Ini Sosok Gubernur Bank Sentral Perempuan Pertama Australia, Emban Tugas Berat

Michele Bullock ditunjuk sebagai gubernur Bank Sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA) perempuan pertama pada bulan Juli 2023.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Sep 2023, 11:30 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2023, 11:30 WIB
Bendera negara Australia - AFP
Michele Bullock ditunjuk sebagai gubernur Bank Sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA) perempuan pertama pada bulan Juli 2023. - AFP

Liputan6.com, Jakarta Bank Sentral Australia baru saja mencetak sejarah baru, setelah resmi menugaskan Michele Bullock sebagai gubernur perempuan pertama untuk Bank Sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA).

Melansir CNN Business, Selasa (19/9/2023) Bullock mengambil alih kepemimpinan menyusul gelombang kritik atas kenaikan biaya hidup di Australia semasa jabatan pendahulunya.

Bullock ditunjuk sebagai gubernur RBA pada bulan Juli 2023, menggantikan Philip Lowe, yang mengundurkan diri setelah menyelesaikan masa jabatannya selama tujuh tahun yang tidak diperpanjang.

Lowe telah menghadapi seruan untuk mengundurkan diri dalam beberapa bulan terakhir menyusul kecaman dari masyarakat terkait kenaikan biaya pinjaman di masa depan.

Bullock mengambil kendali bank sentral di bawah tekanan untuk merombak budaya hierarki setelah adanya tinjauan pemerintah, dan untuk menurunkan inflasi.

Shane Oliver, kepala strategi investasi dan kepala ekonom di AMP, penyedia jasa keuangan Australia, mengungkapkan bahwa dia memandang pengangkatan Bullock sebagai “kabar baik,” terutama karena RBA telah berhasil mengatasi berbagai isu, salah satunya pengangguran.

"Ada banyak perdebatan menjelang perubahan bahwa mungkin (orang lain) akan ditunjuk, tapi menurut saya hal itu tidak bisa dibenarkan,” katanya kepada CNN.

Bullock bergabung dengan RBA pada tahun 1985 tak lama setelah ia lulus dari universitas.

Sedangkan, Lowe, yang juga telah menghabiskan waktu puluhan tahun di bank sentral Australia, diperkirakan akan menjalani masa jabatan berikutnya, sampai ia tergelincir karena krisis biaya hidup, menurut Oliver.

Pada tahun 2021, Lowe mengatakan bahwa suku bunga utama yang mempengaruhi seluruh suku bunga di Australia – mungkin tidak akan naik hingga tahun 2024, berdasarkan kondisi ekonomi pada saat itu dan perkiraan RBA.

 

Inflasi di Australia

Hotel yang Didirikan Diaspora Indonesia di Australia Tembus 30 Besar Hotel Bintang Terbaik Versi TripAdvisor
Ilustrasi Sidney, Australia. (dok. Rijan Hamidovic/Pexels)

Seperti negara maju lainnya, Australia mengalami lonjakan inflasi yang besar dalam beberapa tahun terakhir, dan kenaikan suku bunga dianggap penting untuk membantu mengekang inflasi.

Inflasi Australia telah menurun dari 7,8 persen pada kuartal terakhir 2022 menjadi 6 persen pada kuartal kedua 2023.

Meskipun tingkat suku bunga pada bulan Juni jauh di atas target resmi sebesar 2 persen hingga 3 persen, “Saya pikir mereka telah berhasil menurunkan inflasi, dan permintaan dalam perekonomian juga menurun,” Imbuh Oliver.

Sebagai perbandingan, inflasi di Amerika Serikat dan Eropa masing-masing sebesar 3,7 persen dan 5,3 persen pada bulan Agustus.

Australia Dilanda El Nino, Tingkatkan Risiko Kebakaran Hutan dan Kekeringan Parah

ilustrasi kemarau dan kekeringan
(Foto: Tama66/Pixabay) Ilustrasi kemarau dna kekeringan.

Badan Meteorologi Australia (BoM) pada Selasa (19/9/2023), mengonfirmasi bahwa El Nino sedang terjadi. Pola iklim itu berisiko menyebabkan musim kebakaran hutan dan kekeringan yang parah.

Kabar tersebut datang saat Australia tengah dilanda panas yang tidak sesuai musimnya. BoM pun memperingatkan akan terjadi lebih banyak lagi suhu panas di masa mendatang.

Peramal cuaca Karl Braganza mengatakan bahwa peningkatan suhu permukaan di Samudra Pasifik dapat berdampak pada Australia hingga awal tahun depan.

"Musim Panas ini akan lebih panas dari rata-rata dan tentunya lebih panas dibandingkan tiga tahun terakhir," katanya, seperti dilansir France24, Rabu (20/9).

El Nino rata-rata terjadi setiap dua hingga tujuh tahun sekali dan biasanya berlangsung antara sembilan hingga 12 bulan.

Pada Juli, Organisasi Meteorologi Dunia PBB menyatakan El Nino sudah berlangsung dan ada kemungkinan 90 persen hal itu akan berlanjut pada paruh kedua tahun 2023.

El Nino biasanya dikaitkan dengan pemanasan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Fenomena ini dapat menyebabkan kekeringan parah di Australia, Indonesia, dan wilayah lain di Asia bagian selatan, ditambah dengan peningkatan curah hujan di bagian selatan Amerika Selatan, Amerika Serikat bagian selatan, Tanduk Afrika, dan Asia Tengah.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya