Diabaikan Donald Trump, Negara ASEAN Bakal Makin Mesra dengan China?

Peneliti Senior Pusat Riset Politik BRIN, Dewi Fortuna Anwar, menyoroti bahwa selama kepemimpinan Dobald Trump terdahulu hubungan Amerika Serikat dengan ASEAN terbilang sangat minim.

oleh Tira Santia diperbarui 21 Jan 2025, 12:40 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2025, 12:40 WIB
20170406-Donald Trump Bertemu dengan Xi Jinping di Florida-AP
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sebelum melakukan pertemuan di resor Mar a Lago, Florida, Kamis (6/4). Isu perdagangan dan Korea Utara diperkirakan menjadi isu utama pembahasan kedua pemimpin negara tersebut. (AP Photo/Alex Brandon)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Peneliti Senior Pusat Riset Politik BRIN, Dewi Fortuna Anwar, menyoroti bahwa selama kepemimpinan Donald Trump terdahulu hubungan Amerika Serikat dengan ASEAN terbilang sangat minim.

"Ya, kita harus akui bahwa Donald Trump tidak memerhatikan ASEAN, boleh dikatakan tidak memerhatikan ASEAN sama sekali," kata Dewi dalam Liputan6 Update Spesial, Selasa (21/1/2025).

Bahkan Kedutaan Amerika Serikat untuk ASEAN pun dibiarkan kosong, dan Trump hanya sekali hadir dalam East Asia Summit, yang berlangsung singkat. Hal ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Trump, tidak memberikan perhatian yang layak terhadap ASEAN.

"Selama Donald Trump jadi presiden, itu tidak ada Dubes Amerika Serikat untuk ASEAN. Jadi kosong itu, kedutaan Amerika Serikat untuk ASEAN itu kosong. Donald Trump hanya hadir sekali di East Asia Summit sebentar saja, selain itu tidak pernah hadir dalam 4 tahun," katanya.

Menurutnya, ketidakpedulian Trump terhadap ASEAN membawa dampak yang lebih besar dalam konteks persaingan geopolitik antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Pasalnya Asia Tenggara, termasuk negara-negara ASEAN, menjadi wilayah yang sangat penting dalam persaingan ini. Dewi menjelaskan bahwa jika Amerika Serikat mengabaikan hubungan dengan ASEAN, maka RRT akan semakin mendominasi kawasan ini.

"Ketika Amerika Serikat bersaing dengan RRT, persaingan itu terutama epicentrumnya adalah di Asia Tenggara, di ASEAN ini. Jadi, kalau seandainya Amerika Serikat tidak memedulikan hubungannya dengan ASEAN, maka berarti Amerika Serikat meninggalkan gelanggang persaingan ini kepada RRT," ujarnya.

Hubungan Negara ASEAN dangan China

Hal ini terlihat dari kecenderungan negara-negara ASEAN yang kini lebih memilih untuk mengedepankan hubungan dengan Tiongkok, dibandingkan dengan Amerika Serikat, meskipun sebelumnya Amerika Serikat lebih diutamakan.

"Jadi, jangan heran kalau seandainya pengaruh RRT akan semakin tinggi. Sekarang ini di negara-negara ASEAN itu hampir semua negara ASEAN sekarang sudah memilih lebih condong preferensinya ke RRT daripada pada Amerika Serikat," ujarnya.

 

Perubahan Preferensi Negara ASEAN: Dari Amerika Serikat ke Tiongkok

Tampilan Monokromatik Istri, Anak, hingga Cucu Donald Trump di Pelantikan Presiden AS, Mana yang Paling Kece?
Intip tamilan monokromatik keluarga Trump di pelantikan Presiden Donald Trump (@ivankatrump)... Selengkapnya

Meskipun situasi ini sempat membaik di bawah kepemimpinan Joe Biden, survei terbaru menunjukkan bahwa negara-negara ASEAN kini lebih condong memilih hubungan yang lebih erat dengan Tiongkok.

"Sementara juga pernah itu selama bertahun-tahun selalu Amerika menjadi preferensi utama, bukan RRT. Tetapi di bawah Trump itu berubah, dan kemudian di bawah Biden itu membaik posisi terhadap Amerika Serikat," ujarnya.

Kata Dewi, negara-negara ASEAN cenderung menghindari mengambil posisi dalam konflik antara Amerika Serikat dan Tiongkok, karena mereka menganggap bahwa hubungan dengan kedua negara tersebut sama-sama penting. Jika harus memilih, preferensi negara-negara ASEAN belakangan ini lebih condong ke Tiongkok.

"Tetapi belakangan ini itu pilihan negara-negara ASEAN menurut berbagai survey, itu lebih condong ke Cina, negara-negara ASEAN tidak ingin memilih. Seandainya terjadi konflik antara RRT dengan Amerika Serikat, negara-negara ASEAN posisinya itu adalah untuk tidak memilih," jelasnya.

 

Tantangan Bagi Trump 2.0: Menarik Hati ASEAN

Donald Trump dan Melania di pelantikan presiden ke-47 AS. (AP)
Donald Trump dan Melania di pelantikan presiden ke-47 AS. (AP)... Selengkapnya

Kendati demikian, kata Dewi, jika Donald Trump ingin kembali memperkuat hubungan dengan negara-negara ASEAN di masa depan, atau dalam skenario "Trump 2.0," ia harus menunjukkan kepedulian yang lebih besar terhadap kawasan ini.

"Kita berharap bahwa di dalam Trump 2.0 ini, ketidakpedulian kepada ASEAN ini akan berakhir," ujarnya.

Tanpa keterlibatan nyata dan diplomasi yang lebih intensif, Amerika Serikat berisiko kehilangan pengaruh di Asia Tenggara, yang saat ini lebih berpihak kepada Tiongkok.

Oleh karena itu, penting bagi Trump untuk menunjukkan komitmennya terhadap ASEAN agar Amerika Serikat tetap memiliki relevansi dan pengaruh di kawasan yang kini semakin dekat dengan RRT.

"Tetapi seandainya harus dipaksa memilih. Sekarang ini menurut survey terakhir, beberapa survey itu, preferensinya lebih condong ke RRT. Jadi kalau si Trump ingin memenangkan hati dan pikiran dari masyarakat di Asia Tenggara ini, untuk tidak lebih memilih kepada RRT, dia juga harus menunjukkan kepeduliannya kepada wilayah ini," pungkas Dewi.

Infografis Pelantikan Presiden ke-47 AS Donald Trump
Infografis Pelantikan Presiden ke-47 AS Donald Trump. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya