Konferensi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang diselenggarakan di Bali selama 3-6 Desember akan fokus membahas janji WTO untuk menyumbang dana senilai US$ 1 triliun pada ekonomi global. Janji itu tertuang pada kesepakatan perdagangan global WTO yang pertama sejak organisasi tersebut berdiri pada 1995.
Seperti melansir laman CNBC, Selasa (3/12/2013), pertemuan yang dihadiri 159 anggota WTO itu juga akan mendiskusikan sejumlah kesepakatan peraturan dagang yang dapat mempermudah pergerakan barang secara global dan menyelesaikan sengketa perdagangan agrikulture antara Amerika Serikat (AS) dan India.
Kesuksesan kesepakatan tersebut juga akan menentukan nasib perseteruan yang tengah terjadi di badan perdagangan dunia itu.
Perselisihan muncul akibat ketegangan yang muncul dalam sejumlah negosiasi di Jenewa, Swiss pekan lalu dengan WTO telah berupaya keras menyelesaikannya.
Namun sayang, WTO gagal memfinalisasi naskah kesepakatan yang akan diputuskan di Bali. Kondisi tersebut meningkatkan kekhawatiran kesepakatan dagang WTO tentang agrikulture tak dapat dicapai lewat konferensi di Bali.
Direktur Jenderal WTO, Roberto Azevedo mengatakan, sejumlah negosiasi nyaris diputuskan tapi ternyata gagal pada pekan lalu. Dia juga mengingatkan adanya sejumlah konsekwensi yang akan dihadapi PBB jika pembahasan isu perdagangan global di Bali gagal mencapai kesepakatan.
"Para menteri (perdagangan) perlu segera memutuskan masa depan seperti apa yang ingin dicapai, baik untuk sejumlah isu yang tengah dihadapi maupun bagi WTO. Jika kita melewatkan kesempatan yang kita peroleh saat ini, maka kita akan jauh lebih menyesal nantinya," ungkap Azevedo.
Namun mantan kepala WTO Pascal Lamy mengatakan, dirinya yakin akan ada satu kesepakatan yang dicapai dan diresmikan di Bali bulan ini.
Satu kesepakatan sukses saja sudah cukup membuka jalan untuk negosiasi lebih lanjut mengenai Putaran Perkembangan Doha.
Putaran tersebut berisi serangkaian negosiasi yang bertujuan membantu negara-negara menengah ke bawah dengan menekan berbagai hambatan perdagangan yang ada.
Berbagai negosiasi yang dimulai pada 2001 ini terhenti pada 2008 karena munculnya sengketa pertanian antara AS dan India. Akibatnya sejumlah negosiasi di Doha tidak dapat disimpulkan sampai isu-isu yang akan dibahas di Bali dapat mencapai kata sepakat. (Sis/Ahm)
Seperti melansir laman CNBC, Selasa (3/12/2013), pertemuan yang dihadiri 159 anggota WTO itu juga akan mendiskusikan sejumlah kesepakatan peraturan dagang yang dapat mempermudah pergerakan barang secara global dan menyelesaikan sengketa perdagangan agrikulture antara Amerika Serikat (AS) dan India.
Kesuksesan kesepakatan tersebut juga akan menentukan nasib perseteruan yang tengah terjadi di badan perdagangan dunia itu.
Perselisihan muncul akibat ketegangan yang muncul dalam sejumlah negosiasi di Jenewa, Swiss pekan lalu dengan WTO telah berupaya keras menyelesaikannya.
Namun sayang, WTO gagal memfinalisasi naskah kesepakatan yang akan diputuskan di Bali. Kondisi tersebut meningkatkan kekhawatiran kesepakatan dagang WTO tentang agrikulture tak dapat dicapai lewat konferensi di Bali.
Direktur Jenderal WTO, Roberto Azevedo mengatakan, sejumlah negosiasi nyaris diputuskan tapi ternyata gagal pada pekan lalu. Dia juga mengingatkan adanya sejumlah konsekwensi yang akan dihadapi PBB jika pembahasan isu perdagangan global di Bali gagal mencapai kesepakatan.
"Para menteri (perdagangan) perlu segera memutuskan masa depan seperti apa yang ingin dicapai, baik untuk sejumlah isu yang tengah dihadapi maupun bagi WTO. Jika kita melewatkan kesempatan yang kita peroleh saat ini, maka kita akan jauh lebih menyesal nantinya," ungkap Azevedo.
Namun mantan kepala WTO Pascal Lamy mengatakan, dirinya yakin akan ada satu kesepakatan yang dicapai dan diresmikan di Bali bulan ini.
Satu kesepakatan sukses saja sudah cukup membuka jalan untuk negosiasi lebih lanjut mengenai Putaran Perkembangan Doha.
Putaran tersebut berisi serangkaian negosiasi yang bertujuan membantu negara-negara menengah ke bawah dengan menekan berbagai hambatan perdagangan yang ada.
Berbagai negosiasi yang dimulai pada 2001 ini terhenti pada 2008 karena munculnya sengketa pertanian antara AS dan India. Akibatnya sejumlah negosiasi di Doha tidak dapat disimpulkan sampai isu-isu yang akan dibahas di Bali dapat mencapai kata sepakat. (Sis/Ahm)