Pengamat: Pemerintah Tidur Pun Ekonomi RI Bisa Tumbuh

Terlampau tingginya konsumsi domestik, tanpa pemerintahan susah payah bekerja pun, negara ini tetap mampu mengecap pertumbuhan ekonomi 4,5%.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Feb 2014, 18:16 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2014, 18:16 WIB
infrastruktur-131227c.jpg
Basis penduduk yang besar menjadi kelebihan Indonesia untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi.

Terlampau tingginya konsumsi domestik, tanpa pemerintahan susah payah bekerja pun, negara ini tetap mampu mengecap pertumbuhan ekonomi 4,5%.

"Indonesia akan tumbuh 4,5%, mau krisis atau pemerintahan tidur pun tetap akan tumbuh sebesar itu sampai 2035. Pertumbuhan ini disumbang dari konsumsi," ujar Pengamat Ekonomi sekaligus Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani di Jakarta, Rabu (12/2/2014).

Namun kini permasalahannya, tambah dia, infrastruktur masih menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi ke depan. Dicontohkan, listrik cuma tumbuh 4% sedangkan penjualan mobil mencapai 20%.

Sementara pembangunan jalan masih jauh dari pertumbuhan penjualan mobil. "Ini membuat gap, jadi demand terlalu cepat tapi suplai tidak siap," tambah dia.

Dia menyoroti, pemerintah baru intens menggenjot pembangunan infrastruktur dalam tiga tahun terakhir karena dalam porsi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, investasi menyumbang porsi 10%.

"Artinya sejak tahun 1998 tidak ada pembangunan, sedangkan impor terus terjadi. Jadi banyakan arus dana keluar ketimbang yang masuk," tutur Aviliani.

Tak heran, kata dia, jika Indonesia mengalami krisis karena impor terus dipaksa tanpa dibarengi dengan ekspor. Sehingga membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terperosok semakin dalam.

Dengan kondisi ini, akhirnya Bank Indonesia (BI) memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan (BI Rate). Sementara pemerintah mengeluarkan kebijakan ekonomi di sektor riil dan fiskal.

"Tapi sebenarnya rupiah kita menguat di level Rp 9 ribu bukan karena fundamentalnya, melainkan banyak aliran dana masuk pada 2008-2012. Namun ketika ada tapering off, semua mata uang dari negara berkembang terdepresiasi," tandas Aviliani. (Fik/Nrm)

*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya