Presiden Baru Harus Prioritas Lindungi Ekosistem Pertembakauan

Industri hasil tembakau merupakan kontributor penting dalam penerimaan cukai setiap tahunnya. Adapun kontribusi dari cukai rokok mencapai Rp 213,48 triliun pada 2023, atau sekitar 10 persen dari total penerimaan pajak.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 01 Mar 2024, 21:25 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2024, 21:25 WIB
Hasil panen petani tembakau.
Hasil panen petani tembakau. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Industri Sigaret Kretek Tangan (SKT) berangsur pulih setelah lebih dari satu dekade mengalami penurunan. Hal ini ditandai dengan pembukaan pabrik-pabrik Sigaret Kretek Tangan baru, khususnya di Pulau Jawa.

Melalui penambahan pabrik Sigaret Kretek Tangan baru tersebut, sektor padat karya ini diharapkan turut memutar roda perekonomian daerah. Oleh karenanya, presiden selanjutnya diharapkan bisa memberi dukungan penuh agar bisa turut menciptakan lapangan kerja baru, khususnya dari sektor pertembakauan.

Ketua Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) I Ketut Budhyman mengatakan, ekosistem pertembakauan harus dijaga atau penting untuk diperhatikan dari sisi penyediaan lapangan kerja dan serapan tenaga kerja lokal.

"Paslon manapun yang nantinya memimpin negeri ini, harapan kami untuk ekosistem pertembakauan, (khususnya) SKT, yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah Indonesia, tetap harus dilestarikan dan dipastikan keberlangsungan masa depannya," ujarnya, Jumat (1/3/2024).

"Rantai pasok industri rokok, baik SKT maupun rokok mesin, memiliki peran besar bagi perekonomian dalam negeri. Mulai dari kontribusi penerimaan cukai yang tinggi hingga penyerapan jutaan tenaga kerja," terang Budhyman.

Menurut dia, industri hasil tembakau merupakan kontributor penting dalam penerimaan cukai setiap tahunnya. Adapun kontribusi dari cukai rokok mencapai Rp 213,48 triliun pada 2023, atau sekitar 10 persen dari total penerimaan pajak. Belum lagi apabila ditambah dari kontribusi jenis pajak lainnya, seperti pajak rokok dan PPN.

Budhyman melanjutkan, keseluruhan ekosistem pertembakauan menjadi penghidupan bagi sekitar 6 juta tenaga kerja dari hulu ke hilir. Khusunya untuk segmen SKT, segmen tersebut merupakan sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja lokal di sentra-sentra produksi SKT sehingga perlu diberikan perlindungan oleh pemerintah.

“Bagi kami, di hulu hingga hilir dari ekosistem pertembakauan dibutuhkan perlindungan dan pemberdayaan melalui regulasi yang adil, berimbang, dan transparan agar segmen atau sektor industri ini dapat bertumbuh dan berdaya saing,” imbuhnya.

 

Cukai Rendah

Daun tembakau
Daun tembakau

Di kesempatan berbeda, Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Paulus Totok Lusida, menegaskan komitmennya dalam mendukung sektor padat karya, termasuk industri SKT. Keberpihakannya terhadap sektor ini akan diimplementasikan pada pengenaan cukai yang lebih rendah.

Menurut dia, sektor padat karya harus diutamakan di Indonesia, terutama untuk mengatasi resesi serta kondisi perekonomian global yang tidak stabil. Sektor padat karya yang solid akan meningkatkan resiliensi negara dalam menghadapi kondisi tersebut, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan global.

Ke depannya, Totok akan mendorong pemerintahan baru nanti agar senantiasa menciptakan lini usaha yang beriorientasi pada padat karya.

"Memang ini lah perlunya peranan dan ketegasan bahwa di dalam pemerintahan yang baru nanti, program untuk padat karya ini harus top down, clear, and clean. Harus dan wajib dilaksanakan,” kata Totok.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya