Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus berkepanjangan. Namun, neraca dagang Indonesia dengan sejumlah negara ketahuan anjlok.
Beberapa di antaranya adalah neraca perdagangan dengan Australia, Brazil, dan Singapura. Beberapa komoditas yang diimpor mulai dari komoditas bahan bakar mineral, gula, hingga ampas industri makanan.
Baca Juga
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini merinci besaran defisit neraca dagang dengan 3 negara tersebut. Misalnya, dengan dengan Australia dengan defisit sebesar USD 438,5 juta, kemudian Brazil dengan defisit sebesar USD 388,3 juta dan Jerman dengan defisit sebesar USD 155,1 juta.
Advertisement
"Defisit terdalam yang dialami dengan Australia ini didorong oleh komoditas bahan bakar mineral atau HS 27 kemudian bijih logam terak dan abu atau HS 26 dan serealia atau HS 10," ujar Pudji dalam Konferensi Pers, di Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Kemudian, neraca perdagangan dengan Brazil juga mengalami defisit. Ini didorong oleh impor komoditas gula dan kembang gula dengan HS 17 utamanya 17011400 yaitu other can sugar.
"Kemudian juga HS 23 yaitu ampas atau sisa industri makanan yaitu utamanya HS 23040090 atau itu oil cake and other solid residues wether or not ground or in the form of pallete and resulting from the extraction of soybean oil and other than deffected soybean flower and others bean meal," jelas Pudji.
Jika dilihat pada rentang kumulatif Mei 2020-April 2024, neraca perdagangan Indonesia dengan Australia dan Brazil sama-sama defisit. Pada neraca dagang Indonesia-Brazil, defisit sebesar USD 9,64 miliar, baik untuk perdagangan migas maupun nonmigas. Lalu, Indonesia-Australia tercatat defisit USD 21,35 miliar.
Indonesia Pernah Surplus Neraca Perdagangan 152 Bulan Berturut-Turut, Ini Presidennya
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 dan mencatatkan surplus sepanjang 48 bulan terturut-turut. Lantas, apa ini jadi kinerja surplus terpanjang Indonesia?
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengungkapkan, surplus neraca dagang Indonesia selama 4 tahun beruntun tadi bukan yang terpanjang. Paling lama, catatan positif pernah terjadi pada 1995 hingga 2008 silam.
Pudji mengatakan, pada masa itu, surplus neraca perdagangan Indonesia secara konsisten terjadi selama 152 bulan berturut-turut. Mulai dari Juni 1995 hingga April 2008 atau selama hampir 13 tahun beruntun.
"Berdasarkan catatan BPS ini surplus terpanjang pernah terjadi selama 152 bulan berturut-turut, yautu pada Juni 1995 sampai dengan April 2008," ungkap Pudji dalam Konferensi Pers di Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Untuk diketahui, para periode tersebut terjadi perubahan kepemimpinan beberapa kali yaitu dari Presiden Soeharto, Presiden Habibie, Presiden Abdurahman Wahid, Presiden Megawati dan Presiden SBY.Â
Dia mengatakan, kinerja ekspor lebih tinggi dari impor juga pernah terjadi secara beruntun sebelumnya. Misalnya, pada Januari 2016 hingga Juni 2017 lalu.
Pada masa itu, surplus neraca perdagangan Indonesia terjadi sepanjang 18 bulan berturut-turut.
"Jadi surplus beruntun pernah terjadi juga sebelumnya, dan yang terlama itu periode Juni 1995 sampai dengan April 2008," pungkasnya.
Â
Â
Advertisement
Surplus 4 Tahun Beruntun, Tapi Nilainya Turun
Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatay neraca perdagangan barang Indonesia sebesar USD 3,56 miliar pada April 2024. Angka ini memperpanjang catatan surplus neraca perdagangan Indonesia selama 4 tahun berturut-turut.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan angka surplus tadi mengalami penurunan sebesar USD 1,02 miliar dari Maret 2024 lalu. Tak cuma secara bulanan, angka surplus juga turun jika dibandingkan dengan April 2023, tahun lalu.
"Pada April 2024 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD 3,56 miliar atau turun sebesar USD 1,02 miliar secara bulanan," ujar Pudji dalam Konferensi Pers di Jakarta, Rabu (15/5/2024).
"Dengan demikian neraca perdgaangan Indonesia telah mencatat surplus sebesar 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 atau selama 4 tahun beruntun. Meskipun demikian, surplus April 2024 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," jelasnya.
Mengacu pada data, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia turun USD 1,02 miliar dari Maret 2024. Serta, turun sebesar USD 380 juta dari April 2023 lalu.
Dia mencatat, surplus neraca perdagangan April 2024 ini lebih ditopang oleh surplus pada komodtias non migas sebesar USD 5,17 miliar.
Penyumbang Surplus
Komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral atau HS 27, lemak atau minyak hewan nabati atau HS 15, serta besi dan baja atau HS 72.
"Surplus neraca perdganagan non migas april 2024 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu dan juga bulan yang sama pada tahun lalu," ucapnya.
"Pada saat yang sama neraca perdagangan pada komoditss migas tercatat defisit USD 1,61 miliar dengan komositas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah.
"Defisit neraca perdagangan migas April 2024 ini lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," tegasnya.
Â
Advertisement