Meneropong Prospek Harga Emas Usai Kembali Sentuh Rekor Tertinggi

Analis Broker Global Octa Kar Yong Ang menuturkan, harga emas berpotensi sentuh rekor tertinggi usai alami koreksi yang sehat.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 14 Sep 2024, 21:50 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2024, 21:50 WIB
Meneropong Prospek Harga Emas Usai Kembali Sentuh Rekor Tertinggi
Agustus 2024 menjadi bulan yang sangat bersejarah bagi harga emas acuan dunia (XAU).(dok: Foto AI)

Liputan6.com, Jakarta - Agustus 2024 menjadi bulan yang sangat bersejarah bagi harga emas acuan dunia (XAU). Meskipun dimulai pada level yang tinggi setelah kenaikan lebih dari 5 persen pada Juli 2024, harganya terus bergerak lebih tinggi di sebagian besar Agustus. Mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level USD 2.531 per ounce (oz) pada 20 Agustus 2024.

Emas membuktikan nilai dasarnya sebagai aset safe haven yang mungkin akan terus bersinar ke depan. Meskipun harus menghadapi pengaruh peningkatan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Eropa Timur, mengalami volatilitas substansial akibat kejatuhan pasar saham besar, hingga mencerna ekspektasi suku bunga investor yang makin dovish. 

Secara keseluruhan, Analis Broker Global Octa Kar Yong Ang menilai emas pada dasarnya memang patut dibeli. Namun, faktor teknis menunjukkan bahwa koreksi jangka pendek mungkin akan terjadi. 

Menurut perhitungannya, emas akan menguji level USD 2.600 dan dapat bergerak menuju USD 3.000 pada 2025. Akan tetapi, analisis teknis mengindikasikan harga dapat mencapai level tertinggi ini hanya setelah koreksi bearish yang sehat.   

"Ada begitu banyak alasan bagi harga emas untuk terus naik di bulan September. Terlalu banyak faktor bullish yang sudah diperhitungkan. Jika investor mulai berspekulasi bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana, mereka mungkin akan mengurangi eksposur net long secara drastis. Sehingga menyebabkan aksi jual besar-besaran pada harga emas," ungkapnya dalam pernyataan tertulis, Sabtu (14/9/2024).

 

 

Harga Emas Bakal Naik Bertahap

Ilustrasi harga emas dunia (Foto By AI)
Ilustrasi harga emas dunia (Foto By AI)

"Ini bukanlah skenario dasar kami, karena kami percaya bahwa emas akan terus naik secara perlahan. Tetapi kita harus bersiap menghadapi periode volatilitas di atas normal dan kemungkinan koreksi tajam ke bawah. Jalan menuju USD 2.600 per ounce tidak akan mudah," tegas Kar Yong Ang.

Kekuatan emas terhadap goncangan ekonomi sudah teruji sejak awal Agustus 2024. Kala itu, kekhawatiran resesi AS yang dipicu oleh laporan nonfarm payroll (NFP) yang mengecewakan untuk Juli telah mengguncang pasar global. 

Indeks saham AS jatuh ke posisi terendah hampir selama dua bulan, sementara indeks saham acuan Jepang, Nikkei 225 mencatat penurunan terburuk dalam sejarah selama dua hari dengan penurunan 18,2 persen. Melebihi kerugian pada peristiwa Black Monday pada 1987.

Di sisi lain, pasar emas mengalami volatilitas yang cukup besar karena harga emas batangan berfluktuasi antara USD 2.360 dan USD 2.460 dalam satu sesi trading. Meskipun kemudian emas berhasil menutup beberapa poin penurunan, secara keseluruhan XAUUSD turun 1,5 persen. 

Emas terus mencatat kenaikan sepanjang Agustus 2024, hingga mencapai level tertinggi baru sepanjang masa pada 20 Agustus 2024. Lantaran trader terus bertaruh pada penurunan suku bunga yang akan segera dilakukan oleh Fed, sembari menunggu revisi yang menyakitkan pada data penggajian AS dan pidato Jerome Powell di konferensi ekonomi Jackson Hole.

