Produksi Beras Surplus, Pengamat dan Praktisi Minta BULOG Lakukan Penyerapan

Panen raya yang terjadi sejak Januari hingga April 2024 diperkirakan membuat Indonesia mengalami surplus beras.

oleh Fachri pada 30 Apr 2024, 14:35 WIB
Diperbarui 30 Apr 2024, 14:34 WIB
Kementan RI
Harga Gabah dan Beras di Berbagai Wilayah Mulai Turun Memasuki Musim Panen/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta Panen raya yang terjadi sejak Januari hingga April 2024 diperkirakan membuat Indonesia mengalami surplus beras. Hal itu pun mengindikasikan Indonesia tidak perlu melakukan impor karena produksi beras dalam negeri masih mencukupi.

Berkaitan dengan itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistika (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa pada Januari-April 2024, Indonesia berpotensi surplus beras sebanyak 850 ribu ton dan di bulan Mei 2024 mencapai 620 ribu ton.

"Terkait potensi surplus beras, terlihat bahwa Januari-April 2024 kita akan mengalami surplus beras, bahkan di bulan Mei," katanya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, Senin (29/4/2024).

Namun, Amalia catatan BPS memprediksi akan ada potensi defisit sekitar 450.000 ton. Ia menyebut, perhitungan itu belum memperhitungkan impor dan mengacu pada data produksi serta konsumsi domestik yang dilakukan melalui Fase Standing Crops maupun amatan KSA Maret 2024.

"Jika mengacu pada data BPS 2023 dan 2022 di bulan Maret, produksi saat itu masing-masing hanya 8,92 juta ton gabah kering giling (GKG) dan turun 954 juta ton GKG pada 2023," ujarnya.

Amalia juga mengungkapkan, untuk produksi Maret 2024 mencapai 5,87 juta ton GKG, dengan luas panen hanya 1,11 juta hektare. Ia memastikan peningkatan produksi beras tahun ini sebabkan oleh pergeseran tanam dan panen akibat cuaca buruk El Nino.

"Kalau kita bandingkan April tahun lalu memang terlihat ada pergeseran panen yang biasanya puncak panen ada di bulan Maret, tapi di tahun ini panen raya ada di bulan April. Panen raya April tahun ini terlihat relatif lebih tinggi dibandingkan panen raya tahun sebelumnya," ungkapnya.

Keberhasilan Kementan

Harga Jagung dan Gabah Turun
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meninjau jalannya panen raya jagung di Desa Kotaraja, Kecamatan Dulupi, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.

Pengamat Pangan dan Politik Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menyebut bahwa tingginya produksi Januari-April merupakan keberhasilan jajaran Kementan dalam menjalankan tugasnya sebagai leader pertanian. Ia menyebut, kementan sukses menambah alokasi pupuk hingga merancang solusi cepat El nNino seperti pompanisasi.

"Saya kira produksi yang dijalankan Kementan sudah sangat baik dan terbukti beras kita berdasarkan proyeksi BPS surplus," sebutnya.

"Tapi ingat, gabah yang melimpah ini kalau tidak diserap juga merupakan masalah, karena itu BULOG harus segera menyerapnya," imbuh Ujang.

Dirinya pun meminta BULOG segera melakukan penyerapan beras dalam negeri agar ke depan Indonesia tidak bergantung lagi pada kebijakan impor dan fokus mencapai swasembada.

Harga Jagung dan Gabah Turun
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meninjau jalannya panen raya jagung di Desa Kotaraja, Kecamatan Dulupi, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Yadi Sofyan Noor pun meminta BULOG segera melakukan penyerapan gabah petani.

"Bukan sebaliknya, BULOG justru kalah bersaing dengan pedagang beras dalam membeli gabah petani, dan nampak mengandalkan impor dalam pengadaan cadangan beras," ucapnya.

"Ini kan lagi panen raya padi dan jagung, kenapa BULOG tidak bisa serap gabah dan jagung petani. Harga di petani jatuh tinggal Rp 4 ribu per kilogram. Padahal BULOG sangat diharapkan menyerap optimal pada masa panen raya ini agar harga gabah tidak anjlok," jelas Yadi.

Dirinya mengatakan, sikap BULOG yang menyalahkan situasi untuk menutupi kinerja buruknya dalam menyerap gabah petani adalah sebuah keanehan dan cenderung menimbulkan berbagai pertanyaan publik seperti penerimaan fee.

"Ini kan menjadi aneh, bila gabah petani banyak syarat, kualitas, ribet. Lha bila hasil panen petani tidak diserap, petani tidak semangat tanam padi, terus gimana tiga hingga enam bulan ke depan," kata Yadi.

"Nanti BULOG akan bilang tidak ada panen dan tidak ada gabah petani, sehingga tidak serap. Jangan salahkan petani," imbuhnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya