Pengusaha Hotel Pasrah Subsidi Listrik Dicabut

Pengusaha hotel pasrah bila pemerintah mencabut subsidi listrik bagi industri perhotelan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Feb 2014, 15:05 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2014, 15:05 WIB
pemadaman-pln-140118b.jpg

Pencabutan subsidi listrik bagi golongan tertentu tak bisa lagi membuat pengusaha hotel berkutik. Akhirnya, para pebisnis ini memilih bersikap pasrah jika kebijakan pemerintah tersebut mulai membidik industri perhotelan.

Direktur Keuangan PT Dyandra Media International Tbk,  Budi Yanto Lusli mengungkapkan, pihaknya sangat siap untuk menghadapi kenyataan pahit bila pemerintah menghapus subsidi listrik bagi industri perhotelan.

"Harus siap, karena memang masyarakat atau industri tidak perlu disubsidi. Nanti malah keenakan, tidak ada subsidi kita semakin pintar," cetus dia di Hotel Amaris Pancoran, Jakarta, Jumat (14/2/2014).

Dia mengatakan, kenaikan tarif listrik secara bertahap pada Mei 2014 ini akan berdampak terhadap pembengkakan biaya operasional perseroan sebesar 10%. Dengan kondisi ini, memaksa perseroan untuk melakukan penyesuaian tarif kamar.

Tarif kamar rata-rata hotel Santika sebesar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per malam. Sedangkan untuk Amaris berkisar Rp 300 ribu-Rp 500 ribu per malam.

"Kenaikan tarif listrik tentu berpengaruh sekitar 10% ke biaya operasional. Akhirnya mengerek kenaikan rate room bervariasi untuk hotel Santika dan Amaris dengan rata-rata 10%," terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan Santika Indonesia Hotels & Resort, Johanes Widjaja mengakui, pihaknya mulai melakukan penghematan biaya operasional akibat kenaikan tarif listrik.

"Semua kamar kami ganti lampunya dengan yang hemat energi. Kalau untuk pemakaian AC demi kenyamanan tamu tidak dikurangi. Tapi mau tidak mau tetap harus mengikuti aturan pemerintah kalau subsidi listrik misalnya dicabut," ucapnya kepada Liputan6.com.

Menurut Johanes, kenaikan tarif listrik ikut mengerek kenaikan biaya operasional perseroan sekitar 9%. Dari utilitas penggunaan listrik 7% terhadap total biaya operasional, kini harus naik 2% karena penyesuaian tarif listrik.

"Dampaknya ke rate room. Tapi kami lihat sesuai tingkat hunian. Kalau lagi ramai, bisa saja kita naikkan, tapi jika okupansi lagi sepi, ya kami turunkan ke harga kompetitif. Lihat kompetitor juga lah," pungkas dia. (Fik/Ahm)


*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com

Baca juga:

Subsidi Dicabut, Tarif Listrik 4 Pelanggan Ini Berubah Tiap Bulan

Pengusaha Keberatan Tarif Listrik Naik Bertahap 8 Bulan

13,1 Juta Pelanggan Listrik Pra Bayar RI Terbesar di Dunia



POPULER

Berita Terkini Selengkapnya