Meskipun ada kemunduran sementara, emas terus bergerak lebih tinggi di Agustus, dan harga logam kuning ini tetap bertahan di atas moving average 100 hari dan 200 hari. 

 

Didorong Permintaan Fisik

Ilustrasi harga emas hari ini
Ilustrasi harga emas hari ini (dok: Foto AI)

Kar Yong Ang menyebut permintaan fisik emas jadi pendorong utama di balik kenaikan harga emas di pasar finansial. Baru-baru ini, laporan Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong (C&SD) menunjukkan bahwa impor emas bersih China melalui Hong Kong di Juli 2024 naik sekitar 17 persen dari bulan sebelumnya. 

Meskipun data untuk Agustus 2024 belum dirilis, tampaknya dapat disimpulkan pembelian China mungkin tetap tinggi mengingat People's Bank of China (PBOC), bank sentral China, telah memberikan kuota impor emas baru kepada bank komersial untuk mengantisipasi kenaikan permintaan. 

"Ini penting karena Tiongkok adalah konsumen emas terbesar di dunia, dan pola pembeliannya dapat memengaruhi pasar global dan berdampak pada harga. Bahkan, menurut World Gold Council (WGC), PBOC merupakan pembeli tunggal emas terbesar di dunia pada tahun 2023, dengan pembelian bersih sebesar 7,23 juta oz. Menurut estimasi broker global Octa, bank-bank sentral global telah menambahkan lebih dari 130 ton emas ke dalam cadangan mereka pada tahun 2024," paparnya.

Harga Emas Dunia Sentuh Rekor Lagi

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)

Sebelumnya, harga emas menguat pada perdagangan Jumat, 13 September 2024 hingga melampaui level rekor. Penguatan harga emas tersebut didorong momentum bullish yang didorong optimisme the Federal Reserve (the Fed) akan segera memangkas suku bunga. Hal tersebut dipicu arus masuk dana dan penurunan dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip CNBC, Sabtu (14/9/2024), harga emas di pasar spot diperdagangkan pada level rekor. Harga emas naik 0,9 persen menjadi USD 2.582,05 per ounce pada pukul 11.58 ET. Harga emas berjangka di Amerika Serikat bertambah 1,2 persen menjadi USD 2.610,30.

Investor emas mengunci harga emas batangan ke rekor baru. Posisi USD 3.000 per ounce menjadi fokus, yang didorong oleh pelonggaran moneter oleh bank sentral utama dan persaingan ketat dalam pemilihan presiden AS.

Selain itu, bank sentral Eropa yang memangkas suku bunga pada pekan ini juga menjadi sentimen untuk emas dan perak. Analis senior Kitco Metals, Jim Wykoff menuturkan, the Fed mungkin menurunkan suku bunga pekan depan dan menjinakkan data inflasi.

 

Sentimen The Fed

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Pasar sepenuhnya prediksi penurunan suku bunga pekan dengan dengan peluang 57 persen dan penurunan suku bunga AS sebesar 25 basis poin. Selain itu, peluang 43 persen penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin, menurut CME FedWatch tool. Ini akan menjadi penurunan suku bunga pertama the Fed sejak 2020.

“Pasar masih memperkirakan the Fed akan memangkas suku bunga sekitar 100 basis poin pada akhir tahun, yakni suku bunga harus dipotong sebesar 50 basis poin pada salah satu dari dua pertemuan yang tersisa setelah September,” ujar Analis Commerzbank.

Analis menyebutkan, kemungkinan besar karena harapan penurunan suku bunga yang agresif pada beberapa bulan mendatang, harga emas menguat. Hal ini semakin mendorong minat terhadap emas Batangan. Selain itu, dolar AS juga jatuh ke level terendah pada Jumat pekan ini terhadap yen Jepang.

Sementara itu, World Gold Council menyebutkan dana yang diperdagangkan di bursa emas yang didukung secara fisik secara global alami arus masuk selama empat bulan berturut-turut.

Di sisi lain, harga palladium naik 1,8 persen menjadi USD 1.064,71, dan telah melambung sekitar 17 persen pekan ini. Harga perak di pasar spot bertambah 3,2 persen menjadi USD 30,86 dan platinum naik 2,6 persen menjadi USD 1.002,66.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya