Indonesia Open 2016: Sayonara Istora!

Ihsan Maulana yang menjadi tumpuan terakhir di Indonesia Open 2016 dikandaskan tunggal Malaysia, Lee Chong Wei di babak semifinal.

oleh Risa Kosasih diperbarui 06 Jun 2016, 12:10 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2016, 12:10 WIB
20160605-Raih Gelar Keenam, Lee Chong Wei Pecundangi Jan O Jorgensen-Jakarta
Tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei melakukan selebrasi usai menumbangkan Jan O Jorgensen (Denmark) di final BCA Indonesia Open 2016, Jakarta, Minggu (5/6/2016). Lee Chong Wei unggul 17-21, 21-19, 21-17. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Turnamen bergengsi BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016 baru saja berakhir, pada Minggu (5/6/2016) kemarin. Menawarkan total hadiah 900 ribu dolar AS, hadiah dibagi rata ke lima juara dari negara yang berbeda. Sayang, Indonesia tak kebagian, bahkan untuk naik podium sebagai finalis.

Baca Juga

  • Gagal ke Final Indonesia Open, Ihsan Maulana Malah Bersyukur
  • Indonesia Open: BWF Evaluasi Penggunaan Kamera Mata Elang
  • Lee Yong Dae Buka Baju, Penonton Wanita Histeris

Ihsan Maulana yang menjadi tumpuan terakhir tuan rumah dikandaskan Lee Chong Wei di babak semifinal, Sabtu (4/6/2016). Ihsan yang telat panas, dibekuk dengan skor 21-9, 21-18.

'Raja Badminton' Lee Chong Wei yang menjadi juara, menyamai rekor Taufik Hidayat dan Ardy Wiranata. Dua legenda bulutangkis tanah air ini menjadi kampiun sebanyak enam kali di rumah sendiri.

Dari nomor ganda putri, lompatan besar terjadi setelah wakil Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi menekuk ganda Tiongkok, Tang Yuanting/Yu Yang di partai final. Sejak bermain di Indonesia Terbuka, peringkat satu dunia itu memang belum pernah juara.

Sama dengan pencapaian yang dimiliki pebulu tangkis muda Taiwan Tai Tzu Ying yang menyabet gelar pertamanya di nomor tunggal putri. Peringkat sembilan dunia itu mengalahkan unggulan tiga Tiongkok Wang Yihan dua set langsung 21-17, 21-8.

Di sisi lain, Istora Senayan menjadi tempat favorit untuk beberapa pebulutangkis, yang mengakuinya sebagai rumah kedua mereka. Seperti halnya pasangan ganda putra asal Korea Selatan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong.

Titel juara yang diperoleh Lee Yong Dae kali ini menjadi yang ketiga setelah sukses pada 2012 dan 2014 di level Super Series Premier. Pada 2012, dia naik podium bersama rekannya Jung Jae-sung.

Meski tak memiliki wakil Indonesia di final, Istora bergemuruh karena sosok Yong Dae yang memilki wajah tampan seperti artis korea. Fans Yong Dae yang mayoritas perempuan tak hentinya meneriakkan nama sang pemain.

"Menang di Indonesia Open adalah suatu kebanggaan bagi kami. Sebetulnya bermain di hadapan suporter di sini membuat kami tegang. Tapi kami berhasil mengatasinya," tutur Yong Dae.

Dari seluruh juara-juara baru, hanya Xu Chen/Ma Jin yang sukses mempertahankan gelar juara tahun lalu. Di laga final, ganda campuran Tiongkok ini mengalahkan pasangan Korea Selatan Ko Sung Hyun/Kim Ha Na.

Berakhirnya rangkaian Indonesia Open meninggalkan catatan untuk Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sebagai tuan rumah penyelenggara. Diwarnai insiden kebocoran atap pada hari ketiga, turnamen bertitel Super Series Premier ini tetap mendapat pujian dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).
Atap Bocor
Tiga pertandingan tunggal putra harus ditunda akibat kebocoran atap Istora Senayan ketika hujan deras terjadi di luar venue. Salah satunya ketika pebulutangkis asal Tiongkok Lin Dan mengalahkan wakil Malaysia Zulfadli Zulkiffli.

"Kita semua tidak mengharapkan kejadian seperti itu. Kita sudah mengantisipasinya seperti tahun lalu. Dari tahun lalu berjaga-jaga di lapangan satu, ternyata yang lain luput," tutur Achmad Budiharto, Wakil Ketua Panitia turnamen, sekaligus Wakil Sekjen PBSI dalam jumpa pers, Minggu (5/6/2016) tadi malam.

Meski demikian, Thomas Lund selaku Sekretaris Umum BWF mengatakan pihaknya selalu puas pada atmosfer turnamen yang diadakan di Jakarta. Pasalnya, animo masyarakat untuk menonton bulutangkis cukup tinggi, apalagi tahun ini, meski tak memiliki wakil di laga final.

“Bukan hanya menawarkan hadiah terbesar, tetapi turnamen ini pun menawarkan keramahan luar biasa. Mereka terus berinovasi untuk menarik perhatian penonton. Dan turnamen ini akan tetap menjadi salah satu penyelenggaraan turnamen terbaik di dunia,” ujar Lund.

“Pecinta bulutangkis pun luar biasa, meskipun tidak ada wakil Indonesia yang masuk final. Penonton tetap hadir di Istora,” lanjutnya.

Demi menggelar Indonesia Open 2016, pihak penyelenggara menyiapkan anggaran hingga Rp 35 miliar untuk turnamen level tertinggi BWF ini. Pada tahun ini pula, total hadiah meningkat dari 800 ribu dolar AS menjadi 900 ribu dolar AS.

Tahun depan, dua perubahan besar akan terjadi. Pertama, BCA yang menjadi sponsor Indonesia Open 2017 menjanjikan kenaikan total hadiah.

“Tahun depan kami memang berencana akan kembali menjadi sponsor dan memang ada permintaan untuk meningkatkan total hadiah, kami akan membicarakan kembali mengenai total hadiahnya,” tutur Inge Setiawati selaku Corporate Secretary BCA.

Yang paling krusial adalah perpindahan lokasi penyelenggaraan turnamen dari Istora Senayan ke tempat lain. Hal ini dikonfrimasi oleh Achmad Budiharto, Wakil Ketua Panitia BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016.
Suporter di Istora
"Pada 2017 Istora belum bisa digunakan. Yang pasti Indonesia Open 2017 tidak akan keluar dari Jakarta. Dimana? yang pasti masih di sekitar Senayan," tutur Budi.

Lokasi baru telah disiapkan dan mendapat penilaian dari Direktur turnamen BWF, Darren Parks. Namun belum ada keputusan dari pihak BWF.

"Kemarin Darren sudah melihat dan belum kasih keputusan apakah sudah sesuai standar atau tidak. Namun kapasitasnya akan menjadi lebih kecil. Kita lagi mensiasati nantinya agar bisa menampung penonton," ujar Budi.

"Yang pasti di Senayan. Kita belum bisa mengumumkannya. Karena ada proses yang akan dilalui, akan diperiksa kelayakannya," tuturnya.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya