Silicon Bank Valley Bangkrut, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

Regulator keuangan tiba-tiba menutup Silicon Valley Bank (SVB) usai alami penarikan dana besar-besaran. Lalu bagaimana dampaknya ke Indonesia?

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Mar 2023, 12:38 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2023, 12:38 WIB
Silicon Valley Bank Ditutup Tiba-Tiba oleh Regulator Keuangan AS
Silicon Valley Bank ditutup tiba-tiba oleh regulator keuangan Amerika Serikat, bagaimana dampaknya ke ekonomi Indonesia? (Foto: Instagram @siliconvalleybank)

Liputan6.com, Jakarta - Silicon Valley Bank (SVB) bangkrut dan ditutup regulator keuangan Amerika Serikat (AS) pada Jumat, 10 Maret 2023. Silicon Valley Bank yang bangkrut tersebut karena aksi bank run atau penarikan dana besar-besaran sehingga memukul bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat (AS).

Demikian mengutip dari euronews.com, Senin (13/3/2023). Penutupan Silicon Valley Bank itu terjadi setelah the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga, menakut-nakuti calon investor dari lembaga keuangan yang terkenal karena hubungannya dengan perusahaan rintisan teknologi dunia dan modal ventura.

Kejatuhan Silicon Valley Bank tersebut menjadi kegagalan terbesar lembaga keuangan yang berbasis di Amerika Serikat sejak Washington Mutual runtuh pada puncak krisis keuangan pada 2008. Lalu bagaimana dampak penutupan Silicon Valley Bank terhadap ekonomi Indonesia?

Ekonom BCA, David Sumual menuturkan, penutupan Silicon Valley Bank merupakan masalah yang terisolasi di perbankan Amerika Serikat. Ia menilai, sentimen Silicon Valley Bank sedikit berpengaruh ke pasar modal, tetapi tidak signifikan ke ekonomi Indonesia.

“Mungkin ada sedikit pengaruh ke volatilitas pasar modal. Dampaknya tidak signifikan ke ekonomi Indonesia. Secara institusional kita sudah jauh lebih baik pascakrisis 1997,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 13 Maret 2023.

Selain itu, David menilai, Silicon Valley Bank tidak terlalu besar, dan diharapkan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mungkin tidak terlalu hawkish sehingga diharapkan berdampak positif untuk rupiah.

“Fed malah kemungkinan tidak terlalu hawkish sehingga positif buat rupiah,” kata dia.

David menilai, kejadian penutupan Silicon Valley Bank ini dapat menjadi pembelajaran bagi bank nasional. Silicon Valley Bank alami kebangkrutan setelah alami penarikan dana oleh pemilik dana karena neraca keuangannya memburuk. Di sisi lain bisnis SVB dan depositnya, menurut David terlalu terkonsentrasi di startup.

“Mungkin ini bisa menjadi study case juga buat bank nasional dalam me-manage balance sheetnya,” kata dia.

Sementara itu, Direktur PT Panin Asset Management, Rudiyanto menuturkan, dampak Silicon Valley Bank tutup terhadap Indonesia belum diketahui. Akan tetapi, FDIC, semacam lembaga penjamin simpanan (LPS) di Amerika Serikat, menurut Rudiyanto bergerak cepat. "Mudah-mudahan dapat ditangani dengan baik," ujar dia.

Bursa Saham Asia Tersungkur di Tengah AS Berupaya Bendung Risiko Silicon Valley Bank

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Senin, (13/3/2023) seiring regulator Amerika Serikat (AS) mengumumkan deposan dan lembaga keuangan yang terkait dengan Silicon Valley Bank. Hal ini dipandang sebagai langkah untuk membendung risiko sistemik lebih lanjut.

Dikutip dari CNBC, Senin, 13 Maret 2023, Silicon Valley Bank pekan lalu ditutup oleh regulator, setelah nasabah menarik simpanan sebesar USD 42 miliar atau sekitar Rp 649,22 triliun (asumsi kurs Rp 15.457 per dolar AS) pada Kamis, 9 Maret 2023.

Di Jepang, indeks Topix merosot 2,01 persen, dan memimpin penurunan di Jepang. Indeks Nikkei 225 tergelincir 1,6 persen seiring SoftBank melihat penurunan 1,2 persen. Di Australia, indeks ASX 200 terpangkas 0,55 persen seiring saham bank melemah.

