Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi buka suara terkait penyebab kenaikan harga cabai rawit merah lebih dari Rp 100.000 per kilogram (kg) di sejumlah daerah.
Arief menyebut, produksi semua jenis cabai memang tengah mengalami penurunan akibat El Nino. Kondisi ini diperparah oleh sejumlah sentra produksi yang belum memasuki musim panen raya.
Baca Juga
Advertisement
"Saat ini produksi semua jenis cabai memang tengah mengalami penurunan akibat El Nino dan saat ini belum memasuki panen raya," kata Arief dalam keterangannya di Jakarta, Ranu (8/11).
Berdasarkan informasi dari pedagang, harga cabai rawit merah rata-rata di jual Rp 70.000 per kg di Pasar Induk Kramat Jati. Sedangkan, harga cabai rawit di pasar tradisional atau pengecer dijual lebih tinggi sekitar Rp80.000 sampai Rp90.000 per kg.
"Bahkan di sejumlah daerah sudah tembus lebih dari Rp 100.000 per kilogram," ungkap Arief.
Untuk menekan harga jual, pihaknya mendatangkan sebanyak 2,4 Ton (80 coly) cabai rawit merah yang dikirim dari Petani Sulawesi Selatan ke Jakarta pada Minggu (5/11).
Penguatan Kerja Sama
Selain itu, pihaknya juga mendorong penguatan kerja sama antar daerah (KAD) untuk membuat produksi pangan di daerah surplus agar terdistribusi ke daerah defisit secara merata untuk menjaga kestabilan harga. Ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo.
"Kita sudah identifikasi sentra cabai di luar Jawa seperti di Sulsel yang siap memasok ke wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya." ungkap Arief.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa mengatakan segera setelah kedatangan cabai dari Sulsel, pihaknya bersinergi dengan Dinas KPKP DKI Jakarta, Dinas Perdagangan DKI Jakarta, Satgas Pangan, PD Pasar Jaya, IKAPPI dan PIKJ untuk melakukan intervensi langsung di 5 (lima) Pasar tradisional/pengecer di beberapa wilayah di Jakarta.
"Kedatangan tahap awal cabai dari Sulsel ini dipasok ke lima pasar tradisional/pengecer yaitu Pasar Inpres Senen 1 ton, Pasar Serdang 300 kg, Pasar Jembatan Lima 500 kg, Pasar Kemayoran, 300 kg dan Pasar Cipete sebanyak 300 kg. Selanjutnya Badan Pangan Nasional akan terus memasok CRM ke pasar-pasar turunan sampai harga kembali normal," ujar Ketut.
Harga Cabai Makin Pedas, Mentan Amran Mau Bagi-Bagi Bibit Buat Tanam di Rumah
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berencana untuk membagi-bagikan bibit cabai kepada masyarakat yang mau menanam secara mandiri di rumahnya. Menurutnya, upaya ini bisa mencukupi untuk konsumsi di tiap rumah.
Diketahui, harga cabai merah pada pekan pertama November 2023 mencapai Rp 53.998 per kg. Kemudian harga cabai rawit menyetuh Rp70.272 per kg.
Mentan Amran bilang, guna menyiasati harga tinggi itu, perlu dilakukan gerakan menanam secara mandiri.
"Ya kita harapkan ada pembagian bibit. Pak Dirjen, KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) galakan tanam cabe 5-10 pot di rumah bisa mencukupi (kebutuhan konsumsi) keluarganya," kata dia di Kantor Kementerian Pertanian, ditulis Rabu (8/11/2023).Dia mengatakan, pembagian bibit itu ditarget bisa dilakukan tahun depan. Nanti anggarannya akan ditanggung oleh Kementan.
"Iya, yang butuh bibit saya katakan anggarkan, tahun depan mungkin ya. Tapi bisa mulai sekarang kalau ada," jelasnya.
Harga Cabai Makin Pedas
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan harga komoditas pangan mengalami kenaikan. Diantaranya harga cabai merah, cabai rawit dan gula pada awal November 2023.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyebut 3 komoditas tersebut yang paling mempengaruhi indeks perkembangan harga (IPH).
Untuk cabai merah terjadi kenaikan di 335 daerah, cabai rawit di 312 daerah dan gula di 289 daerah.
"Oleh sebab itu, tiga komoditas yang perlu menjadi perhatian," ujar Amalia dalam acara Rapat Koordinasi Pengendalian Fiskal Tahun 2023 Dirangkaian dengan Penyerahaan Insentif Fiskal, Jakarta (6/11).
Ia menyampaikan rata-rata harga cabai merah pada pekan pertama di bulan November 2023 mencapai Rp53.998 per kg. Kemudian harga cabai rawit menyetuh Rp70.272 per kg dan gula pasir Rp16.386 per kg.
"Secara spasial hampir semua kabupaten dan di Sumatera, Jawa mengalami kenaikan harga cabai merah dan rawit. Di luar Sumatera dan Jawa ada beberapa IPH yang dipengaruhi oleh kenaikan harga beras," jelasnya.
Advertisement
Kenaikan IPH Tertinggi
Adapun 10 kabupaten/kota dengan kenaikan IPH tertinggi di pulau Sumatera diantaranya Sarolangun, Banyu Asin, Pagar Alam, Lampung Tengah, Bangka Barat, Pringsewu, Seluma, Pariaman, Pemukal Abab Lematang Ilir, dan Rejang Lebong.
Sedangkan 10 kabupaten/kota di Pulau Jawa antara lain Jombang, Bandung Barat, Kebumen, Serang Pandeglang, Serang, Tegal, Karanganyar, Bojonegoro, Semarang dan Gunung Kidul.
"Perkembangan harga cabai merah terus meroket dari minggu ke minggu," imbuhnya.
Penyebab Inflasi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Oktober 2023 mencapai 0,17 persen secara month to month (mtm). Angka inflasi ini lebih tinggi dari September 2023 sebesar 0,19 persen.
"Namun, inflasi Oktober lebih tinggi secara year on year (yoy) mencapai 2,56 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/11/2023).Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi Oktober 2023 terbesar disumbangkan oleh sektor transportasi sebesar 0,55 persen. Atau dengan andil 0,07 persen.
Kemudian, komoditas beras tercatat sebagai komoditas terbesar penyumbang inflasi Oktober sebesar 1,72 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,06 persen. Disusul komoditas cabai rawit dengan andil inflasi 0,03 persen, dan tarif angkutan udara 0,02 persen.
"Beras merupakan penyumbang inflasi terbesar secara tiga bulan berturut-turut (Agustus-Oktober) mencapai 1,72 persen," tegas Pudji.
Pudji menyebut, inflasi akibat harga beras masih terjadi di sebanyak 82 kota. Namun, 2 kota lainnya mengalami deflasi dan 1 kota lainnya mencatatkan stabil.
Advertisement