Musim PHK Massal di Perusahaan Startup, Apa Masalahnya?

Maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menerpa perusahaan rintisan atau startup, baik di Indonesia maupun global menjadi perhatian banyak pihak

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Des 2022, 12:40 WIB
Diterbitkan 07 Des 2022, 12:40 WIB
FOTO: Kurangi PHK, Pemerintah Beri Kelonggaran Pegawai di Bawah 45 Tahun
Pegawai pulang kerja menyeberang di Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (12/5/2020). Pemerintah memberi kelonggaran bergerak bagi warga berusia di bawah 45 tahun untuk mengurangi angka pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi virus corona COVID-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menerpa perusahaan rintisan atau startup, baik di Indonesia maupun global menjadi perhatian banyak pihak.

Melihat fenomena ini, Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan startup melakukan PHK dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut Pandu, faktor pertama adalah dari sisi eksternal, seperti kenaikan suku bunga, inflasi dan perang.

"Ada faktor perang di awal 2022 dan terjadi kenaikan suku bunga untuk penanganan inflasi. Kenaikan suku bunga ini mempengaruhi cost of capital yang terjadi di pasar," kata Pandu dalam keterangan tertulis, Rabu (7/12/2022).

Faktor kedua, ekspektasi yang tinggi dari investor setelah melihat siklus bisnis atau business cycle yang terjadi dengan sangat cepat bagi perusahaan, khususnya sektor teknologi ketika momentum pandemi Covid-19.

"Ini bisnis cycle yang amat cepat. Saat tahun 2020 terjadi pandemi, suku bunga menurun, pemerintah membantu dan banyak tumbuh perusahaan teknologi karena banyak shifting dari offline to online. Dan banyak perusahaan teknologi berkembang lebih cepat dari yang diharapkan selama 2020 sampai 2021," lanjutnya.

Pandu pun membantah kalau besarnya gaji talenta digital startup sebagai biang kerok terjadinya badai PHK, karena SDM bukan menjadi pengeluaran terbesar perusahaan startup. Besarnya gaji yang diberikan itu adalah sebuah tren untuk mendapat talenta terbaik di beberapa tahun lalu, dan tahun ini sudah semakin menurun.

 

Bakar Duit

FOTO: Kurangi PHK, Pemerintah Beri Kelonggaran Pegawai di Bawah 45 Tahun
Pegawai pulang kerja berjalan di trotoar Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (12/5/2020). Pemerintah memberi kelonggaran bergerak bagi warga berusia di bawah 45 tahun untuk mengurangi angka pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi virus corona COVID-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menurut dia, yang menjadi faktor ketiga terjadinya badai PHK adalah karena beberapa tahun lalu perusahaan banyak melakukan bakar uang sebagai strategi mendapatkan pasar yang besar.

"Anggaran perusahaan terbesar bukan di sumber daya manusia. Banyak perusahaan kini refocus pada bisnis mereka dan dan mengurangi burning cost; entah itu di marketing cost, business processing cost, semuanya itu dikurangi secara signifikan," ungkap Pandu.

Lebih lanjut, tahun 2023 akan mengubah bentuk startup setelah badai PHK ini. Katanya, PHK telah mengajarkan perusahaan untuk kembali pada fokus bisnis mereka dan mengutamakan mengejar profit alih-alih mengejar pasar yang luas (market share).

"Saya optimis pada 2023 karena banyak reshaping dari sisi industri. Mungkin akan ada yang merger, konsolidasi, dan pemenang dari ini akan jadi ultimate winner 5-10 tahun ke depan. Dan untuk perusahaan startup baru kemungkinan kualitas di 2023 bisa sangat bagus. Karena kualitas founder sudah berpikir bukan market share tapi cari solusi yang pas dengan capital yang tidak terlalu besar," pungkasnya.

Twitter dan Meta PHK Massal, TikTok Justru Buka Lowongan Besar-Besaran

TikTok
TikTok. Dok: money.com

Platform media sosial TikTok menjadi sorotan karena berencana untuk terus merekrut karyawan baru. Hal ini bertolak belakang dengan sejumlah perusahaan teknologi di Sillicon Valley lainnya yang justru memberhentikan pembukaan lowongan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dilansir dari CNN Business, Selasa (22/11/2022) seorang sumber menyebutkan bahwa aplikasi video berdurasi pendek TikTok berkomitmen pada target mempekerjakan hampir 1.000 insinyur di kantornya di Mountain View, California, Amerika Serikat.

Target perekrutan khusus ini terkait dengan tujuan perusahaan untuk memastikan data penggunanya di Amerika Serikkat diawasi oleh tim yang berbasis di negara itu di tengah pengawasan di Washington karena hubungan perusahaan induknya ByteDance dengan China.

Berita tentang rencana perekrutan TikTok pertama kali dilaporkan oleh outlet media The Information.

CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan

Dalam sebuah pidato pekan lalu pada Bloomberg New Economic Forum di Singapura, CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan. Hal itu disampaikan menyusul isu PHK di perusahaan teknologi lain, termasuk Meta dan Amazon.

“Kami selalu lebih berhati-hati dalam hal perekrutan," ungkap Chew pada konferensi tersebut.

"Pada tahap pertumbuhan kami ini, saya pikir langkah kami, irama kami, perekrutan tepat untuk kami," tuturnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Meta mengatakan telah memangkas hingga 11.000 pekerjanya di seluruh perusahaan, dan Twitter memotong sekitar setengah stafnya di bawah pemilik baru Elon Musk.

Adapun Amazon yang juga mengkonfirmasi telah memulai PHK secara luas.

Seperti diketahui, perusahaan-perusahaan teknologi menghadapi pukulan keras dalam permintaan dan memotong ribuan posisi karena penurunan ekonomi dan kekhawatiran resesi yang meningkat.

TikTok Buka Lowongan

Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok.
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok. Kredit: antonbe via Pixabay

Situs web portal karir TikTok saat ini mencantumkan lebih dari 4.000 lowongan secara global, meskipun tidak diketahui secara jelas seberapa sering situs perekrutan itu diperbarui.

Pada bulan Oktober 2022, ketika beberapa laporan awal tentang pembekuan perekrutan dan pemotongan biaya mulai muncul dari kantor-kantor di Silicon Valley, TikTok menjadi berita utama karena mencantumkan sejumlah lowongan e-commerce baru yang tampaknya mengindikasikan bahwa mereka ingin menciptakan logistik dan jaringan pergudangan di Amerika Serikat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya