Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebutkan pemberian bantuan sosial (bansos) beras dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) El Nino telah berdampak langsung terhadap harga beras.
“Peningkatan harga berasnya sudah melambat dan ini berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya yang menerima BLT El Nino dan terhadap harga beras,” tutur Febrio, Jumat, 15 Desember 2023, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (16/12/2023).
Baca Juga
Ia memang telah meyakini pemberian bansos beras dan BLT El Nino dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan daya beli masyarakat terutama kelompok miskin dan rentan.
Advertisement
Kementerian Keuangan mencatat bantuan beras, daging ayam, dan telur tahap II telah disalurkan sebesar Rp 11,2 triliun untuk 21,3 juta Kelompok Penerima Manfaat (KPM) pada September-Desember 2023.
Sementara itu, untuk penyaluran BLT El Nino sebesar Rp 200 ribu akan dilakukan sebanyak dua kali pada November dan Desember 2023.
Kementerian Sosial (Kemensos) menuturkan, bantuan itu akan diberikan untuk 18,8 juta KPM senilai Rp 7,52 triliun.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tekanan komoditas beras terhadap inflasi mulai menunjukkan pelemahan pada November 2023 yakni 0,43 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
“Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi yang terjadi pada inflasi beras di akhir tahun 2022, di mana pada November tahun lalu tekanan inflasi beras melemah dibandingkan bulan sebelumnya,” ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud, Jumat, 1 Desember 2023.
Edy menuturkan, pelemahan itu disebabkan bertambahnya kota yang mengalami deflasi beras jika dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya.
Selain itu, harga beras pada tingkat produsen pun menurun, meski belum bertransmisi sampai ke level pedagang.
Sebelumnya, beras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi September dan Oktober, yakni dengan catatan inflasi masing-masing sebesar 5,61 persen dan 1,72 persen (mtm).
Sri Mulyani Sebut Harga Beras Dunia Turun 6,5%, Tapi di Indonesia Malah Naik
Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengatakan harga beras dalam negeri mengalami kenaikan 21 persen. Ia menyebut komoditas ini salah satu penyumbang inflasi di Indonesia tahun ini.
"Harga beras kita di dalam negeri naik 21 persen," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Desember 2023, Jakarta, Jumat (15/12).
Selain beras, Sri Mulyani bilang ada komoditas lain yang juga mengalami kenaikan dan menyumbang inflasi, yakni cabai dan bawang putih.
"Harga cabai juga mengalami kenaikan, bawang putih juga mengalami kenaikan. Ini yg berkontribusi terhadap inflasi yang berasal dari pangan," jelasnya.
Harga Beras Dunia Turun
Padahal harga beras secara global mengalami penurunan 6,5 persen. Bendahara Negara itu menilai penurunan tersebut disebabkan oleh ketidakpastian harga komoditas.
Ia menjelaskan tantangan geopolitik global menyebabkan beberapa harga komoditas penting bagi Indonesia mengalami penurunan, antara lain minyak brent 14,6 persen, natural gas 43,7 persen.
Kemudian batu bara 63,8 persen, CPO 14,8 persen, gandum 23,4 persen, kedelai 4,9 persen dan beras 6,5 persen
"Secara umum beberapa komoditas penting Indonesia menujukan koreksi yang cukup signifikan," imbuh Sri Mulyani.
Advertisement
Prediksi Bulog: Harga Beras Mulai Turun pada Maret 2024
Dampak fenomena El Nino, menyebabkan harga beras di Indonesia mengalami kenaikan signifikan. Dalam data Badan Pangan Nasional per tanggal 15 Desember, harga beras medium tembus Rp13.220 per kilogram.
Guna mengendalikan harga beras, Bulog melakukan operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) pada September.
Saat itu, Perum Bulog membanderol beras SPHP Rp54.500 untuk 5 kg, atau naik Rp 7.500 dari sebelumnya Rp47.000 per 5 kg. Harga tersebut masih berlaku hingga periode Desember.
Menyikapi Hal tersebut, Manager Humas dan Kelembagaan Perum Bulog, Tomi Wijaya berharap harga beras di tahun 2024 sudah berada di level normal yaitu Rp10.000 untuk kualitas premium.
"Sekarang masih Rp12.000 - Rp13.000 beras kita harapkan bisa Rp10 ribuan," ucap Tomi, di kantor Bulog, Jumat (15/12/2023).
Turun Mulai Maret 2024
Perkiraan turunnya harga beras dipicu dari panen raya yang diperkirakan terjadi pada Maret 2024. Selain itu kecukupan stok beras juga datang dari impor beras yang sudah teken kontrak pada akhir tahun 2023.
"Prinsipnya, Maret sudah panen raya kita akan upayakan produksi dalam negeri dulu apakah dibutuhkan tambahan impor beras kita menunggu situasi tanah air dan keputusan dari regulator," ujarnya.
Harga Beras Naik
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi menjelaskan harga beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau beras pemerintah mengalami kenaikan per 1 September. Semula, harga beras tersebut ukuran 5 Kg senilai Rp47.000, kini naik menjadi Rp54.500
Kenaikan ini terjadi karena harga beras Bulog per kilogramnya sudah dinaikkan menjadi Rp10.900 per Kg, dari harga eceran tertinggi (HET) sebelumnya Rp9.450 per Kg.
Arief menambahkan, faktor lainnya yang menyebabkan harga beras SPHP naik yaitu meningkatnya biaya produksi mulai dari sewa lahan, benih, harga pupuk, dan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di September-Oktober tahun 2022.
Selain itu, kenaikan harga beras SPHP tidak dipungkiri karena kurangnya ketersediaan beras yang disebabkan oleh El Nino.
Saat rapat bersama Presiden Joko Widodo, Arif menyampaikan, presiden membolehkan adanya kenaikan harga beras SPHP sebesar 20 persen. Harapannya, para petani bisa bergairah untuk menanam padi.
Reporter: Yunita Amalia
Sumber: Merdeka.com
Advertisement