Liputan6.com, Jakarta - Senior Vice President Rystad Energy Jorge Leon menilai, serangan Iran ke Israel berpotensi meningkatkan risiko geopolitik di pasar minyak mentah. Di sisi lain, reaksi OPEC+ terhadap konflik Iran-Israel itu juga menjadi perhatian.
Indeks risiko geopolitik Rystand Energy naik menjadi 1,22 pada pekan pertama April. Setelah serangan Iran ke Israel pada Sabtu, 13 April 2024, indeks risiko geopolitik Rystad Energy bertambah menjadi 1,35 pada pekan kedua April 2024, level tertinggi sejak awal tahun. Bahkan jika hanya memperhitungkan 13-14 April 2024, indeks risiko geopolitik melonjak menjadi 1,41.
Baca Juga
Jelang serangan Iran ke Israel, harga minyak sudah naik pekan lalu. Harga minyak Brent di pasar spot menjadi USD 92 per barel. Sedangkan kontrak berjangka untuk Mei ditutup ke posisi USD 90,5 per barel pada Jumat pekan lalu.
Advertisement
Jorgen Leon menuturkan, ada sejumlah skenario yang akan berdampak terhadap pasar minyak imbas serangan Iran ke Israel. Salah satunya, respons OPEC+.
Jorge Leon menuturkan, hal lain yang belum diketahui secara signifikan adalah bagaimana OPEC+ akan bereaksi terhadap skenario ini.
“Meningkatnya ketegangan geopolitik tidak diragukan lagi telah mempersulit tugas OPEC+ dalam mengelola pasar minyak secara hati-hati,” kata dia dalam Market Update Rystad Energy, dikutip Senin (15/4/2024).
Saat ini, OPEC+ telah memperpanjang pengurangan produksi sukarela hingga akhir Juni. “Kelompok ini kemungkinan besar akan memutuskan apakah akan membatalkan pemotongan tersebut pada pertemuan tingkat menteri pada 2 Juni,” ujar Jorge Leon.
Menanti Respons OPEC+
Ia mengatakan, jika situasi geopolitik di kawasan ini semakin memburuk, OPEC+ dapat mengadakan pertemuan luar biasa dalam beberapa pekan mendatang.
"Dengan kapasitas cadangan hampir 6 juta barel per hari, kelompok ini dapat dengan mudah meningkatkan produksi untuk membatasi kenaikan harga jika konflik meningkat,” kata dia.
Jorge Leon optimistis OPEC+ dapat melakukan hal itu. Berikut alasannya:
1.Kenaikan harga minyak yang berkelanjutan akan kembali memicu inflasi di negara-negara Barat dan mendorong bank sentral menunda upaya normalisasi moneter sehingga menyebabkan melemahnya pertumbuhan ekonomi global.
2.Dunia saat ini sangat berbeda dengan kondisi pada 1973 ketika embargo minyak diberlakukan. “Aliansi geopolitik saat ini sudah berbeda dan OPEC tidak mengulangi kesalahan yang memicu krisis energi global dengan implikasi jangka panjang,” kata dia.
3.OPEC selalu menekankan dan membuktikan organisasi tersebut bukanlah sebuah entitas politik. “Perannya semata-mata untuk mengkoordinasikan dan menyatukan kebijakan perminyakan negara-negara anggotanya,” ujar dia.
Jorge Leon menuturkan, serangan Iran ke Israel menghadirkan pertanyaan mengenai apakah ini awal dari perang langsung antara Israel dan Iran serta sekutunya. Lalu apakah serangan Iran merupakan pembalasan yang diperhitungkan? Leon menilai, dampaknya terhadap pasar minyak akan sangat signifikan.
Advertisement
Mencermati Respons Israel dan Iran
“Kemungkinan penafsiran atas peristiwa baru-baru ini menunjukkan tindakan Iran adalah pembalasan yang terukur. Berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, Iran berpendapat serangannya adalah tindakan pembelaan diri yang sah sebagai tanggapan atas serangan terhadap konsulatnya di Damaskus yang dikatakan dilakukan oleh Israel,”
Leon menambahkan, perwakilan Iran untuk PBB menyatakan masalah ini dapat dianggap selesai dan menunjukkan tidak ada rencana agresi lebih lanjut.
Namun, pihaknya tetap menjaga kesiapan untuk menanggapi setiap serangan balik Israel. Respons Israel belum pasti untuk menentukan langkah selanjutnya. “Dalam konteks ini, berbagai skenario sedang dipertimbangkan. Hasil paling menguntungkan adalah berkurangnya ketegangan, di mana Amerika Serikat memainkan peran sangat penting,” kata dia.
Ia menuturkan, penasihat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan tidak melihat alasan untuk meningkatkan ketegangan lebih lanjut. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga aktif melakukan upaya diplomasi dengan G7 untuk mengurangi ketegangan.
“Namun, kecil kemungkinan premi risiko geopolitik akan turun ke tingkat sebelum 1 April dalam waktu dekat,” kata Jorge Leon.
Ia menuturkan, diperkirakan stabil dan menurun secara bertahap karena pasar telah memperhitungkan sebagian respons Iran dan mengantisipasinya sebelum akhir pekan.
Skenario Terburuk
Selain itu, skenario yang terburuk, menurut Jorge Leon yakni pembalasan yang kuat dari Israel dapat memicu peningkatan eskalasi yang berpotensi menyebabkan konflik regional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Dalam kondisi seperti ini, ketegangan geopolitik akan meningkat signifikan,” kata Jorge.
Selain itu, sanksi baru AS terhadap Iran dan penegakan hukum yang lebih ketat dapat berdampak lebih jauh pada harga pasar sehingga menambah tekanan ekonomi yang ada.
Advertisement