Liputan6.com, Jakarta Penggunaan teknologi Kecerdasan Buatan (AI) Generatif berpotensi membuka kapasitas produksi sebesar USD 243,5 miliar atau setara Rp 3,8 kuadriliun pada ekonomi Indonesia.
Angka itu setara dengan 18 persen PDB Indonesia pada tahun 2022 lalu.
Baca Juga
Hal itu diungkapkan dalam laporan “Dampak Ekonomi AI Generatif: Masa Depan Pekerjaan di Indonesia” yang dikeluarkan oleh Access Partnership dalam kerja sama dengan ELSAM dan dengan dukungan Microsoft.
Advertisement
Guna merealisasikan peluang tersebut, laporan tersebut membeberkan tiga aspek yang perlu menjadi perhatian, yaitu (1) Meningkatkan akses dan pemakaian, (2) Manajemen risiko, serta (3) Mendorong inovasi – semuanya dengan menyertakan elemen tanggung jawab sebagai fondasi utama.
“Generasi baru AI, yakni AI Generatif, membantu kita untuk berinteraksi dengan data dalam cara-cara baru. Mulai dari merangkum teks, mendeteksi anomali, hingga mengenali gambar. Antarmukanya yang berbentuk natural language memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan teknologi ini menggunakan bahasa sehari-hari, dan kemampuannya sebagai reasoning engine membantu kita mengidentifikasi pola serta menarik insights secara jauh lebih cepat," kata Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir, dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Senin (30/10/2023).
Lebih Efisien
Lebih lanjut Dharma menjelaskan, kombinasi kedua kapabilitas tersebut memungkinkan setiap orang dan organisasi untuk memiliki copilot-nya sendiri; mencetuskan kreativitas, mengakselerasi penemuan, dan meningkatkan efisiensi.
"Ketika dimanfaatkan secara bertanggung jawab, seluruh hal ini akan berdampak positif pada perekonomian," ucapnya.
Tanggapan Microsoft
Microsoft melihat, dampak positif dari AI Generatif memang besar. Teknologi ini bahkan sudah mulai diintegrasikan oleh berbagai organisasi lintas skala serta industri dalam kegiatan operasional bisnis dan kehidupan sehari-hari.
Salah satu dari aktivitas itu adalah personalisasi dalam pelayanan pelanggan, meningkatkan edukasi mengenai jenis teknologi baru, atau mencari ide baru.
“Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana AI dapat membantu orang untuk bisa fokus melakukan elemen-elemen esensial dalam setiap pekerjaannya, bukan menggantikan orang tersebut. Sebab, bagaimanapun juga AI hanya dapat bekerja dengan data yang diberikan manusia, dan dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi manusia,” ujar Dharma.
Namun, penggunaan teknologi AI tentunya memerlukan infrastruktur yang memadai serta tenaga kerja terampil. Kapabilitas natural language dan reasoning engine AI Generatif pun mampu mendemokratisasi AI
Pada pelaksanaannya, keterampilan-keterampilan baru tetap perlu dikuasai – seperti memberikan instruksi (prompt), melakukan evaluasi analitis, dan menyelesaikan masalah.
Advertisement
Penggunaan AI
Selain itu, regulasi AI yang mengatur pengembangan serta penggunaan AI secara bertanggung jawab juga berperan penting untuk memaksimalkan manfaat atau dampak positif teknologi tersebut.
Ajar Edi, Director of Government Affairs, Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam menyampaikan bahwa “Dalam masyarakat demokratis, salah satu prinsip dasar kita adalah tidak ada seorang pun yang kebal hukum. Itulah sebabnya, kami merasa tepat bagi regulator dan pembuat kebijakan untuk meningkatkan pengawasan, serta mempertimbangkan undang-undang dan peraturan baru".
Kami akan terus berupaya untuk terlibat secara aktif dengan membagikan pengalaman dan insights kami terkait praktik-praktik AI yang bertanggung jawab. Kami juga telah merilis whitepaper bertajuk Governing AI: A Blueprint for the Future, yang berupaya menjawab pertanyaan mengenai bagaimana kita perlu mengelola AI,” imbuhnya.