Biaya Logistik LNG Mahal, Indonesia dan China Gandengan Bikin Kapal Angkut

PT Varuna Tirta Prakasya (VTP) telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan Guangzhou Group, yang diwakili oleh Guangzhou Trading Exchange Corporation. Lingkupnya adalah membangun kapal angkut LNG khusus hingga bantuan pendanaan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 27 Jun 2024, 17:45 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2024, 17:45 WIB
Direktur Utama PT Varuna Tirta Prakasya (VTP), Adi Nugroho  di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (27/6/2024). (Arief/Liputan6.com)
Direktur Utama PT Varuna Tirta Prakasya (VTP), Adi Nugroho  di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (27/6/2024). (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan China semakin dekat dalam kerja sama membangun kapal angkut khusus untuk distribusi LNG antarpulau. Mengingat ada biaya logistik yang cukup mahal dalam proses distribusi LNG, utamanya ke wilayah Indonesia Timur.

Direktur Utama PT Varuna Tirta Prakasya (VTP), Adi Nugroho mengungkapkan, mahalnya biaya logistik itu karena menggunakan kapal berukuran besar. Padahal, konsumen dari LNG yang dibawa berskala kecil.

"Karena tidak semua pelabuhan di Indonesia Timur utamanya itu well equipped ya, proper atau layak untuk didarati oleh beberapa kapal. Bahkan kapal-kapal besar itu terpaksa harus ship to ship, jadi ini biayanya tinggi, biaya mahal dan memerlukan waktu yang lama. Nah kita coba cari kapal juga yang lebih efisien dalam hal penggunaan waktu," ungkap Adi usai penandatanganan MoU, di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (27/6/2024).

Guna mewujudkan efisiensi tadi, VTP telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan Guangzhou Group, yang diwakili oleh Guangzhou Trading Exchange Corporation. Lingkupnya adalah membangun kapal angkut LNG khusus hingga bantuan pendanaan.

Nota kesepahaman ini juga turut ditandatangani oleh PT Kushan Samudera Sinergi, perusahaan perkapalan logistik di Indonesia. Direktur Kushan Samudera Sinergi, Rizky Albaziri mengatakan kerja sama ini bisa meningkatkan posisi Indonesia dalam bisnis pengapalan LNG.

"Di luar sana sudah melakukan piping (pipa distribusi), kita harus melakukan pengangkutan secara manual seperti di darat dan pulau ke pulau. Jadi harapan saya dengan adanya kerja sama ini bisa menunjang dilakukan transfer teknologi untuk menunjang upgrade kapal-kapal yang sekarang beroperasi," tuturnya.

"Jadi kita bisa lebih maju dan menjadi leader minimal di Asia Tenggara," imbuh Rizky.

 

China Tertarik Gabung

Direktur Utama PT Varuna Tirta Prakasya (VTP), Adi Nugroho  di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (27/6/2024). (Arief/Liputan6.com)
Direktur Utama PT Varuna Tirta Prakasya (VTP), Adi Nugroho di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (27/6/2024). (Arief/Liputan6.com)

Gayung bersambut, Direktur Utama Shenzen Tianyi Jiaye Investment Co., Ltd. Hao Fu Shai melihat peluang kerja sama itu bisa terjalin. Mengingat perlunya kapal-kapal khusus di perairan Indonesia.

"Kami di China mempunyai teknologi yang baru untuk pembuatan kapal, dan sekarang kami mengetahui kalau Indonesia lagi membutuhkan kapal ini, maka kami memikirkan untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia," kata dia.

Di sisi lain, Hao Fu Shai melihat prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dibidik jadi kesempatan untuk pengembangan fasilitas transportasi laut.

"Nah terutama dikarenakan ekonomi Indonesia sedang maju, maka kami juga ingin bekerja sama dengan Indonesia membantu Indonesia untuk meningkatkan transportasinya terutama di sektor pelabuhan," pungkasnya.

 

Cari Pendanaan dari China

Direktur Utama PT Djakarta Llyod, Achmad Agung  di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (27/7/2024). (Arief/Liputan6.com)
Direktur Utama PT Djakarta Llyod, Achmad Agung di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (27/7/2024). (Arief/Liputan6.com)

Sebelumnya, Direktur Utama PT Djakarta Llyod, Achmad Agung mengungkapkan tantangan pengangkutan LNG di Indonesia, khususnya kawasan timur. Dengan demikian, dibutuhkan satu kapal khusus untuk distribusi ke berbagai wilayah tersebut.

Agung bilang, pada konteks membangun kapal logistik, termasuk pengangkut LNG, Indonesia tidak kalah dari segi konsep dan pendekatan teknologinya. Hanya saja, ada keterbatasan ruang pendanaan untuk menunjang hal itu. Maka, pihaknya turut membuka peluang adanya pendanaan dengan menggandeng perusahaan asal China, Guangzhou Group.

"Dibutuhkan satu pendekatan teknologi dan pendekatan kapal yang tepat, desainnya yang tepat dan kita yang menginisiasi itu, kita punya desainya, kita punya konsepnya, kita coba tawarkan ke pihak (China), dalam artian pendanaannya ya, kan kita kan pasti ada keterbatasan dari masalah pendanaan masalah investasi, terus terang aja, kalau teknologinya kita gak kalah," tutur Agung di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (27/7/2024).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya