karena sebenarnya kondisi likuiditas perbankan ada di bawah kendali kita sendiri. Bank Sentral kita senantiasa menjaga likuiditas perbankan dan memonitor terus dari waktu ke waktu. Dan KSSK sudah menemukan cara yang jitu untuk memelihara atau menjaga likuiditas perbankan nasional,” ujat Purbaya.
Kepemilikan Asing di SBN
Lebih lanjut, menjawab pertanyaan mengenai susutnya kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) yang menurut data terakhir menyusut ke angka sekitar 15 persen. Purbaya menjelaskan bahwa ada dua sisi yang dapat dilihat dari perkembangan tersebut.
“Sisi baik dari hal tersebut adalah ketergantungan kita terhadap dana asing untuk pembangunan semakin kecil, lebih banyak uang yang bersumber dari dalam negeri yang dapat digunakan untuk membiayai misalnya pembangunan infrastruktur nasional," jelasnya.
Keuntungan lainnya adalah stabilitas pasar SBN menjadi lebih mudah dijaga karena kita tidak terlalu terpengaruh lagi oleh pegerakan investor asing di pasar obligasi. Dengan jumlah kepemilikan asing yang lebih sedikit, maka akan relatif lebih memudahkan bagi Bank Sentral maupun pemerintah dalam mengendalikan gejolak di pasar obligasi, sehingga stabilitas pasar finansial relatif lebih mudah dijaga.
Purbaya pun membandingkan dengan Jepang, dimana hampir 90 persen surat berharganya dikuasai oleh domestik.
“Jadi jika ada gonjang ganjing di pasar dunia yield government Jepang tetap stabil, dan stabilitas sistem finansial mereka tetap terjaga,” ucapnya.
Advertisement