Pemerintah Targetkan Pendapatan Nasional Naik 3 Kali Lipat di 2035

Pemerintah menargetkan pendapatan nasional bruto (grss nation income) (GNI) per kapita Indonesia di tahun 2035 naik 3 kali lipat dari sekarang

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Agu 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2022, 17:41 WIB
BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen di 2019
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) meyakini pada tahun ini inflasi masih akan terkendali. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menargetkan pendapatan nasional bruto (grss nation income) (GNI) per kapita Indonesia di tahun 2035 naik 3 kali lipat dari sekarang. Artinya, pada dalam 12 tahun ke depan pendapatannya harus sekitar USD 12.000 per kapita dari USD 4.140 (per 2021).

"Dari sekarang sampai 2035 ini naik 3 kali lipat di USD 12.000," kata Airlangga dalam seminar bertajuk Tantangan Perubahan Iklim : Dimensi Ekonomi dan Politik di Jakarta, Senin (22/8/2022).

Airlangga menilai target tersebut bisa dicapai jika pemerintah bisa mengoptimalkan bonus demografi yang sedang terjadi. Mengingat saat ini Indonesia sedang menikmati bonus demografi sampai tahun 2035 mendatang.

"Kita ini dapat bonus demografi sampai 2035, artinya orang yang berusia 16-45 tahun (generasi muda) jumlahnya mencapai 60 persen," kata Airlangga.

Negara-negara maju saat ini kata Airlangga merupakan negara yang berhasil mengoptimalkan bonus demografi yang dialami. Waktu-waktu seperti ini menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara kelas menengah.

"Negara maju dicapai saat mendapat bonus demografi. Hampir tidak ada negara yang terjebak dala midle income trap, ini semua sudah lewat," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Seeblumnya

Pertumbuhan Ekonomi 2022 Akan Meningkat
Anak-anak dengan latar gedung bertingkat menikmati minuman di Jakarta, Sabtu (19/3/2022). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi, pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, dari pertumbuhan 3,69 persen pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelum tahun ini, Indonesia pernah mengalami pertumbuhan pendapatan yang cepat. Pada tahun 2008, pendapatan per kapita Indonesia sekitar USD 2.000. Lalu dalam waktu 17 tahun naik 2 kali lipat menjadi USD 4.140 per kapita di tahun 2021.

"Tahun 2008 income per kapita kita sekitar USD 2.000, dan hari ini USD 4.000 dan itu naik 2 kali lipat. Butuh waktu 16 tahun untuk naik 100 persen," kata dia.

Hal ini menunjukkan, tanpa adanya bonus demografi, butuh waktu belasan tahun agar pendapatan per kapita nasional naik 2 kali lipat. Namun dengan adanya bonus demografi, dia berharap bisa tumbuh 3 kali llipat dalam waktu 12 tahun.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Pertumbuhan Ekonomi di Era Jokowi Banyak Tak Capai Target, Intip Datanya

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Digital Economy Researcher Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda menyebut, selama pemerintah Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan banyak yang gagal mencapai target yang sudah ditetapkan.

Nailul Huda, yang mengutip data APBN memaparkan bahwa di tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 4,9 persen, lebih rendah dari target 5,7 persen.

Berlanjut pada tahun 2016, dimana pertumbuhan ekonomi menyentuh 5,02 persen atau lebih rendah dari target 5,2 persen.

Kemudian pada tahun 2019, ekonomi Indonesia tumbuh hanya 5,02 persen dari target 5,3 persen.

Hingga pada tahun 2020, ekonomi Indonesia susut -2,07 persen atau jauh dibawah target 5,3 persen, diikuti 3,7 persen pada 2021 lalu yang lebih rendah dari target 5 persen.

"Kecuali di tahun 2022, di mana realisasi triwulan II (ekonomi Indonesia) tumbuh 5,44 persen, lebih tinggi dibandingkan target APBN," kata Nailul Huda, dalam acara diskusi publik Tanggapan Atas Pidato Kenegaraan Presiden 2022, dikutip Selasa (16/8/2022).

Menurut Nailul, ekonomi Indonesia di triwulan kedua 2022 ini sangat dibantu dengan musim Ramadhan dan Lebaran, di mana pertumbuhan konsumsi masyarakat cukup tinggi.

"(Periode Ramadhan dan Lebaran) ini yang menjadikan pertumbuhan ekonomi triwulan II relatif lebih tinggi," bebernya.


KOnsumsi Masyarakat

FOTO: Presiden Jokowi Serahkan Bansos untuk Pacu Pertumbuhan Ekonomi dan Jaga Daya Beli Masyarakat
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyapa para pedagang sekaligus membagikan bantuan langsung kepada para penerima manfaat saat mengunjungi Pasar Sukamandi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Selasa (12/7/2022). Jokowi berharap agar bantuan tersebut dapat memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat pascapandemi. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Lebih lanjut, Nailul menyebut, dia tidak melihat lagi fenomena yang bisa menarik konsumsi masyarakat lebih tinggi di triwulan III maupun triwulan IV, ditambah dengan inflasi yang juga meningkat.

"Kita masih menunggu hingga akhir tahun, apakah ekonomi akan melebihi 5,2 persen atau kurang dari angka itu," ucapnya.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5,3 persen.

“Dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian nasional terkini, agenda pembangunan yang akan kita capai, serta potensi risiko dan tantangan yang kita hadapi, maka asumsi dasar ekonomi makro sebagai landasan penyusunan RAPBN 2023 adalah pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan sebesar 5,3 persen,” kata Jokowi dalam pidato Nota keuangan 2023 di Gedung DPR/MPR RI, Selasa (16/8/2022).

Di sisi lain, IMF memprediksi ekonomi Indonesia mampu tumbuh hingga 6 persen di 2023 mendatang.

"Hal ini mengartikan pesimistis Pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi, di mana lebih rendah dari proyeksi yang dikeluarkan oleh IMF," imbuh Nailul.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya