Timur Tengah Kembali Memanas, Harga Emas Diproyeksi Bullish

Dalam situasi ketidakpastian geopolitik seperti ini, emas biasanya menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari risiko pasar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Agu 2024, 17:15 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2024, 17:15 WIB
Ilustrasi harga emas hari ini
Peluang koreksi harga tetap ada. Jika pasar mulai memperhitungkan langkah-langkah lebih agresif dari The Fed atau jika ketegangan di Timur Tengah mulai mereda, harga emas bisa mengalami tekanan. Ilustrasi harga emas hari ini (dok: Foto AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas terus menunjukkan kekuatannya, diperdagangkan di atas USD 2.500 per ons. Kondisi ini didorong oleh kombinasi ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Meskipun demikian, analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, mengingatkan bahwa meski tren bullish masih kuat, potensi koreksi harga emas tetap ada. Dari perspektif teknikal, Nugraha menjelaskan bahwa kombinasi indikator Moving Average saat ini mengindikasikan tren bullish yang kuat.

"Dalam skenario terbaik, harga emas diperkirakan akan terus naik dan bisa mencapai USD 2.430 per ons dalam waktu dekat. Namun, Nugraha juga memberikan catatan penting bahwa apabila terjadi koreksi dan reversal, harga emas berpotensi turun hingga USD 2.490 per ons," jelas dia dalam keterangan tertulis, Rabu (28/8/2024).

Dari sudut pandang fundamental, proyeksi bullish ini didukung oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang kembali meningkat. Serangan rudal besar antara Israel dan Hizbullah pada Minggu lalu memanaskan situasi, yang membuat emas semakin menarik sebagai aset safe haven.

Dalam situasi ketidakpastian geopolitik seperti ini, emas biasanya menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari risiko pasar.

Selain itu, The Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunga dalam beberapa minggu mendatang, yang menjadi faktor penting dalam mendukung harga emas.

Dalam beberapa pekan terakhir, Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan sinyal bahwa penyesuaian kebijakan moneter mungkin segera dilakukan, tergantung pada data ekonomi yang masuk. Pernyataan ini menyebabkan depresiasi USD dan penurunan imbal hasil obligasi, dua faktor yang juga mendukung kenaikan harga emas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ada Peluang Koreksi

(Ilustrasi harga emas dunia by Freepik)
(Ilustrasi harga emas dunia by Freepik)

Namun, Nugraha juga menekankan bahwa peluang koreksi harga tetap ada. Jika pasar mulai memperhitungkan langkah-langkah lebih agresif dari The Fed atau jika ketegangan di Timur Tengah mulai mereda, harga emas bisa mengalami tekanan.

Pada hari Rabu (28/8/2024), harga emas sempat naik di atas USD 2.515 per ons sebagai respons terhadap meningkatnya konflik di Timur Tengah, namun koreksi jangka pendek tetap tidak dapat dihindari mengingat dinamika pasar yang sangat dipengaruhi oleh berita dan peristiwa geopolitik.

Meskipun ketegangan antara Israel dan Hizbullah sedikit mereda setelah kurangnya eskalasi lebih lanjut, ancaman dari Iran terhadap Israel masih menjadi faktor risiko yang dapat memicu lonjakan harga emas dalam jangka pendek.

Nugraha menekankan bahwa dalam situasi saat ini, emas masih memiliki peluang besar untuk mencapai proyeksi USD 2.430 per ons, namun investor harus tetap waspada terhadap kemungkinan koreksi.

 


Masih Optimistis

Secara keseluruhan, Andy Nugraha dari Dupoin tetap optimis terhadap prospek harga emas dalam jangka pendek.

Kombinasi dari kebijakan moneter yang dovish oleh The Fed dan ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah membuat emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari risiko pasar.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya