Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menginginkan usaha kecil menengah masuk dalam rantai industri nasional. Tujuannya, agar terlibat lebih luas dan akhirnya naik kelas.
Dia mengakui UMKM merupakan penopang ekonomi nasional. Hanya saja, sebagian besar UMKM dan usaha mikro masih berjalan secara mandiri dan belum terintegrasi dalam rantai pasok industri.
“Di Indonesia, banyak UMKM yang bersifat mandiri. Mereka produksi sendiri, beli bahan baku sendiri, memasarkan sendiri. Hal itu yang membuat UMKM kita sulit mengakses bahan baku, pembiayaan, maupun produksi yang lebih luas," kata Teten dalam keterangannya, Rabu (6/3/2024).
Advertisement
"Sehingga tidak terjadi transfer pengetahuan yang membuat UMKM tidak produktif. Oleh karena itu, UMKM harus menjadi bagian dari industrialisasi,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, industrialisasi jadi fokus pemerintah kedepannya. Misalnya, industrialisasi bahan baku, melalui hilirisasi agar memperbesar kontribusi ekonomi industri yang lebih besar.
“Karena kalau industri tidak tumbuh, maka lapangan kerja sulit tersedia. Akibatnya, mereka hanya bisa membuka usaha mikro. Jika makin banyak usaha mikro yang tumbuh, persaingan di level itu pun makin tinggi,” ungkapnya.
Guna menamgkap peluang ini, Menteri Teten melirik peran agregator usaha yang bisa menghubungkan pengusaha mikro dengan rantai pasok industri. Tujuannya tak lain adalah untuk mengembangkan kapasitas dan kualitas usahanya.
“Di dalam struktur ekonomi Indonesia yang didominasi usaha mikro, penting ada agregator guna mengonsolidasi wirausaha agar mereka berkembang. Selain mendorong UMKM naik kelas melalui bantuan agregator, penting juga melahirkan entrepreneur baru dari kalangan anak muda yang menguasai teknologi,” urai Teten.
Workshop Terpadu
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas UMKM tadi, Kemenkop UKM menggelar pelatihan di Provinsi Lampung. Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah mengatakan, digelarnya Workshop Terpadu ini menjadi yang pertama kali di Lampung.
Lampung dipilih karena memiliki potensi wirausaha dan start-up yang besar. Banyak perguruan tinggi yang berkontribusi dalam pengembangan inovasi dan teknologi, yang diharapkan mampu melahirkan wirausaha tangguh dan inovatif.
“Komitmen Pemerintah Provinsi Lampung menumbuhkembangkan wirausaha dan memperkuat ekosistem melalui Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kewirausahaan di mana KemenKopUKM menghadirkan program berkesinambungan, mendukung pertumbuhan dan perkembangan wirausaha Indonesia,” katanya.
Tak hanya itu, Workshop Terpadu juga bertujuan untuk menyampaikan informasi terkini dan berwawasan bagi peserta melalui tagar #BerubahDigital untuk mencapai target 30 juta UMKM onboarding, percepatan akses wiarausaha berbasis klaster dan individu, pemetaan potensi wirausaha, serta berbagi pengalaman praktis kepada peserta dan memperluas networking.
“Peserta yang hadir mencapai 350 orang dengan latar belakang beragam. Mulai dari akademisi, pelaku usaha, masyarakat, wirausaha binaan perguruan tinggi, start-up pengelolaan inkubator, hingga pendamping wirausaha,” ucapnya.
Advertisement
Curhat Pelaku Usaha
Dalam kegiatan yang diikuti oleh beragam peserta mulai dari pelaku usaha hingga agregator ini, turut digelar dialog interaktif MenKopUKM bersama CEO Elevarm Bayu Syarif Rachmat, CEO Fundex Agung Wibowo, CEO Crustea Roikhanatun Nafi’ah, dan CEO Pemimpin.id Zensa Rahman.
CEO Elevarm Bayu menegaskan, sebagian besar inovasi berhenti di laboratorium atau paper, untuk itu penting ada suatu inisiatif menjadikan produk inovasi masuk ke dalam industri dan market. Maka, di sinilah penting adanya para kolaborator atau agregator yang menghubungkan inovasi kepada market.
“Salah satu yang kita rasakan dari KemenKopUKM adalah program Pahlawan Digital. Di sana start-up benar-benar dibimbing, dipertemukan dengan investor dan market bersama UMKM dikolaborasikan dari hulu ke hilir, digitalisasi, hingga bisa membentuk kolaborasi digital supply chain,” katanya.
Senada dengan hal tersebut, CEO Crustea Roikhanatun mengatakan, untuk bisa bertahan, diperlukan berbagai upaya untuk berinovasi mengikuti perkembangan yang ada. Terutama pengetahuan dari banyak negara luar yang sudah lebih dulu menerapkan teknologi canggih.
“Produk indonesia nggak kalah bagus, tetapi hanya butuh akselerasi dalam setiap pengembangannya secara bersama-sama,” ucapnya.