Melambat! Ekonomi AS Cuma Tumbuh 1,1 Persen di Kuartal I 2023

Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa ekonomi negara itu tumbuh 1,1 persen yoy di kuartal pertama 2023.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Apr 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2023, 12:30 WIB
Indeks harga konsumen Amerika Serikat
Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa ekonomi negara itu tumbuh 1,1 persen yoy di kuartal pertama 2023. (Patrick T. FALLON/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Perekonomian Amerika Serikat menunjukkan perlambatan dalam tiga bulan pertama tahun ini, karena bisnis mengurangi investasi dengan tingginya biaya pinjaman.

Melansir laman BBC, Jumat (28/4/2023) Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa ekonomi negara itu tumbuh 1,1 persen yoy di kuartal pertama 2023.

Angka pertumbuhan ekonomi AS itu turun dari tingkat 2,6 persen pada kuartal sebelumnya, meskipun belanja konsumen kuat.

Presiden AS Joe Biden mengatakan, dia melihat pelambatan sebagai penyesuaian yang diperlukan setelah ekonomi kembali berjalan normal pasca pandemi.

"Hari ini, kami belajar bahwa ekonomi Amerika tetap kuat, karena bertransisi ke pertumbuhan yang stabil ," katanya dalam sebuah pernyataan menyusul laporan data ekonomi AS.

Laporan terbaru tentang produk domestik bruto - ukuran terluas dari aktivitas ekonomi menunjukkan perekonomian AS kini telah tumbuh selama tiga perempat berturut-turut.

Seperti diketahui, perekonomian AS mengalami kontraksi pada paruh pertama tahun lalu, karena arus perdagangan melamban saat pandemi dan biaya pinjaman yang tinggi menyebabkan penurunan tajam dalam penjualan rumah.

Tetapi pasar kerja yang kuat telah membuat belanja konsumen - pendorong utama kegiatan ekonomi AS - tangguh, meskipun biaya hidup meningkat.

Pengeluaran di antara masyarakat AS naik 3,7 persen pada kuartal pertama 2023.

Namun, sejumlah ekonom dan pengamat masih memperkirakan ekonomi AS akan jatuh ke dalam resesi tahun ini.

"Secara keseluruhan, data mengonfirmasi pesan dari indikator lain bahwa meski pertumbuhan ekonomi melambat, namun belum runtuh. Namun demikian, dengan sebagian besar indikator utama resesi masih menyala merah dan hambatan dari kondisi kredit yang lebih ketat masih berlanjut, kami memperkirakan pelemahan yang lebih nyata," kata Andrew Hunter, wakil kepala ekonom AS untuk Capital Economics.

.

Ekonom Masih Prediksi AS Bakal Resesi

Indeks harga konsumen Amerika Serikat
Pelanggan menelusuri kios makanan di dalam Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, California, Jumat (11/3/2022). Laju inflasi Amerika Serikat (AS) pada Februari 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun. Ini didorong naiknya harga bensin, makanan dan perumahan. (Patrick T. FALLON/AFP)

Seperti diketahui, Bank sentral AS dalam beberapa bulan terakhir telah mendorong laju suku bunga menjadi lebih dari 4,75 persen, bergerak agresif untuk meredakan tekanan inflasi.

Inflasi AS telah menurun kembali, menjadi 5 persen di bulan Maret, tetapi tetap lebih tinggi dari target Federal Reserve sebesar 2 persen.

Sementara itu, perusahaan - perusahaan di AS dilanda PHK besar besaran termasuk konsultan Deloitte, 3M, pengecer Gap, dan raksasa teknologi Meta.

"Pertumbuhan PDB sebagian besar ditahan oleh konsumen saat ini, tetapi pertumbuhan belanja konsumen tampaknya telah kehilangan momentum selama satu atau dua bulan terakhir," kata ekonom di Wells Fargo, Jay Bryson.

"Kami memperkirakan bahwa ekonomi AS akan tergelincir ke dalam resesi, yang kami perkirakan akan menjadi tingkat keparahan sedang, pada paruh kedua tahun ini," sebutnya.

Mulai Melandai, Inflasi AS Capai 5 Persen di Maret 2023

Mengenal Konsep Inflasi dalam Ekonomi
Ilustrasi Konsep Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Inflasi di Amerika Serikat kembali menunjukkan peredaan pada Maret 2023, ketika kenaikan suku bunga Federal Reserve mulai menunjukkan dampak yang lebih besar. 

Melansir CNBC International, Kamis (13/4/2023), data inflasi AS di mana indeks harga konsumen, yang menjadi ukuran biaya barang dan jasa di AS, naik 0,1 persen menjadi 5 persen pada Maret 2023.

Sementara indeks harga konsumen inti, yang tidak termasuk biaya pangan dan energi di AS, meningkat 0,4 persen menjadi 5,6 persen pada tingkat tahunan.

Adapun biaya pangan di AS yang turun 0,3 persen pada Maret, menandai penurunan pertama sejak September 2020. Namun negara itu masih mengalami kenaikan harga telur hingga 10,9 persen bulan ini.

Sedangkan biaya hunian naik sebesar 0,6 persen, kenaikan terkecil sejak November 2022. Sebagai informasi, biaya hunian menyumbang sekitar sepertiga dari bobot indeks harga konsumen AS dan diawasi dengan ketat oleh The Fed.

"Ketika ekonomi melambat, harga konsumen akan melambat lebih jauh dan akan membawa inflasi lebih dekat ke target jangka panjang The Fed sebesar 2 persen," kata effrey Roach, kepala ekonom AS di LPL Financial.

"Pasar kemungkinan akan bereaksi positif terhadap laporan ini karena investor semakin percaya bahwa pertemuan The Fed berikutnya mungkin menjadi pertemuan terakhir ketika Komite menaikkan tingkat target dana," jelasnya.

Kemudian harga kendaraan bekas, yang menjadi kontributor utama lonjakan inflasi AS pada tahun 2021, turun 0,9 persen di bulan Maret menjadi 11,2 persen. Biaya perawatan medis di negara itu juga turun 0,5 persen untuk bulan tersebut.

Perlambatan yang Berlanjut

Penyebab Munculnya Inflas Pada Pertumbuhan Ekonomi Negara
Ilustrasi Penyebab Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Data menunjukkan bahwa sementara inflasi masih jauh di atas target The Fed, setidaknya masih menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang berkelanjutan.

Seperti diketahui, The Fed menargetkan inflasi AS sekitar 2 persen sebagai tingkat pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan.

Stabilnya laju inflasi AS didukung oleh penurunan biaya energi sebesar 3,5 persen dan indeks pangnan yang tidak berubah.

Selama setahun terakhir, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak sembilan kali dengan total 4,75 poin persentase, laju pengetatan tercepat sejak awal 1980-an.

Salah satu sektor utama yang ditargetkan bank sentral AS adalah pasar tenaga kerja. Kekurangan pekerja telah membantu mendongkrak upah dan harga, situasi yang agak mereda dalam beberapa bulan terakhir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya