Remaja yang masih menyandang status siswa di salah satu sekolah menengah di Kanada, Julian Marchese mulai membeli saham pertamanya saat masih berusia delapan tahun.
Remaja yang saat ini berusia 17 tahun tersebut mengaku belajar secara otodidak soal perdagangan saham yang dilakukannya.
Seperti dikutip dari Business Insider, Selasa (15/10/2013), Marchese mengaku tengah bersemangat menekuni perdagangan makro global dan dia juga banyak mendapat perhatian dari para pedagang makro.
"Pengetahuan Julian soal pasar sangat mendalam, hampir setara dengan para pedagang makro dewasa. Pria muda ini sangat mengesankan," komentar seorang pedagang di bidang makro yang berbasis di New York.
Dia bahkan telah menulis beberapa jurnal perdagangan yang membuat pembacanya merasa sang penulis merupakan pakar di bidang saham dengan bekal pengalaman selama 20 tahun. Jika tak mengenalnya, tak ada yang mengira tulisan tersebut merupakan hasil pemikiran siswa SMA.
Dia mengaku mulai tertarik dengan perdagangan saham saat masih berusia delapan tahun. Saat itu dia memiliki sejumlah uang dan tak tahu harus berbuat apa dengan uang tersebut.
"Saya mulai berinvestasi di usia 8 tahun. Saya selalu tertarik dengan dunia bisnis. Saat itu saya punya uang dan mulai mencari cara menggunakannya di Google. Investasi menjadi solusinya, " kisahnya.
Berinvestasi merupakan kegiatan yang sangat menarik baginya. Dia tidak mau sekadar membeli saham dan menunggu hasilnya terlalu lama. Itulah yang menjadi alasannya untuk terjun ke dunia jual beli saham.
Remaja yang juga memiliki situs pendidikan keuangan pribadi `Marchese Financial` semakin mengagumkan mengingat semua hal yang berkaitan dengan perdagangan saham dipelajari secara otodidak.
"Saya pada dasarnya belajar sendiri. Saya menyukainya dan belajar banyak dari internet. Saya hanya bertanya pada Google dan semua informasi yang saya butuhkan tersedia di sana," jelasnya.
Dia juga mengaku banyak melakukan eksperimen terhadap kondisi pasar dan spekulasi yang ia coba terapkan. Dia terbiasa mencatat kondisi pasar, mencoba gagasannya dan menuliskan beberapa catatan. Hal tersebut lama kelamaan menjadi kebiasaan dalam berdagang.
Meski kedua orangtuanya bekerja di bidang keuangan, tapi dia memiliki mentor untuk membantunya mengelola uang hasil penjualan sahamnya. Mentor tersebut merupakan salah satu manajer dana investasi ternama yang enggan diungkap Marchese.
"Saya punya mentor, dia salah satu manajer investasi ternama yang masih hidup. Tapi saya tak bisa menyebutkan namanya, ini janji saya padanya," terang dia.
Menurutnya, banyak yang salah menilai dengan mengatakan, perdagangan saham sebagai judi. Setidaknya begitulah yang sering dikatakan teman-teman sekolah padanya.
"Padahal dalam bermain saham hanya ada tiga keputusan, beli, jual dan tahan," ujarnya.
Dia mengaku semua uang hasil jual beli sahamnya digunakan untuk membiayai pendidikannya. Meski sibuk mengelola waktunya, dia masih sempat jalan-jalan dengan teman-teman dan bermain musik yang juga menjadi hobinya. (Sis/Ndw)
Remaja yang saat ini berusia 17 tahun tersebut mengaku belajar secara otodidak soal perdagangan saham yang dilakukannya.
Seperti dikutip dari Business Insider, Selasa (15/10/2013), Marchese mengaku tengah bersemangat menekuni perdagangan makro global dan dia juga banyak mendapat perhatian dari para pedagang makro.
"Pengetahuan Julian soal pasar sangat mendalam, hampir setara dengan para pedagang makro dewasa. Pria muda ini sangat mengesankan," komentar seorang pedagang di bidang makro yang berbasis di New York.
Dia bahkan telah menulis beberapa jurnal perdagangan yang membuat pembacanya merasa sang penulis merupakan pakar di bidang saham dengan bekal pengalaman selama 20 tahun. Jika tak mengenalnya, tak ada yang mengira tulisan tersebut merupakan hasil pemikiran siswa SMA.
Dia mengaku mulai tertarik dengan perdagangan saham saat masih berusia delapan tahun. Saat itu dia memiliki sejumlah uang dan tak tahu harus berbuat apa dengan uang tersebut.
"Saya mulai berinvestasi di usia 8 tahun. Saya selalu tertarik dengan dunia bisnis. Saat itu saya punya uang dan mulai mencari cara menggunakannya di Google. Investasi menjadi solusinya, " kisahnya.
Berinvestasi merupakan kegiatan yang sangat menarik baginya. Dia tidak mau sekadar membeli saham dan menunggu hasilnya terlalu lama. Itulah yang menjadi alasannya untuk terjun ke dunia jual beli saham.
Remaja yang juga memiliki situs pendidikan keuangan pribadi `Marchese Financial` semakin mengagumkan mengingat semua hal yang berkaitan dengan perdagangan saham dipelajari secara otodidak.
"Saya pada dasarnya belajar sendiri. Saya menyukainya dan belajar banyak dari internet. Saya hanya bertanya pada Google dan semua informasi yang saya butuhkan tersedia di sana," jelasnya.
Dia juga mengaku banyak melakukan eksperimen terhadap kondisi pasar dan spekulasi yang ia coba terapkan. Dia terbiasa mencatat kondisi pasar, mencoba gagasannya dan menuliskan beberapa catatan. Hal tersebut lama kelamaan menjadi kebiasaan dalam berdagang.
Meski kedua orangtuanya bekerja di bidang keuangan, tapi dia memiliki mentor untuk membantunya mengelola uang hasil penjualan sahamnya. Mentor tersebut merupakan salah satu manajer dana investasi ternama yang enggan diungkap Marchese.
"Saya punya mentor, dia salah satu manajer investasi ternama yang masih hidup. Tapi saya tak bisa menyebutkan namanya, ini janji saya padanya," terang dia.
Menurutnya, banyak yang salah menilai dengan mengatakan, perdagangan saham sebagai judi. Setidaknya begitulah yang sering dikatakan teman-teman sekolah padanya.
"Padahal dalam bermain saham hanya ada tiga keputusan, beli, jual dan tahan," ujarnya.
Dia mengaku semua uang hasil jual beli sahamnya digunakan untuk membiayai pendidikannya. Meski sibuk mengelola waktunya, dia masih sempat jalan-jalan dengan teman-teman dan bermain musik yang juga menjadi hobinya. (Sis/Ndw)