Tidak Lagi Gugup, Liverpool Siap Duduki Takhta Liga Inggris

Liverpool berusaha mengakhiri paceklik gelar sejak 1989/1990.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 15 Apr 2019, 17:15 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2019, 17:15 WIB
Liverpool Vs Chelsea
Penyerang Liverpool, Mohamed Salah, melakukan selebrasi usai membobol gawang Chelsea pada laga Premier League di Stadion Anfield, Minggu (14/4). Liverpool menang 2-0 atas Chelsea. (AP/Rui Vieira)

Liputan6.com, Jakarta - Terlihat ada yang berbeda dari Liverpool pada musim ini. Klub Merseyside itu menunjukkan kesiapan menduduki takhta Inggris.

The Reds memperlihatkannya ketika menaklukkan Chelsea 2-0 di Anfield, Minggu (14/4/2019). Sadio Mane dan Mohamed Salah jadi pahlawan kemenangan tuan rumah.

Tambahan tiga poin pada laga ini mengembalikan Liverpool ke puncak klasemen sementara. Anak asuh Jurgen Klopp sempat digeser juara bertahan Manchester City yang menaklukkan Crystal Palace 3-1 di Selhurst Park beberapa jam sebelumnya.

The Reds memiliki 85 poin dari 34 pertandingan, unggul dua nilai atas The Citizens yang memiliki tabungan satu laga. Meski secara matematis tidak dalam posisi baik, mereka boleh optimistis bakal berjaya di akhir musim. 

Pasalnya, laga melawan Chelsea merupakan tes tersulit Liverpool di sisa kompetisi. Juara Inggris 18 kali itu selanjutnya tinggal menghadapi Cardiff City (tandang), Huddersfield Town (kandang), Newcastle United (tandang), dan Wolverhampton Wanderers (kandang).

Di atas kertas, rintangan Liverpool lebih mudah ketimbang Manchester City. Anak asuh Pep Guardiola mesti meladeni dua penghuni enam besar Tottenham Hotspur (kandang) dan Manchester United (tandang), sebelum meladeni Burnley (tandang), Leicester City (kandang), dan Brighton & Hove Albion (tandang).

Tidak Lagi Terpeleset

Steven Gerrard
Kapten Liverpool Steven Gerrard terpeleset sehingga striker Chelsea Demba Ba mencetak gol pada laga di Anfield, April 2014. Liverpool tumbang 0-2 dan gagal juara Liga Inggris. (AFP/Andrew Yates)

Namun, duel versus Chelsea memiliki makna lebih dalam bagi Liverpool. Di partai itulah mereka melewatkan kesempatan mengakhiri paceklik gelar liga lebih cepat.

Momen itu hadir pada 2013/2014. Seperti sekarang, Liverpool terlibat perburuan mahkota melawan Manchester City. Mereka dalam posisi kuat setelah tidak terkalahkan dalam 16 laga, 11 di antaranya merupakan kemenangan beruntun.

Sayang, The Reds terpeleset saat menjamu Chelsea di pekan ke-36, yang secara harafiah ditandai tergelincirnya kapten Steven Gerrard ketika hendak menerima umpan dari rekan. Demba Ba kemudian merebut bola dan membawa Chelsea unggul, sebelum Willian memastikan kemenangan tim tamu pada injury time babak kedua.

Insiden tersebut memperkuat reputasi Liverpool sebagai klub yang tidak punya mental juara. Pasalnya, The Reds juga pernah punya peluang mengangkat kembali trofi yang terakhir kali direbut pada 1989/1990.

Kesempatan besar lainnya hadir musim 2008/2009. Ketika itu, mereka kehilangan momentum setelah manajer Rafael Benitez meladeni perang urat syaraf melawan Sir Alex Ferguson yang menangani Manchester United.

Kini kredit patut ditujukan kepada Klopp karena bisa membawa Liverpool dalam posisi ideal. Dia sukses melindungi anak asuhnya dari tekanan dan memotivasi mereka untuk selalu mengeluarkan penampilan terbaik.

"Tantangan terbesar kami selalu datang dari luar. Kami mencoba fokus pada diri sendiri. Sekarang kami mencoba mengoleksi 97 angka di akhir musim. Jika itu cukup (untuk jadi juara), maka sempurna," kata Klopp, dilansir Guardian.

Tugas Manchester City

Raheem Sterling - Manchester City
Raheem Sterling mencetak dua gol saat Manchester City menang 3-1 atas Crystal Palace dalam lanjutan Liga Inggris di Selhurst Park, London, Minggu(14/4/2019). (Steven Paston/PA via AP)

Dengan Liverpool tidak menunjukkan tanda-tanda gugup, menjadi tugas Manchester City untuk menjawab tantangan . Satu-satu cara bagi The Citizens mempertahankan gelar adalah memenangkan seluruh pertandingan tersisa.

Guardiola sadar akan hal itu dan memiliki pengalaman menghadapi situasi ini. Barcelona yang ditanganinya dipaksa Real Madrid selalu tampil maksimal pada tiga musim periode 2009-2012.

Hasilnya adalah pertarungan sengit kedua klub dengan El Azulgrana memecahkan rekor koleksi poin tertinggi pada 2011/2012. Ketika itu Lionel Messi dan kawan-kawan mencapai tiga dijit.

Masalahnya, Manchester City bukanlah Barcelona. The Citizens justru punya reputasi kerap gagal, terbukti pada ketidakmampuan mempertahankan tiga titel Premier League (2011/2012, 2013/2014, 2017/2018) yang mereka miliki. Padahal Manchester City selalu diunggulkan bakal kembali bertakhta.

Namun, Guardiola yakin Kevin De Bruyne dan kawan-kawan siap menghapus mimpi buruk. Dia bicara usai melihat anak asuhnya menaklukkan Crystal Palace.

"Kami tahu harus menaklukkan seluruh lawan. Untungnya pemain menunjukkan keinginan untuk melakukannya," tegas sosok asal Spanyol tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya