Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta W. Kamdani mengatakan ada tiga faktor penting yang menjadi penyemangat bagi dunia usaha untuk berpartisipasi dalam membentuk hubungan bilateral yang lebih erat antara Indonesia dan UEA.
Pertama adalah tingkat kepercayaan dan membangun kepercayaan terbaik antara kedua negara. Dalam beberapa tahun terakhir, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini, kedua negara sedang mencari tingkat rasa saling percaya yang lebih tinggi yang didukung oleh variabel sosial ekonomi.
Baca Juga
Faktor kedua yakni, jaminan keberlangsungan politik di bawah pemerintahan baru Indonesia, yang akan dilantik pada Oktober 2024. Hubungan bisnis memerlukan tiga hal, yaitu kejelasan, kepastian, dan saling melengkapi.
Advertisement
"Kadin akan bekerja sama dengan Presiden baru untuk memastikan ketiga hal tersebut terpenuhi demi kepentingan dunia usaha ke depannya," kata Shinta dalam Forum Bisnis yang diselenggarakan Dubai International Chamber di Jakarta, Senin (6/5/2024).
Terakhir, yakni faktor ketiga terkait konstelasi geoekonomi dan geopolitik saat ini. Kedua negara mengakui tiga hal penting, yaitu pergeseran perdagangan global, fragmentasi ekonomi dunia, dan tren diversifikasi rantai pasokan.
Menurut Shinta, Indonesia dan UAE harus mengambil manfaat dan mengurangi risiko dari tren yang sedang berlangsung tersebut.
Diplomasi Ekonomi
Selain itu, diplomasi ekonomi tidak hanya dilakukan di bawah pemerintahan pusat, asosiasi bisnis seperti Dubai Chambers, Kadin Indonesia, dan bahkan kamar regional kami di 38 provinsi memainkan peran yang lebih penting dalam melaksanakan misi bersama.
"Kami sangat mengapresiasi Dubai Chamber yang secara proaktif memanfaatkan pasar regional dan mitra di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Saya rasa ini merupakan sebuah langkah cerdas dan kami yakin bahwa Asia Tenggara adalah pusat pertumbuhan global di masa depan dengan Indonesia sebagai pusatnya," ujarnya.
Lebih lanjut, Shinta mengatakan masih banyak hal yang perlu dikembangkan bersama antara Indonesia dan UEA. Saat ini, sebagian besar perdagangan Indonesia-UEA terfokus pada sumber daya mineral. Indonesia mengekspor emas dan perhiasan ke UEA, dan UEA mengekspor minyak dan gas ke Indonesia.
Meskipun investasi yang dilakukan UEA dan Indonesia saat ini secara signifikan didominasi oleh kemitraan dengan badan usaha milik negara. Namun, kata Shinta, dunia usaha Indonesia juga ingin terlibat lebih jauh.
"Sangat disayangkan bahwa dunia usaha di kedua negara, dimana kita sama-sama merupakan negara mayoritas Muslim, harus memungkinkan dunia usaha di Indonesia dan UEA untuk memanfaatkan aktivitas perdagangan dan investasi yang lebih beragam dibandingkan dengan mitra tradisional kita," pungkasnya.
Perkuat Perdagangan, Dubai International Chamber Gandeng Kementerian Investasi hingga Kadin
Dubai International Chamber Uni Emirat Arab (UEA), bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Investasi Republik Indonesia serta KADIN menyelenggarakan Forum Bisnis di Jakarta, Senin (6/5/2024).
President And CEO Of Dubai Chambers, Mohammad Ali Rashed Lootah membahas, mengenai perjanjian kemitraan ekonomi konprehensif Indonesia dan UEA pada tahun lalu. UEA menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia di antara negara-negara Timur Tengah, dengan total perdagangan USD5,06 miliar.
Selain itu, Uni Emirat Arab telah menjadi salah satu pasar utama bagi Indonesia, dengan minyak sawit menjadi komoditas ekspor terpenting.
"Adanya penandatanganan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif UEA-Indonesia menghapus hambatan perdagangan dari berbagai macam barang dan jasa. Dan diharapkan dapat meningkatkan perdagangan bilateral non-minyak tahunan antara negara kita menjadi USD 10 miliar dalam 5 tahun ke depan,” kata Lootah.
Menurut Lootah, perjanjian ini membuka peluang menarik bagi komunitas bisnis antara Indonesia dengan UEA. Melakui perjanjian tersebut maka mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pasar yang memiliki kepentingan strategis yang besar bagi UEA dan Dubai.
Adapun pada Juni tahun lalu Dubai International Chamber sebagai salah satu dari tiga kamar dagang yang beroperasi di bawah Dubai Chambers memperluas kemitraan global dengan meresmikan kantor perwakilan internasional baru di Jakarta.
"Di sini di Jakarta Untuk lebih memperkuat penguatan hubungan perdagangan dan investasi bilateral,” ujarnya.
Lootah mengatakan, kantor perwakilan Dubai International Chamber di Jakarta dengan senang hati bekerja sama dengan dunia usaha Indonesia untuk mendukung pertumbuhan dan perdagangan bilateral, serta investasi dengan memanfaatkan perjanjian IUAE-CEPA antara UEA dan Indonesia untuk memaksimalkan aktivitas ekspor dan impor antara kedua negara.
"Kantor kami di Jakarta berupaya membangun hubungan yang kuat dengan pemangku kepentingan, utamanya sektor publik dan swasta dan dukungan dari perusahaan-perusahaan berbasis yang ingin berekspansi ke Indonesia. Serta membantu dunia usaha Indonesia untuk memasuki pasar Dubai dan memanfaatkan Emirates sebagai landasan peluncuran ambisi Global mereka,” pungkasnya.
Advertisement
BKPM Catat Investasi Tetap Jalan meski Masuk Tahun Politik
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan meskipun ada tahun politik realisasi investasi kuartal I-2024 masih berjalan lancar.
"Kita semua tahu bahwa tahun 2024 tahun penuh dinamika karena tahun politik yang kelazimannya dalam tahun politik selalu terjadi wait and see, dan saya bersyukur meskipun ada dinamika kita mampu melewati dengan baik bahwa pesta rakyat dalam kontes pemilu sudah melewati dengan baik," kata Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers paparan kinerja investasi Kuartal I-2024, di Kantor Kementerian BKPM, Senin (29/4/2024).
BKPM mencatat, realisasi investasi pada kuartal I-2024 mencapai Rp401,5 triliun atau telah mencapai 24,3 persen dari target realisasi investasi 2024 yang sebesar Rp 1.650 triliun.
Adapun dari capaian realisasi investasi tersebut berhasil menyerap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebanyak 547.419 orang.
Untuk rinciannya, kontribusi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal I-2024 mencapai Rp204,4 triliun atau 50,9 persen, sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) realisasinya mencapai Rp197,1 triliun atau 49,1 persen.