Liputan6.com, Leicester - Ketika baru memulai musim ini, menjagokan Leicester City menjadi juara Liga Inggris mungkin merupakan lelucon. Maklum, Leicester musim lalu terbilang tim yang nyaris terdegradasi ke Divisi Championship, sebelum akhirnya mampu bangkit pada beberapa laga sebelum akhir musim.
Siapa yang menyangka Leicester akan menjadi juara musim ini. Bahkan, mungkin tidak pernah terbesit di kepala Manajer Leicester, Claudio Ranieri bahwa anak-anak asuhannya akan mengangkat trofi kompetisi kasta tertinggi di Negeri Ratu Elizabeth tersebut di akhir musim.
Baca Juga
- City Bertekad Buat Sejarah Baru di Kandang Real Madrid
- Ini yang Terjadi Ketika Messi Lawan Robot Raksasa
- Cerita Giggs dan Wanita-wanita Selingkuhannya
"Saya tidak pernah membayangkan (merebut juara) ketika baru tiba di sini. Saya orang yang pragmatis. Saya hanya ingin, tim menang di setiap laga dan pemain terus menunjukkan kemajuan di setiap pekan," ujar Ranieri, seperti dilansir situs resmi klub.
Sukses Leicester sebuah anomali di tengah persaingan klub-klub dengan dana berlimpah di Liga Inggris. Mereka mampu melawan hegemoni klub-klub besar seperti Manchester United, Chelsea, Arsenal, Manchester City, Liverpool, maupun Tottenham Hotspur.
Leicester termasuk tim dengan budget yang minim. Leicester hanya menghabiskan 12 juta pounds untuk belanja pemain. Bayangkan dengan MU, City, Chelsea, Liverpool, dan Tottenham yang menggelontorkan dana hingga bisa mencapai 100 juta pounds demi membeli pemain anyar.
Sejak berganti nama menjadi Premier League sejak musim 1990-1991, hanya Leeds United dan Blackburn Rovers yang mampu muncul menjadi juara, mengalahkan nama-nama klub besar lainnya. Itu terjadi pada 1992 kala Leeds juara dan 1994 ketika giliran Blackburn yang angkat trofi.
Advertisement
Leicester membuktikan diri mampu bersaing dengan klub-klub besar yang ditopang dana besar. Konsistensi klub berjuluk The Foxes tersebut terlihat sepanjang musim. Kemenangan-kemenangan penting dengan skor tipis berulangkali mereka raih.
Sukses Leicester musim ini juga tidak terlepas dari rusaknya stabilitas sang juara musim lalu, Chelsea. Bukan hanya itu, Manchester United juga masih belum bisa bangkit setelah ditinggal Sir Alex Ferguson pensiun. Â
Arsenal dan Manchester City yang seharusnya bisa memanfaatkan situasi tersebut malah tampil angin-anginan. Arsenal sempat meyakinkan hingga pertengahan musim, sebelum badai cedera dan inkonsistensi kembali menerpa mereka.
Sementara konsentrasi The Citizens terbelah, karena mereka masih aktif di sejumlah kompetisi musim ini. City sukses menjadi juara Piala Liga dan mampu lolos semifinal Liga Champions musim ini. Hal itu membuat fokus City tidak sepenuhnya di Liga Inggris.
Leicester yang tak lolos kompetisi Eropa, dan tersingkir lebih awal di Piala FA dan Piala Liga tentu bisa sepenuhnya fokus di Liga Inggris. Riyad Mahrez dan kawan-kawan menjaga konsistensi mereka, belajar untuk tidak terburu-buru, dan mengoptimalkan pemain-pemain yang bisa menjadi penentu.
Ini pertama kali sepanjang sejarah berdirinya klub, Leicester menjadi juara Liga Inggris. Pencapaian terbaik Leicester terjadi di musim 1928 / 29. Ketika itu, Leicester hanya mampu menempati posisi runner-up.
Jamie Vardy menjadi salah satu nama yang paling didengungkan oleh pendukung Leicester berkat penampilan gemilangnya musim ini. Di Liga Inggris musim ini, penyerang Timnas Inggris tersebut telah menjaringkan 22 gol dan berpotensi bertambah.
"Rasanya luar biasa. Saya tidak pernah merasakan hal seperti ini. Musim lalu kami harus berjuang untuk bertahan, namun Sabtu ini kami akan mengangkat trofi," ujar Vardy seperti dilansir The Sun.
Vardy menambahkan, keberhasilan Leicester tak lepas dari kerja keras seluruh pemain dan staf. "Ini raihan terbesar dalam sejarah klub dan kami beruntung bisa ambil bagian. Setiap menit kerja keras yang kami berikan di lapangan telah terbayar dengan hasil yang kami raih hari ini," beber Vardy.
Tentu kita beruntung menjadi saksi hidup sukses Leicester mengalahkan hegemoni klub-klub besar Inggris. Betapa senang bukan kepalang suporter-suporter The Foxes ikut menjadi bagian sukses dalam sejarah besar klub kesayangan mereka. Sukses yang tak bosan-bosannya akan diceritakan ke anak-cucu mereka bahwa sorakan, teriakan, dan tepuk tangan mereka yang mengantarkan Leicester juara.