Indeks Kospi susut 0,5 persen dan Kosdaq terpangkas 1,4 persen seiring selama akhir pekan dilaporkan pejabat Korea Selatan menyuarakan kekhawatiran volatilitas pasar yang lebih besar menjelang Silicon Valley Bank tutup.

Di China, Kongres akan diakhiri dengan konferensi pers oleh Perdana Menteri Li Qiang yang baru diangkat. Semalam, saham berjangka dari indeks utama Amerika Serikat melonjak setelah pengumuman backstop dengan indeks S&P 500 berjangka naik 1,18 persen dan indeks Nasdaq 100 berjangka bertambah 1,35 persen. Indeks Dow Jones berjangka naik 277 poin.

 

Ekonom Goldman Sachs Sebut Runtuhnya Silicon Valley Bank Tak Berpengaruh ke Asia

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Ekonom Asia Pasifik Goldman Sachs Andrew Tilton menuturkan, prospek ekonomi kawasan itu tidak mungkin terpengaruh dari kejatuhan Silicon Valley Bank.

“Sejauh ini ditangani relatif cepat oleh regulator dan tidak menyebar ke entitas tambahan di luar yang telah dicatat sejauh ini, maka kita cenderung tidak melihat dampak signifikan pada prospek pertumbuhan Asia,” ujat Tilton kepada CNBC.

Ia menegaskan, perkiraan perusahaan untuk ekonomi China dan menekankan sebagian besar akan didorong oleh pembukaan kembali setelah kebijakan nol COVID-19.

“Kami terus mengharapkan pertumbuhan ekonomi China 5,5 persen tahun ini. Sebagian besar didorong oleh pembukaan kembali dan mungkin kurang sensitif terhadap masalah khusus ini,” tutur dia.

 

CEO Silicon Valley Bank Greg Becker Jual Saham Rp 55,7 Miliar Sebelum SVB Kolaps

Silicon Valley Bank (Foto:Instagram @siliconvalleybank)
Silicon Valley Bank (Foto:Instagram @siliconvalleybank)

Sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) Sillicon Valley Bank (SVB) Greg Becker menjual saham USD 3,6 juta atau sekitar Rp 55,77 miliar (asumsi kurs Rp 15.493 per dolar AS) berdasarkan rencana perdagangan.

Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Senin (13/3/2023), penjualan saham oleh CEO Silicon Valley Bank Greg Becker kurang dari dua minggu sebelum perusahaan mengungkapkan kerugian besar yang menyebabkan kegagalannya. Penjualan 12.451 saham pada 27 Februari adalah pertama kali dalam lebih dari setahun Becker menjual saham di perusahaan induk SVB Financial Group, menurut pengajuan peraturan. Ia mengajukan rencana yang memungkinkan penjualan saham pada 26 Februari 2023.

Pada Jumat, 10 Maret 2023, Silicon Valley Bank gagal setelah seminggu kekacauan yang dipicu oleh surat yang dikirim perusahaan kepada pemegang saham kalau mereka akan mencoba untuk meningkatkan modal lebih dari USD 2 miliar atau sekitar Rp 30,97 triliun setelah alami kerugian. Pengumuman tersebut membuat saham SVB anjlok, bahkan saat Becker mendesak klien untuk tetap tenang.

Baik Becker dan SVB tidak segera menjawab pertanyaan tentang penjualan sahamnya, dan apakah CEO mengetahui rencana bank untuk upaya peningkatan modal ketika dia mengajukan rencana perdagangan. Penjualan saham dilakukan melalui kepercayaan yang dapat dibatalkan yang dikendalikan oleh Becker, menurut pengajuan.

Rencana yang Telah Disusun Sebelumnya

Tidak ada yang ilegal tentang rencana perdagangan perusahaan seperti yang dipakai Becker. Rencana itu dibuat oleh Securites and Exchange Commision pada 2000 untuk mengagalkan kemungkinan perdagangan orang dalam. Idenya adalah untuk menghindari penyimpangan dengan membatasi penjualan pada tanggal yang telah ditentukan sebelumnya di mana seorang eksekutif dapat menjual saham, dan waktunya dapat saja kebetulan.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya