5 Alasan Real Madrid Takkan Juara La Liga Musim Ini

Real Madrid diprediksi bakal lebih mementingkan Liga Champions.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Agu 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2017, 20:00 WIB
Cristiano Ronaldo, Real Madrid
Cristiano Ronaldo melakukan sprint saat sesi latihan di Real Madrid sport city, (15/8/2017) (AFP/Javier Soriano)

Liputan6.com, Madrid - Real Madrid tampil gemilang selama pramusim 2017/2018. Tapi, Los Blancos justru diprediksi tak bisa mempertahankan gelar La Liga. Kenapa demikian?

Musim ini, peta persaingan di La Liga diprediksi akan panas. Sebab, Barcelona juga pastinya akan berusaha balas dendam atas kegagalan musim lalu.

El Barca bisa jadi pesaing serius. Sebagai contoh, ketika Los Galacticos memenangkan Liga Champions pada 2014, dan liga dimenangkan Atletico Madrid,  tidak ada yang memprediksi Barcelona bakal memenangkan treble di musim berikutnya. Hal inilah yang wajib diwaspadai oleh Real Madrid.



Ada lima alasan lain mengapa Real Madrid takkan pertahankan gelar La Liga-nya.

Berikut daftarnya dikutip Sportskeeda:

Terlalu Banyak Gelandang

Bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale (Reuters/Susana Vera)
Meski Zinedine Zidane telah berhasil membangun skuatnya dengan baik, tapi banyaknya gelandang malah membuatnya bingung. Bahkan pemain seperti Marcos Llorente dan Dani Ceballos tidak bisa menemukan tempat di bangku cadangan melawan Manchester United di final Piala Super Eropa.

Pada beberapa periode musim ini, para pemain mungkin merasa frustrasi karena tidak adanya peluang bermain dan justru bisa membuat ruang ganti tidak harmonis. Akhirnya keseimbangan di kubu mereka bisa hilang.

Andai Zidane bisa melakukan kebijakan rotasi, masalah lain bisa muncul. Sistem permainan bisa berubah-ubah dan mengakibatkan permainan yang tak konsisten.

Serangan Buruk

Gelandang Real Madrid, Gareth Bale (EPA/Raul Caro)
Meski ada banyak pemain di lini tengah, tapi tidak demikian dengan lini serang. Cristiano Ronaldo tetap satu-satunya penyerang yang konsisten dalam tim.

Sedangkan Gareth Bale dan Karim Benzema belum menjadi yang terbaik dan bahkan tak mencetak satu gol pun sejauh ini, meski bermain dalam tiga laga pramusim dan dua pertandingan resmi. Alvaro Morata mencetak 20 gol musim lalu, tapi sudah cabut ke Chelsea.

Tanggung jawab Marco Asensio untuk mencetak gol sejatinya telah meningkat. Namun, akan sangat naif bila mengandalkan Asensio seorang untuk mencetak gol.

Satu-satunya pemain depan lainnya adalah Borja Mayoral. Tapi pemain berusia 20 tahun itu belum pantas jadi tulang punggung. Faktanya adalah dia menjalani masa pinjaman yang buruk di Wolfsburg musim lalu dan akan berisiko mengandalkannya sebagai striker cadangan.

Sering Melorot di Tengah Musim

Striker Real Madrid Cristiano Ronaldo (kanan) (AFP/Filippo Monteforte)
Siapa pun yang mengikuti Madrid akan mengetahui kecenderungan melorot setelah liburan musim dingin. Pada musim 2014-15, di bawah Carlo Ancelotti, Los Blancos terbang tinggi pada paruh pertama musim.

Namun, kemerosotan setelah jeda membuat mereka kalah dalam segala hal dan mengakhiri musim tanpa satu trofi . Mantan bos Milan itu akhirnya dipecat dan digantikan eks juru taktik Liverpool, Rafa Benitez.

Masa jabatan pelatih asal Spanyol itu dimulai dengan baik. Tapi Madrid mengalami hal serupa setelah liburan musim dingin yang membuat dia dipecat di pertengahan musim.

Kemudian Rafa digantikan Zinedine Zidane. Musim berikutnya, Zidane juga menghadapi masalah serupa saat kalah dari Sevilla dan Celta Vigo dalam dua pertandingan berturut-turut, namun pada akhirnya sukses raih double winners.

Tapi pertanyaannya, apakah Zidane mampu mengulangi aksi heroik musim lalu seandainya terjadi kemerosotan seperti itu terjadi lagi? Tak ada yang bisa menjaminnya.

Terlalu Percaya Diri

Gelandang Real Madrid, Isco (AFP/Dimitar Dilkoff)
Ketika sebuah tim terlihat kuat dan bermain sebaik Real Madrid saat ini, mereka cenderung menyepelekan lawannya. Ini adalah sesuatu yang terjadi saat Carlo Ancelotti di Madrid.

Di era Ancelotti, Madrid adalah mesin yang secara brutal menghabisi lawannya. Los Blancos bahkan sempat menang 22 kali beruntun bersama Don Carlo sebelum semuanya menjadi kacau.

Dia memainkan sistem yang beresiko dengan tidak memiliki pemain bertahan di lini tengah dan harus membayarnya. Kala itu, rekor tak terkalahkan Madrid membuatnya tampak seperti tidak memerlukan pemain bertahan di di lini tengah.

Pada akhirnya Ancelotti kehilangan jabatannya. Zidane telah menciptakan tim yang sama kejam dan belum kalah dalam laga resmi setelah takluk pada El Clasico musim lalu di tangan Barca. Apakah Zidane akan bernasib sama?

Lebih Cinta Liga Champions

Gelandang Real Madrid Casemiro (AFP/Nikolay Doychinov)
Bagi kebanyakan klub, memenangkan liga adalah prioritas tertinggi. Namun, bagi Los Merengues, Liga Champions lebih utama. Fakta bahwa mereka memecat begitu banyak pelatih di masa lalu, meskipun memenangkan liga, merupakan bukti klaim tersebut.

Ketika Real Madrid memenangkan Liga Champions di bawah Carlo Ancelotti pada tahun 2014, banyak Madridistas sangat gembira dan benar-benar lupa fakta bahwa mereka buruk sekali di liga domestik. Sampai hari ini, para fans menyukai musim itu karena Madrid memenangkan Liga Champion kesepuluh yang didambakan.

Sebagai klub yang memenangkan liga musim lalu, rasa lapar mereka telah padam. Tapi kelaparan untuk Liga Champions selalu hadir untuk Bale dan kawan-kawan.

I. Eka Setiawan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya