Liputan6.com, Jakarta - China mengumumkan akan mengeluarkan dukungan untuk sekitar 300 platform dan startup digital yang membantu UKM bertransformasi digital.
Menargetkan transformasi digital 4.000-6.000 perusahaan kecil dan menengah hingga tahun 2025, program digitalisasi ini digelar oleh dua kementerian China, yaitu Kementerian Industri dan Teknologi Informasi dan Kementerian Keuangan.
Baca Juga
"Dari tahun 2022 hingga 2025, pemerintah pusat berencana mendukung pemerintah daerah untuk melakukan percontohan transformasi digital untuk usaha kecil dan menengah,” kata ketiga kementerian itu dalam pernyataan bersama, dikutip dari US News, Senin (22/8/2022)
Advertisement
Dalam program tersebut, setiap platform yang terlihat harus membantu setidaknya 10 perusahaan untuk menyelesaikan transformasi digital mereka dan bantuan dana maksimum senilai 6 juta yuan atau sekitar Rp 13 miliar.
Program ini tersedia untuk perusahaan-perusahaan di industri utama China, di antaranya pembuatan suku cadang mobil, peralatan elektronik dan produk farmasi dan kimia.
Pada tahun 2022 saja, pemerintah China berencana untuk mendukung sekitar 100 platform layanan dengan insentif untuk mempercepat digitalisasi perusahaan.
Diketahui, perusahaan kecil menjadi salah satu kontribusi ekonomi China dan sumber utama lapangan pekerjaan, tetapi banyak dari mereka terdampak pembatasan ketat selama pandemi Covid-19. tahun ini.
Menurut Akademi Informasi dan Komunikasi China, ekonomi digital berkontribusi atas 39,8 persen dari produk domestik bruto negara itu yang mencapai 45,51 triliun yuan pada 2021 lalu.
Ekonomi Lesu, Perdana Menteri China Desak 6 Provinsi Terkaya Bantu Tingkatkan Pertumbuhan
Perdana Menteri China Li Keqiang meminta 6 provinsi terkaya di negara itu untuk menawarkan dukungan ekonomi China dalam upaya meningkatkan pertumbuhan.
Provinsi-provinsi ini meliputi Guangdong, Jiangsu, Zhejiang, Shandong, Henan dan Sichuan - yang menyumbang sekitar 40 persen dari output ekonomi China.
China, telah melihat perlambatan konsumsi dan output secara tak terduga di bulan Juli 2022, imbas dampak lockdown dan pembatasan terkait Covid-19.
"Rasa urgensi harus diperkuat untuk mengkonsolidasikan fondasi bagi pemulihan ekonomi," kata PM Li Keqiang dalam pertemuan daring dengan pejabat senior 6 provinsi China, dikutip dari BBC, Kamis (18/8/2022).
Li Keqiang menyebut, maski ada fluktuasi kecil pada ekonomi China meski sudah menunjukkan pemulihan, masih ada flu.
Pemerintah akan mengambil lebih banyak langkah untuk meningkatkan konsumsi dan memperluas investasi yang efektif, tambah Li.
Diketahui bahwa kebijakan nol-Covid-19 telah secara tajam memperlambat pertumbuhan ekonomi China pada kuartal kedua tahun ini.
Dalam langkah yang jarang terjadi, bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman pada Senin (15/8) untuk memungkinkan permintaan kembali datang.
Dalam tiga bulan hingga akhir Juni 2022, Produk domestik bruto (PDB) China turun 2,6 persen.
Indikator ekonomi utama menunjukkan China mengalami kesulitan meredakan dampak lockdown terhadap bisnis manufaktur dan ritelnya.
Pada bulan Juli, penjualan ritel di China naik hanya 2,7 persen dibandingkan tahun lalu. Angka terbaru juga menunjukkan jumlah pengangguran di antara usia muda berada pada rekor tertinggi.
Adapun penurunan pada investasi properti hingga 12,3 persen bulan lalu, tingkat tercepat tahun ini, ketika China menghadapi krisis sektor properti.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Nomura dan Goldman Sachs Kembali Pangkas Proyeksi Ekonomi China 2022
Goldman Sachs dan Nomura kembali menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi China, di tengah ketidakpastian yang dipicu dari kebijakan nol-Covid-19 dan krisis energi.
Dilansir dari CNBC International, Jumat (19/8/2022) Goldman Sachs menurunkan proyeksi ekonomi China dalam setahun penuh 2022 menjadi 3,0 persen dari semula 3,3 persen.
Sementara Nomura memangkas proyeksi ekonomi China setahun penuh menjadi 2,8 persen dari 3,3 persen.
Pemotongan tersebut mewakili pesimisme yang berkelanjutan di antara bank-bank investasi atas target pertumbuhan resmi ekonomi China sebesar 5,5 persen.
Namun pada Juli 2022, pejabat China mengindikasikan ekonomi negara itu mungkin tidak akan mencapai target PDB tahun ini.
Terkait proyeksi terbarunya, ekonomGoldman Sachs mengutip data ekonomi terbaru untuk bulan Juli serta kendala energi jangka pendek karena gelombang panas yang ekstrim di China.
Seperti diketahui, China menjadi salah satu negara yang menghadapi gelombang panas terburuk dalam beberapa dekade. Masalah iklim ini membebani pasokan listrik yang sudah tertekan dan menyebabkan pengurangan produksi di beberapa wilayah negara itu.
Ekonom dari Goldman dan Nomura juga mencatat kenaikan kasus Covid-19 secara nasional serta kontraksi investasi properti yang membuat minat investasi surut.
China Pangkas Suku Bunga
Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi China datang setelah People's Bank of China secara tak terduga memangkas dua suku bunga - pinjaman kebijakan jangka menengah dan alat likuiditas jangka pendek - untuk kedua kalinya tahun ini.
Nomura dan Goldman sama-sama mencatat bahwa respons stimulus Beijing mungkin sangat terbatas.
"Berbeda dengan kekhawatiran beberapa orang tentang terlalu banyak stimulus kebijakan di semester kedua, risiko sebenarnya adalah bahwa dukungan kebijakan Beijing mungkin terlalu sedikit, terlambat dan tidak begitu efisien,” kata Nomura.
Goldman Sachs mengatakan, penurunan suku bunga yang mengejutkan tidak selalu menandakan awal dari pelonggaran yang lebih agresif, menambahkan bahwa pembuat kebijakan tidak hanya menghadapi kendala ekonomi, tetapi juga politik.
"Fokus mereka saat ini kemungkinan adalah membendung risiko penurunan lebih lanjut dan memastikan lapangan kerja dan stabilitas sosial menjelang Kongres Partai ke-20," sebut Goldman.
Advertisement