Rupiah Perkasa di Tengah Spekulasi Perlambatan Impor

Sejumlah analis memperkirakan adanya kontraksi laju impor dengan perlambatan terbesar dalam tujuh bulan terakhir.

oleh Syahid Latif diperbarui 02 Des 2013, 10:44 WIB
Diterbitkan 02 Des 2013, 10:44 WIB
kemana-rupiah-131202a-v.jpg
Kurs rupiah di pasar kontrak kembali perkasa setelah mengalami penguatan tertingginya dalam dua pekan terakhir. Kenaikan nilai tukar rupiah terjadi di tengah prediksi sejumlah analis pasar yang memperkirakan akan adanya kontraksi laju impor terbesar dalam tujuh bulan terakhir.

Melemahnya impor turut mengurangi tekanan pada melebarnya defisit neraca transaksi berjalan yang telah menghantui perekonomian nasional.

"Data-data uang muncul seharunya mendukung ekspektasi membaiknya neraca transaksi berjalan seiring laju impor yang melambat," kata Ekonom PT Bank Danamon Tbk, Dian Ayu Yustina seperti dikutip laman Bloomberg, Senin (2/12/2013).

Kurs rupiah di pasar Non Delivered Forward, tercatat menguat 0,8% ke level 11.815 per dolar AS pada perdagangan pukul 9.42 waktu Jakarta. Penguatan ini merupakan yang tertinggi sejak 13 November lalu.

Perdagangan rupiah di pasar luar negeri menguat 1,1% dibandingkan pasar spot dalam negeri yang tercatat menguat 0,1% ke level 11.946 per dolar AS.

Sebulan yang lalu, nilai tukar rupiah menunjukan kinerja terburuknya diantara 24 mata uang negara-negara berkembang. Neraca transaksi berjalan Indonesia pada akhir tahun ini diperkirakan makin melemah ke level US$ 30 miliar -31 miliar dari sebelumnya US$ 24 miliar pada 2012.

Analis memperkirakan laju ekspor diperkirakan mengalami kontraksi 2,6% pada Oktober dibandingkan penurunan 6,9% pada bulan sebelumnya. Lahju inflasi tercatat menyentuh level 8,45% akhir bulan lalu dari sebelumnya 8,32% pada Oktober. (Shd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya