Michel Platini, Legenda Sepak Bola yang Tergoda Harta

Michel Platini ditahan Satgas Antikorupsi Prancis (OCLCIFF), Selasa (18/6/2019) waktu setempat. Dia diduga terlibat korupsi untuk memenangkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 18 Jun 2019, 16:45 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2019, 16:45 WIB
img_platini-180711.jpg
Michel Platini ditangkap karena tuduhan korupsi pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022. (AFP/Patrick Kovarik)

Liputan6.com, Paris - Kejatuhan Michel Platini terus berlanjut. Legenda sepak bola Prancis tersebut ditangkap atas dugaan terlibat korupsi dalam pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

Michel Platini ditahan Satgas Antikorupsi Prancis (OCLCIFF), Selasa (18/6/2019) waktu setempat. Sosok berusia 63 tahun tersebut diduga memberi suara dengan imbalan dana sehingga Qatar menjadi penyelenggara pesta sepak bola tersebut pada Desember 2010.

Platini ketika itu menjadi salah satu anggota Komite Eksekutif FIFA yang menentukan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Dari jumlah itu, 10 di antaranya sudah terbukti bersalah dan diskors karena terlibat korupsi.

Salah satunya adalah Jack Warner. Dia menyatakan Qatar sudah 'membeli Piala Dunia'. Warner kemudian diberitakan menerima bayaran 1,2 juta dolar AS (sekitar Rp1,7 miliar) untuk memberikan suara kepada negara Timur Tengah itu.

Kini kasus ini menyeret Michel Platini. Dia pun terancam menjadi pejabat sepak bola pertama yang dipenjara karena korupsi di FIFA.

Legenda Sepak Bola

Michel Platini
Michel Platini.

Tercorengnya nama Platini sangat disayangkan mengingat kiprah sebelumnya. Dia menahbiskan diri sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa ketika masih bermain. Bersama Alain Giresse, Luis Fernandez, dan Jean Tigana, dia membentuk kuartet lini tengah di Timnas Prancis pada era 1980an.

Sosok kelahiran Joeuf ini kemudian membawa Les Bleus memenangkan Piala Eropa 1984, gelar pertama Timnas Prancis di pentas internasional. Platini juga menjadi sosok pertama yang memenangkan Ballon d'Or tiga tahun secara beruntun pada 1983, 1984, 1985.

Di level klub, Nama Platini mentereng bersama Juventus. Dia mempersembahkan tujuh gelar bagi La Vecchia Signora, salah satunya Piala Champions (cikal Liga Champions) tahun 1985.

Platini kemudian berpaling menjadi pelatih timnas. Dia mundur setelah Les Bleus terhenti di fase grup Piala Eropa 1992.

Berpaling ke Administrasi

Menggunakan reputasinya, Platini berpaling ke administrasi dan menahbiskan diri sebagai salah satu politisi hebat. Setelah jadi Ketua Panitia Piala Dunia 1998, dia masuk Komite Eksekutif UEFA pada 2002.

Jabatan Platini di UEFA dan FIFA terus meningkat sembari menjabat Wakil Presiden Asosiasi Sepak Bola Prancis. Sosok yang memulai karier sepak bola di Nancy tersebut kemudian menggunakan dukungan yang dimiliki untuk menjadi presiden UEFA. Dia mengalahkan Lennart Johansson yang sebelumnya berkuasa 16 tahun pada 2007.

Platini kemudian terus memperkuat posisi hingga menantang Sepp Blatter yang berkuasa 18 tahun pada pemilihan 2016. Namun, dia mundur dari pencalonan karena terseret kasus korupsi yang menimpa Blatter. Platini dilaporkan menerima uang 1,7 juta dolar AS atas perintah Blatter.

Keduanya kemudian terbukti melakukan pelanggaran etik dan dilarang terlibat dalam sepak bola hingga 2023, dengan sanksi Platini dipangkas dan berakhir tahun ini. Dalam pengasingannya, Platini mengungkapkan berbagai penyelewengan dalam sepak bola dunia, salah satunya pengaturan undian Piala Dunia 1998. Dia mengklaim tuan rumah dan juara bertahan Brasil dipastikan tidak akan bertemu hingga final jika keduanya memenangkan grup masing-masing.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya