Biaya Perumahan di AS Masih Jadi Masalah Besar

Inflasi di Amerika Serikat (AS) merosot ke level terendah pada Agustus 2024. Namun, biaya perumahan masih jadi masalah.

oleh Satrya Bima Pramudatama diperbarui 13 Sep 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2024, 15:00 WIB
Kawasan perumahan di Carmel-by-the-Sea, California, Amerika Serikat (AS). (Dok. AP/Godofredo A. Vasquez)
Pada Agustus, tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) turun ke level terendah sejak Februari 2021. (Dok. AP/Godofredo A. Vasquez)

Liputan6.com, Jakarta - Pada Agustus, tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) turun ke level terendah sejak Februari 2021. Berdasarkan laporan dari Departemen Tenaga Kerja, inflasi bulanan naik sebesar 0,2%, sejalan dengan perkiraan para ahli. Hal ini membuat tingkat inflasi tahunan turun menjadi 2,5%, sedikit di bawah perkiraan yaitu 2,6%.

Terdapat komponen inflasi yang disebut inflasi inti (tidak termasuk harga pangan dan energi yang sering berubah) yang meningkat 0,3% pada Agustus, sedikit lebih tinggi dari perkiraan 0,2%. Namun, inflasi inti tahunan tetap di 3,2%, sesuai dengan harapan.

Kenaikan kecil dalam inflasi inti ini membuat rencana bank sentral AS, atau Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga menjadi lebih rumit. Para pembuat kebijakan The Fed dijadwalkan bertemu pada minggu depan dan laporan ini bisa membuat mereka lebih hati-hati dalam memutuskan pemotongan suku bunga.

Menurut Kepala Strategi Global di Principal Asset Management, Seema Shah, inflasi inti yang lebih tinggi dari perkiraan ini bukanlah laporan yang diharapkan pasar. Ini bisa membuat pemotongan suku bunga yang lebih besar menjadi lebih sulit.

Meskipun saham sempat turun setelah laporan inflasi dirilis, pasar pulih dan berakhir positif pada hari itu. Sementara itu, pedagang di pasar keuangan memperkirakan ada kemungkinan 85% The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25% pada rapat yang berakhir pada 18 September.

 

Biaya Perumahan Tetap jadi Masalah Besar

Kawasan perumahan di Carmel-by-the-Sea, California, Amerika Serikat (AS). (Dok. AP/Godofredo A. Vasquez)
Kawasan perumahan di Carmel-by-the-Sea, California, Amerika Serikat (AS). (Dok. AP/Godofredo A. Vasquez)

Biaya perumahan tetap menjadi masalah besar, karena harga terkait tempat tinggal dalam indeks inflasi naik sebesar 0,5% pada Agustus, dan berkontribusi sekitar 70% dari peningkatan inflasi inti. Harga tempat tinggal ini naik 5,2% dari tahun lalu.

Selain itu, harga pangan hanya naik 0,1%, sementara biaya energi turun 0,8%. Di bagian lain laporan, harga mobil bekas turun 1%, biaya layanan perawatan medis turun 0,1%, dan harga pakaian naik 0,3%. Harga telur naik tajam sebesar 4,8%.

Pendapatan riil, yang disesuaikan dengan inflasi, meningkat, dengan pendapatan rata-rata per jam naik 0,2% di atas inflasi bulanan dan naik 1,3% dalam setahun terakhir.

Saat ini, perhatian The Fed juga beralih ke pasar tenaga kerja yang mulai melambat. Penciptaan lapangan kerja sejak April telah melambat hingga setengah dari periode lima bulan sebelumnya. The Fed sekarang harus mempertimbangkan untuk menyeimbangkan antara mencegah perlambatan ekonomi yang lebih luas dan melawan inflasi.

Meskipun pasar mengharapkan suku bunga yang lebih rendah, hasil obligasi Treasury untuk durasi 2 dan 10 tahun berada di level terendah dalam lebih dari setahun. Indikator resesi yang disebut kurva imbal hasil terbalik baru-baru ini kembali ke posisi normal, yang sering kali menandakan pemotongan suku bunga dan perlambatan ekonomi yang akan datang.

 

IMF Beri Lampu Hijau The Fed Untuk Pangkas Suku Bunga

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional mengatakan the Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) sudah berada di waktu yang tepat untuk memulai siklus pelonggaran moneter pada pertemuannya pekan depan, karena risiko kenaikan inflasi telah mereda. 

Juru bicara IMF, Julie Kozack mengungkapkan bahwa pihaknya memperkirakan ekonomi AS akan melambat selama sisa tahun ini.

IMF memperkirakan inflasi inti indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS tahun 2024 sebesar 2,5% dan akan kembali ke target The Fed sebesar 2% pada pertengahan tahun 2025.

"Itu berarti bahwa kita melihat dimulainya siklus pelonggaran, seperti yang diramalkan oleh The Fed, sebagai hal yang tepat," kata Kozack. 

"Meskipun demikian, risiko kenaikan inflasi, meskipun lebih kecil, belum sepenuhnya hilang dan The Fed harus terus mengkalibrasi kecepatan dan tingkat pemotongan suku bunga dengan data ekonomi yang masuk ke depannya,” jelas dia.

Sebelumnya, pada akhir Agustus 2024 Ketua The Fed Jerome Powell mengumumkan bahwa pihaknya akan memulai pemotongan suku bunga dalam waktu dekat.

Para pembuat kebijakan The Fed lainnya sejak itu telah mengisyaratkan mereka siap untuk memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan bank pada 18 September 2024.

Meskipun ekonomi AS melambat, IMF meramal PDB negara itu akan tetap tumbuh pada akhir 2024 sekitar 2%, dibandingkan dengan kuartal keempat 2023. 

 

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya