Harga minyak tanah di sejumlah pengecer di Palu, Sulawesi Tengah mulai 'mencekik' warga. Tidak tanggung-tanggung harganya hingga Rp 12 ribu per liter. Padahal, harga eceran tertinggi minyak tanah yang telah ditetapkan pemerintah di Sulteng, sebesar Rp 3.200 per liter.
Nurhayati warga Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, menyatakan mahalnya harga minyak tanah di tingkat pengecer karena harga dari pangkalan.
"Secara otomatis mereka (pengecer) menaikkan juga harga jualnya. Apa lagi minyak tanah terbilang langka kurun beberapa bulan terakhir," terang dia ditemui Liputan6.com di salah satu tempat pengeceran minyak tanah di Palu, Rabu (12/2/2014).
"Berapa pun pangkalan jual, pengecer pasti beli. Dan pengecer pasti menjualnya dengan harga yang lebih mahal lagi," tambah dia.
Meskipun harga minyak tanah terbilang sangat naik, warga mengaku tetap membelinya. "Mau tidak mau harus tetap dibeli. Mau masak pakai apa kita kalau tidak ada minyak tanah," ujar Yuli warga lainnya.
Menurut dia, meskipun pemerintah telah mengkonversi minyak tanah ke gas dan membagikan kompor bersama tabung gas secara gratis ke warga, namun masih banyak warga yang tidak menggunakannya serta masih memilih menggunakan minyak tanah.
"Mau pakai kompor gas kami takut. Soalnya, pemerintah tidak ada memberikan sosialisasi tentang penggunaanya dan hanya membagikan saja. Jadi meskipun mahal minyak tanah saya tetap beli," tegas Yuli. (Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Nurhayati warga Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, menyatakan mahalnya harga minyak tanah di tingkat pengecer karena harga dari pangkalan.
"Secara otomatis mereka (pengecer) menaikkan juga harga jualnya. Apa lagi minyak tanah terbilang langka kurun beberapa bulan terakhir," terang dia ditemui Liputan6.com di salah satu tempat pengeceran minyak tanah di Palu, Rabu (12/2/2014).
"Berapa pun pangkalan jual, pengecer pasti beli. Dan pengecer pasti menjualnya dengan harga yang lebih mahal lagi," tambah dia.
Meskipun harga minyak tanah terbilang sangat naik, warga mengaku tetap membelinya. "Mau tidak mau harus tetap dibeli. Mau masak pakai apa kita kalau tidak ada minyak tanah," ujar Yuli warga lainnya.
Menurut dia, meskipun pemerintah telah mengkonversi minyak tanah ke gas dan membagikan kompor bersama tabung gas secara gratis ke warga, namun masih banyak warga yang tidak menggunakannya serta masih memilih menggunakan minyak tanah.
"Mau pakai kompor gas kami takut. Soalnya, pemerintah tidak ada memberikan sosialisasi tentang penggunaanya dan hanya membagikan saja. Jadi meskipun mahal minyak tanah saya tetap beli," tegas Yuli. (Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com