Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 1 Persen, Dipicu Pengetatan Pasokan

Kekhawatiran perlambatan ekonomi global membatasi kenaikan harga minyak dunia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Mei 2023, 07:28 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2023, 07:28 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik satu dolar per barel setelah tiga sesi berturut-turut menurun. Kenaikan harga minyak dunia didorong prospek pengetatan pasokan di Kanada dan di tempat lain, meskipun kekhawatiran resesi terus menekan pasar.

Terpantau, harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,06, atau 1,4 persen menjadi USD 75,23 per barel. Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di posisi USD 71,11 per barel, naik USD 1,07, atau 1,5 persen.

"Kebakaran hutan berkobar di Alberta, Kanada, menutup pasokan minyak mentah dalam jumlah besar, dan harga naik karena kekhawatiran akan memburuk," kata Analis Mizuho Robert Yawger melansir laman CNBC, Selasa (16/5/2023).

Setidaknya produksi 300.000 barel setara minyak per hari (boepd) ditutup pada minggu lalu di Alberta. Pada tahun 2016, kebakaran hutan melumpuhkan lebih dari satu juta boepd produksi di sana.

Pasokan minyak mentah global juga bisa mengetat di paruh kedua karena OPEC+ - Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia - merencanakan pengurangan produksi tambahan.

"Pemotongan OPEC+ cenderung memiliki dampak yang lebih besar saat kita melewati musim panas, karena upaya sebelumnya untuk menyeimbangkan pasar diimbangi oleh kelemahan musiman dan pelepasan cadangan strategis," kata Analis Third Bridge Peter McNally.

AS dapat mulai membeli kembali minyak untuk cadangan minyak strategis setelah menyelesaikan penjualan yang diamanatkan kongres pada bulan Juni, kata Menteri Energi Jennifer Granholm kepada anggota parlemen pada hari Kamis.

Kekhawatiran perlambatan ekonomi global membatasi kenaikan harga minyak. Pekan lalu, tolok ukur minyak turun selama empat minggu berturut-turut.

Ini menjadi penurunan mingguan terpanjang sejak September 2022, karena kekhawatiran resesi AS dan risiko gagal bayar utang pemerintah pada awal Juni.

"Jika kondisi kredit mereda selama beberapa bulan mendatang, meredakan kekhawatiran ekonomi untuk ekonomi terbesar dunia, harga minyak mentah dapat bangkit kembali tanpa bantuan tetapi tampaknya sedikit prematur pada saat ini," kata analis OANDA Craig Erlam.

Harga Minyak Pekan Lalu

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Harga minyak dunia turun kurang lebih 1 persen pada perdagangan Jumat. Dengan penurunan ini harga minyak dunia telah jatuh selama tiga pekan berturut turut.

Pelemahan harga minyak dunia ini karena adanya kekhawatiran pelaku pasar akan gangguan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan China akan mempengaruhi permintaan akan minyak mentah.

Mengutip CNBC, Sabtu (13/5/2023), harga minyak mentah Brent berjangka turun 81 sen atau 1,1 persen menjadi USD 74,17 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 83 sen atau 1,2 persen menjadi USD 70,04 per barel.

Kedua tolok ukur harga minyak dunia tersebut telah turun sekitar 1,5 persen di pekan ini jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Nilai tukar Dolar AS naik dengan kekuatan moderat terhadap euro pada hari Jumat dan menuju kenaikan mingguan terbesar sejak Februari. kenaikan dolar AS ini terjadi karena ketidakpastian seputar plafon utang AS dan kebijakan moneter mendorong peralihan ke instrumen safe haven dibanding yang berisiko tinggi.

 

Resesi

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Dolar AS yang lebih kuat membuat harga minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Kurangnya kepercayaan pada ekonomi diterjemahkan menjadi mengumpulkan dolar AS yang lebih aman, dan juga menyebabkan pesimisme tentang permintaan minyak dunia," kata partner di Again Capital LLC di New York, John Kilduff.

Kekhawatiran memuncak bahwa AS yang merupakan konsumen minyak dunia akan memasuki resesi, dengan pembicaraan tentang plafon utang pemerintah AS ditunda dan kekhawatiran tumbuh atas bank regional lain yang dilanda krisis.

Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan pada hari Jumat bahwa Federal Reserve atau Bank Sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap tinggi.

Hal ini menambahkan beban pada bulan ini karena kenaikan suku bunga sudah berarti akan menahan laju pertumbuhan ekonomi sehingga permintaan akan minyak mentah pun juga melambat.

Sementara itu, data harga konsumen China bulan April naik pada kecepatan yang lebih lambat dari pada bulan Maret, meleset dari ekspektasi. Hal ini menambah lagi keraguan tentang pemulihannya dari pembatasan COVID yang mendorong pertumbuhan permintaan minyak mentah.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya