Liputan6.com, Jakarta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyerahkan progres proyek normalisasi Ciliwung ke Pemerintah Provinsin DKI Jakarta yang masih dipimpin Anies Baswedan. Ini merupakan salah satu proyek yang disebut bisa menangani banjir Jakarta.
Ketika ditanya mengenai kabar terbaru pengerjaan proyek itu, Basuki meminta hal itu ditanyakan ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Alasannya, proyek itu masih terkendala pembebasan lahan, di mana Pemprov DKI Jakarta sebagai pemilik wewenang tersebut. "Tanya pak Anies," kata dia saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Selasa (11/10/2022).
Advertisement
Basuki menegaskan, pembebasan lahan yang dulu direncanakan belum berjalan. Padahal, kelanjutan proyek ini bergantung ke tahap itu.
Informasi, normalisasi Ciliwung bertujuan untuk melebarkan sisi sungai Ciliwung. Dalam konteks ini, normalisasi dilakukan dengan metode betonisasi.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pernah mengungkap kalau dia tak sepakat dengan metode betonisasi sebagai langkah pelebaran sungai. Alasannya, betonisasi tak bisa jadi solusi satu-satunya untuk menangani banjir musiman.
Anies memilih adanya naturalisasi di bantaran sungai. Artinya, dengan adanya tumbuhan-tumbuhan sehingga membentuk ekosistem yang natural.
"Jadi jangan diartikan kalau tidak ada betonisasi, maka akan tidak ada antisipasi banjir. Antisipasi banjir tetap berjalan semuanya," kata dia beberapa waktu lalu.
Â
Sodetan Ciliwung
Masih dalam lingkup normalisasi Ciliwung, Basuki mengatakan kalau proses sodetan ciliwung ke Banjir Kanal Timur (BKT) terus berjalan. Hingga saat ini, ia mengaku ada 1 sodetan yang berhasil ditembus dari Ciliwung ke BKT.
"Sodetan sudah, sudah jalan. sodetan ciliwung ke BKT sudah jalan progres, satu terowongan sudah tembus," ujar dia.
Dia menargetkan kalau proyek sodetan Ciliwung ini bisa rampung pada Februari atau Maret 2023 mendatang. Kendati, ia tak menaruh target kapan normalisasi ciliwung secara keseluruhan bisa rampung.
Basuki masih menekankan untuk menyelesaikan proyek bendungan Sukamahi dan bendungan Ciawi. Keduanya masih jadi bagian dari upaya mengurangi risiko banjir di Jakarta.
"Belum (ditarget normalisasi ciliwung rampung), cuma nanti saya mau nyelesaikan yang bendungan di atas Ciawi, Sukamahi. Mudah-musahan Desember ini selesai," ujarnya.
Â
Advertisement
Fungsi Bendungan
Dia menerangkan kalau fungsi kedua bendungan itu tak seperti bendungan pada umumnya. Nantinya, itu akan menampung air hujan, dan kemudian arus aliran airnya akan diatur sekecil mungkin.
"Itu bukan bendungan, itu dry dam, jadi bendungan kering, itu hanya terisi kalau musim hujan kemudian kita alirkan pelan-pelan supaya dia sebagai tampungan hujan, jadi nggak langsung mengalir ke ciliwung, tapi ditahan dulu kemudian dikeluarkan sedikit-sedikit," terang dia.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sudah menyiapkan roadmap pengendalian banjir DKI Jakarta di musim hujan tahun ini.
Salah satunya, penyelesaian Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi, Kabupaten Bogor yang ditargetkan rampung Oktober 2022.
"Mengenai progresnya (Bendungan Ciawi, Bendungan Sukamahi), Insya Allah mohon doanya, itu Oktober selesai. Jadi ini sedang kami pacu sebelum sampai musim hujan 2022 insya Allah sudah selesai, bisa mengurangi, mengendalikan banjir," Direktur Jenderal SDA Kementerian PUPR Jarot Widyoko di Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Namun, proyek pengendalian banjir DKI belum selesai begitu saja. Jarot menerangkan, pengendalian banjir di ibukota erat kaitannya dengan penanganan di wilayah sungai. Penyebab utamanya, debit air yang terlampau tinggi di area penangkapan (catchment area) dari Sungai Ciliwung.
"Kami sudah mempunyai masterplan, yang pertama nanti di atas akan dibangun dua buah bendungan tadi. Itu dari sana sudah bisa mereduksi 24 persen debit pada hujan hulu di atas," ungkapnya.
Â
Mekanisme
Debit air dari Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi kemudian akan turun ke Sungai Ciliwung pintu air Simatupang dan pintu air Manggarai.
"Itu ada sodetan yang mengurangi lagi 60 meter kubik per detik, diarahkan ke Cipinang, ke BKT (Banjir Kanal Timur). Dari situ turun ke Simatupang, itu kita normalisasi. Karena apa, sungai yang dulu 50 meter sekarang tinggal berapa," jelasnya.
"Jadi kita hanya menormalkan. Menormalkan itu belum tentu bisa mengatasi. Kita tidak pernah ada statemen banjir, yang ada adalah mengatasi, mengeliminir," tegas Jarot.
Untuk proses normalisasi Sungai Ciliwung dari Simatupang ke Manggarai memakan jarak kurang lebih 33 km. Namun, yang dikerjakan baru sekitar 16 km. Setelah melewati Ciliwung, debit air kemudian akan dibawa masuk ke kolam retensi, sebelum tiba di proyek tanggul pantai.
Untuk pengerjaan tanggul pantai sepanjang 46 km, Kementerian PUPR berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Lalu perjalanan sudah dikerjakan 12 km, dan sekarang masih 33 km ada MoU-nya, Pemprov DKI 12 km, kami 11 km. Kami sudah berprogres untuk pengerjaan pengendalian pantai," pungkas Jarot.
Advertisement