Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Jumat, 17 Mei 2024. Sedangkan rupiah kembali mengalami tekanan pada perdagangan di Jumat ini.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pemulihan dolar AS terjadi ketika beberapa pejabat Bank Sentral AS atau Fed, khususnya anggota komite penetapan suku bunga bank tersebut, mengatakan bahwa mereka memerlukan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi akan turun.
Baca Juga
Advertisement
"Selain beberapa pelonggaran inflasi yang sudah terjadi pada April," ungkap Ibrahim dalam paparan tertulis, dikutip Jumat (17/5/2024).
Hal ini membuat para pedagang mengurangi taruhannya pada penurunan suku bunga di bulan September, meskipun sedikit, menurut alat CME Fedwatch.
"Namun, dolar diperkirakan melemah sekitar 0,7% minggu ini, menyusul beberapa data indeks harga konsumen yang lebih lemah dari perkiraan untuk bulan April. Angka tersebut, ditambah dengan data penjualan ritel yang lemah, meningkatkan harapan bahwa inflasi akan mereda dalam beberapa bulan mendatang," lanjut Ibrahim.
Data Ekonomi China
Sementara itu, di Asia, data produksi industri China tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada bulan April. Namun data lain menunjukkan pertumbuhan penjualan ritel melambat tajam, sementara penurunan harga rumah di China meningkat pesat pada bulan lalu.
Di periode tersebut, investasi aset tetap China juga tumbuh kurang dari perkiraan, sementara angka pengangguran turun dari level tertinggi dalam tujuh bulan, namun masih relatif tinggi. Data tersebut menyajikan prospek yang beragam bagi negara dengan ekonomi terbesar di Asia.
Hal itu terjadi menyusul pemberlakukan tarif impor yang lebih tinggi oleh AS, terhadap industri-industri utama China, sehingga memicu kekhawatiran akan kembali terjadinya perang dagang antara Beijing dan Washington.
Rupiah Melemah jelang Akhir Pekan
Rupiah ditutup melemah 31 poin dalam perdagangan pada Jumat sore (17/5/2024), walaupun sebelumnya sempat melemah 70 poin. Rupiah ditutup di angka 15.955 per dolar AS.
"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.900 per dolar AS - 15.990 per dolar AS," demikian prediksi yang dibagikan Ibrahim.
Ekspor RI Melambat
Ibrahim menyoroti ekspor Indonesia yang terus dalam tren melambat dalam beberapa tahun terakhir. Di bulan April 2024 misalnya, turun 12,97% secara bulanan ke USD 19,62 miliar.
Perlambatan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penurunan pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan penurunan harga komoditas.
"Dalam menghadapi tantangan tersebut, pemerintah perlu mencari mitra bisnis baru, terutama di Asia, khususnya Asia Tenggara dan Timur Tengah. Wilayah ini masih memiliki prospek pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan negara maju seperti Eropa, Amerika Serikat, dan China," jelas Ibrahim.
"Selain itu, potensi sektor pertanian dan produk turunannya sebagai peluang untuk dikembangkan lebih lanjut dalam upaya meningkatkan ekspor. Dengan demikian, penting bagi Indonesia untuk menjelajahi pasar baru dan memanfaatkan potensi sektor-sektor yang memiliki prospek cerah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tambahnya.
Advertisement