Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dan pengusaha sepakat untuk menambah kuota produksi untuk minyak goreng Minyakita. Langkah ini merespons mulai berkurangnya stok Minyakita di pasaran, sehingga mengerrk harga jual diatas harga acara tertinggi (HET).
Kepala Badan Pangan Nasional atau NFA Arief Prasetyo Adi menegaskan pihaknya siap mengawal keputusan ini. Menurutnya, upaya ini juga jadi persiapan penguatan stok menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), bulan ramadan.
Baca Juga
Arief menyebut kolaborasi antara pemerintah dan produsen melalui komitmen penambahan pendistribusian minyak goreng dapat menjaga agar kondisi kelangkaan yang terjadi di awal tahun lalu tidak terulang kembali. Diketahui, kelangkaan pernah terjadi di awal 2022 lalu karena menipisnya pasokan CPO ke dalam negeri.
Advertisement
“Hari ini (30/1/2023) di Kementerian Perdagangan, saya bersama pak Mendag membahas langkah-langkah untuk menjaga stabilisasi stok dan harga minyak goreng menjelang HBKN Puasa dan Lebaran. Kita bersama para produsen minyak goreng duduk bersama menyepakati komitmen penambahan pendistribusian minyak goreng untuk 3 bulan ke depan dan akan kita review serta evaluasi secara berkala,” ujar Arief dalam keterangannya, Selasa (31/1/2023).
Informasi, penambahan produksi dilakukan selama 3 bulan ke depan, para produsen diminta menyediakan dan mendistribusikan minyak goreng rakyat sebesar 450 ribu ton per bulan. Artinya ada peningkatan produksi 150 ribu ton dari jumlah sebelumnya, yaitu 300 ribu ton per bulan.
Selain itu, para pelaku usaha juga diminta melakukan pembinaan kepada jaringan distribusi yang dimiliki agar melakukan penjualan minyak goreng sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) di tingkat konsumen, yaitu sebesar Rp 14.000 per liter untuk minyak goreng kemasan rakyat (Minyakita) dan Rp 15.500 per kg untuk minyak goreng curah.
“Penambahan jumlah pendistribusian dari 300 ribu ke 450 ribu saya rasa cukup. Respon para produsen terhadap komitmen bersama ini juga baik dan positif, ditandai dengan penandatanganan Surat Pernyataan Komitmen oleh seluruh produsen yang hadir,” paparnya.
Bisa Amankan Pasokan
Arief meyakini, komitmen ini merupakan langkah yang baik untuk mengamankan suplai minyak goreng jelang HBKN yang dipastikan akan mengalami lonjakan permintaan. Berdasarkan data Prognosa Neraca Pangan periode Januari-Maret 2023, pada akhir Maret ini stok minyak goreng nasional diperkirakan sekitar 808 ribu ton, sedangkan kebutuhan minyak goreng nasional perbulan rata-rata sebanyak 401 ribu ton.
“Pendistribusiannya di lapangan harus kita kawal bersama-sama oleh NFA, Kemendag, Satgas Pangan. Untuk memastikan pelaksanaannya, para produsen diminta melaporkan realisasi pendistribusiannya setiap minggu. Melalui kerja sama yang baik antara pemerintah dan pelaku usaha kita optimis komoditas minyak goreng jelang HBKN Puasa dan Lebaran pada tahun ini tidak mengalami gejolak seperti tahun lalu,” ungkapnya.
Pada forum tersebut, Arief juga menekankan pentingnya kontribusi para produsen minyak goreng dalam penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) Minyak Goreng. Mengingat, tambahnya, ketersediaan CPP merupakan solusi jangka panjang untuk menjaga agar pasokan dan harga komoditas pangan tidak mengalami gejolak.
“Sesuai amanat Perpres No. 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan CPP, minyak goreng menjadi salah satu komoditas strategis yang harus ada dan dialokasikan sebagai CPP. Jadi kita minta kepada para produsen agar minyak goreng rakyat (Minyakita) itu bisa dialokasikan ke Bulog dan ID Food untuk kita kawal harga dan pendistribusiannya,” paparnya.
Menurut Arief, saat ini keberadaan Minyakita terbilang efektif dalam menjaga stok dan harga minyak goreng di tingkat konsumen.
“Beberapa kali saya bersama pak Mendag kunjungan ke pasar tradisional dan modern market minyak tersebut ada dan tersedia, dan harganya tidak jauh berbeda sekitar 14.500 per kg. Maka kita dukung supaya para produsen mempercepat dan meningkatkan distribusi dan ada cadangan pemerintah yang bisa kita alokasikan bersama-sama,” ujarnya.
Advertisement
Tak Ingin Kelangkaan Terjadi Lagi
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, pihaknya tidak ingin kelangkaan minyak goreng yang terjadi di tahun lalu terjadi lagi. Untuk itu, pasokan minyak goreng harus ditambah sebagai persiapan untuk menghadapi lonjakan permintaan HBKN puasa dan lebaran pada Maret-April ini.
“Kita sudah putuskan tidak merubah aturan, tapi kita sepakat para produsen minyak goreng ini agar menambah suplainya untuk dalam negeri dari 300 ribu ton menjadi 450 ribu ton per bulan. Sampai April kita lakukan evaluasi,” ujarnya.
Ia berharap, dengan penambahan supply sebanyak 50 persen ini Minyakita dapat kembali membanjiri pasar sehingga masyarakat bisa membeli minyak goreng dengan harga terjangkau sesuai HET.
Pihaknya juga menekankan, dengan pelaksanaan penambahan supply ini maka diperlukan peningkatan pengawasan jalur distribusi D1 dan seterusnya termasuk e-commerce oleh Stagas Pangan dan fungsi pengawasa terkait.
Penyebab Kelangkaan
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan membantah adanya praktik nakal dari pengusaha dalam produksi minyak goreng Minyakita. Dia menyebut, bukan faktor itu yang menyebut Minyakita langka di pasaran.
Diketahui, dalam beberapa waktu belakangan, Minyakita dikabarkan mulai sulit didapatkan di beberapa daerah. Sekalipun ditemukan, harganya berada diatas harga eceran tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter.
"Bukan (pengusaha kurangi produksi), karena sekarang semua cari Minyakita barangnya bagus high quality tapi harganya Rp 14.000, kalau (minyak goreng) premium kan ada yang Rp 20 (ribu) lebih kan, ini sama (kualitasnya) harganya Rp 14.000 ya dicari orang," ungkapnya saat ditemui di Shangri-La Hotel, Jakarta, Senin (30/1/2023).
Dia menyebut kalau produksi untuk Minyakita memang terbatas, hanya dijatah 300 ribu ton per bulan. Namun, dengan permintaan yang banyak, membuat stok di pasaran lebih cepat habis.
"Jadi semua orang ibu-ibu carinya Minyakita, padahal jatahnya 300 ribu ton per bulan. Ya tentu di pasar jadi kurang," tegasnya.
Selain itu, penyebab lainnya adalah kurangnya pasokan CPO untuk bahan baku minyak goreng. Ini disebabkan adanya kebutuhan CPO untuk membuat bahan bakar B35. Menurutnya, kebutuhan untuk membuat B35 sebesar 13 juta ton.
"Kita merubah B20 jadi B35, B20 nyedot CPO 9 juta (ton), begitu berubah jadi B35, nambah 4 juta (ton), jadi 13 juta (ton) disedot," paparnya.
Advertisement