ADB Ramal Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Asia 4,9 Persen di 2024

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan perekonomian di kawasan Asia tumbuh rata-rata sebesar 4,9 persen pada 2024

oleh Tira Santia diperbarui 11 Apr 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2024, 15:00 WIB
FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Asian Development Bank (ADB) memperkirakan perekonomian di kawasan Asia tumbuh rata-rata sebesar 4,9 persen pada 2024, seiring pertumbuhan ekonomi kawasan ini yang masih tetap bagus di tengah kuatnya permintaan domestik, membaiknya ekspor semikonduktor, dan pulihnya pariwisata.

Ekonom Kepala ADB Albert Park, menjelaskan pertumbuhan akan berlanjut dengan tingkat yang sama tahun depan, demikian menurut Asian Development Outlook (ADO) April 2024 yang dirilis hari ini oleh Asian Development Bank (ADB), inflasi diperkirakan akan melandai pada 2024 dan 2025, setelah terdongkrak naik oleh peningkatan harga pangan di berbagai perekonomian selama dua tahun terakhir.

Lebih lanjut, pertumbuhan yang lebih kuat di Asia Selatan dan Tenggara didorong oleh permintaan domestik dan ekspor mengimbangi perlambatan di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) akibat kemerosotan pasar properti dan lemahnya konsumsi.

India diperkirakan akan tetap menjadi mesin pertumbuhan penting di Asia dan Pasifik, dengan pertumbuhan 7,0% tahun ini dan 7,2% tahun depan. Pertumbuhan RRT diperkirakan melambat menjadi 4,8% tahun ini dan 4,5% tahun depan, dari sebelumnya 5,2% tahun lalu.

“Kami berpandangan bahwa pertumbuhan pada mayoritas perekonomian di kawasan Asia yang sedang berkembang akan stabil pada tahun ini dan tahun berikutnya,” kata Albert Park, dalam keterangannya, dikutip Kamis (11/4/2024).

Keyakinan Konsumen Membaik

Ia melihat keyakinan konsumen masih membaik dan investasi secara keseluruhan masih kuat. Permintaan eksternal pun tampaknya sudah berbalik positif, terutama dalam hal semikonduktor.

Namun, para pembuat kebijakan harus tetap waspada karena masih ada sejumlah risiko. Berbagai risiko itu termasuk gangguan rantai pasokan, ketidakpastian mengenai kebijakan moneter Amerika Serikat, efek cuaca ekstrem, dan berlanjutnya pelemahan pasar properti di RRT.

Inflasi di kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang diperkirakan akan turun ke 3,2% tahun ini dan 3,0% tahun depan, seiring berkurangnya tekanan harga global dan kebijakan moneter yang masih cukup ketat di banyak perekonomian. Namun, di luar RRT, inflasi di kawasan ini masih lebih tinggi daripada sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

 


Harga Beras

Tinjau Harga Beras di Pasar
Tim Satgas Pangan Polda Metro Jaya dan Perum Bulog mengecek kualitas beras saat melakukan peninjauan di Pasar Tomang Barat, Jakarta, Rabu (21/11). Kegiatan tersebut untuk memantau stabilitas harga beras medium di pasaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Disisi lain yang menjadi sorotan adalah harga beras, yang turut berkontribusi pada tingginya inflasi harga pangan, terutama bagi perekonomian yang bergantung pada impor. Harga beras kemungkinan akan tetap tinggi tahun ini, menurut ADO April 2024.

"Penyebabnya mencakup kegagalan panen akibat cuaca buruk dan pembatasan India terhadap ekspor beras. Kenaikan biaya pengapalan global akibat serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan kekeringan di Terusan Panama, kemungkinan juga dapat menambah inflasi di Asia, menurut laporan tersebut," ujarnya.

Untuk mengatasi kenaikan harga beras dan melindungi ketahanan pangan, berbagai pemerintah dapat memberikan subsidi yang ditargetkan kepada populasi rentan dan meningkatkan transparansi serta pemantauan pasar guna mencegah manipulasi harga dan penimbunan.

Fokus Kebijakan

Menurutnya, dalam jangka menengah dan panjang, kebijakan perlu difokuskan pada penciptaan cadangan beras strategis guna menstabilkan harga, mempromosikan pertanian berkelanjutan dan diversifikasi tanaman pangan, serta berinvestasi pada teknologi dan infrastruktur agrikultur guna meningkatkan produktivitas.

"Kerja sama regional juga dapat membantu dalam mengelola harga beras dan dampaknya, jelas laporan tersebut," ujarnya.

Kendati demikian, ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota 49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya