Sektor Keuangan Indonesia Terjaga, Permodalan Kuat dan Likuiditas Aman

Mahendra mengatakan, dewan komisioner menyoroti sektor jasa keuangan dalam negeri yang terjaga stabil di tengah divergensi perekomonian global.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Jul 2023, 12:10 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 12:10 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan bahwa kinerja perekomonian nasional terpantau positif dengan tekanan inflasi yang mereda dan kembali ke rentang target Bank Indonesia yaitu kisaran 4 persen yoy.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan topik yang menjadi pembahasan dalam Rapat Dewan Komisioner OJK pada 27 Juni 2023. Dewan komisioner (DK) menyoroti sektor jasa keuangan dalam negeri yang terjaga stabil di tengah divergensi perekomonian global.

Ketua OJK menjelaskan, divergensi adalah perbedaan langkah langkah yang diambil otoritas dunia terutama di negara ekonomi besar, berkaitan dengan kondisi perekomonian nasional masing masing negara.

"Ini yang menjadi sorotan dan tema dari pertemuan atau rapat dewan komisioner bulanan OJK pada tanggal 27 Juni 2023. Yang menilai bahwa sektor jasa keuangan nasional Indonesia tetap terjaga stabil dengan permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai, serta kinerja intermediasi yang kembali meningkat," kata Mahendra dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring pada Selasa (4/7/2023).

Dewan Komisioner OJK juga menyoroti rilis data perekomonian global yang menunjukkan divergensi perkembangan ekonomi negara negara utama, sehingga respon kebijakan yang diambil mereka juga menunjukkan divergensi.

Salah satunya adalah Amerika Serikat, di mana The Fed menahan kenaikan suku bunga kebijakan seiring mulai meredanya tekanan inflasi.

Namun, dengan masih ketatnya pasar tenaga kerja. di tengah kinerja perekomonian yang di atas ekspektasi, The Fed mensinyalkan masih akan ada kenaikan suku bunga tahun ini.

"Kebijakan menaikkan suku bunga juga ditempuh bank sentral Eropa, karena tingkat inflasi di beberapa negara Eropa persisten tinggi. Sementara di Tiongkok, pemerintah dan bank sentral mengeluarkan stimulus dan justru menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus melemah," papar Mahendra.

Ekonomi Domestik

Sementara di domestik, kinerja perekomonian nasional terpantau positif dengan tekanan inflasi yang mereda dan kembali ke rentang target Bank Indonesia yaitu kisaran 4 persen yoy. Namun, angka ini menurun dari yang tercatat di bulan April 2023 sebesar 4,33 persen.

Adapun optimisme konsumen yang meningkat, dan kinerja sektor rill juga terpantau positif. Neraca perdagangan, di tengah penurunan pelemahan harga komoditas utama ekspor Indonesia juga mencatatkan surplus di Mei 2023, tambah Mahendra.

OJK pun juga menyoroti kinerja perekomonian nasional yang dinilai relatif lebih baik dibandingkan negara negara lain atau peers. Kemajuan ini didukung oleh resiliensi sektor keuangan. Hal itu dibahas dalam rilis laporan article IV consultation oleh IMF.

"Kinerja positif perekomonian turut didukung oleh stabilitas sistem keuangan yang solid," imbuh Mahendra.

 


Skenario Terburuk

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pernyataan tersebut menanggapi pandangan fraksi terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen hingga 5,7 persen dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN Tahun 2024. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Masih seputar rilis laporan yang sama oleh IMF, menunjukkan dalam skenario ekonomi memburuk, stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap dapat terjaga dengan baik, dengan buffer permodalan dan likuiditas perbankan yang dimiliki diperkirakan mampu menyerap risiko yang muncul.

"Sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terus berlangsung, kinerja korporasi turut terangkat," kata Mahendra.

"Asesmen pertama OJK sampai dengan kuartal pertama 2023, menunjukkan jumlah korporasi dalam tekanan, yang sempat meningkat selama pandemi, dan bahkan meninggalkan scaring effect atau luka memar di beberapa sektor telah menunjukkan penurunan," ungkapnya.

Ketua OJK menyampaikan, bahwa pihaknya mendukung transisi yang baik atau mulus dari era pandemi dengan melakukan normalisasi kebijakan secara bertahap. Sehingga tidak menimbulkan guncangan.

"Kebijakan ini akan ditempuh secara terukur sehingga tidak menimbulkan moral hazard. OJK juga telah meminta perbankan dan perusahaan pembiayaan untuk terus membentuk perancangan yang baik guna mengantisipasi berbagai ketidakpastian yang bersumber dari perekomonian ke depan," tutup Mahendra.

Infografis Indonesia Masuk Resesi Ekonomi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Indonesia Masuk Resesi Ekonomi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya