Liputan6.com, Jakarta Cedera adalah musuh terbesar atlet, termasuk pesepak bola. Siapapun bisa mengalaminya. Tanpa penanganan yang tepat, cedera bakal mengantar atlet ke arah pensiun dini.Â
Namun di tengah kemajuan ilmu kedokteran, resiko ini bisa diminimalisir. Ditunjang dengan teknologi yang semakin canggih, atlet kini punya jalan keluar terhadap masalah klasik ini. Â
Advertisement
Baca Juga
Aspetar muncul sebagai solusi. Rumah sakit yang berada di Qatar ini, tidak hanya punya fasilitas yang lengkap dalam menangani cedera para atlet. Aspetar juga dihuni oleh tenaga-tenaga medis yang andal dan terlatih dalam menangani segala jenis cedera para atlet.
Seperti dilansir BBC, pasiennya bukan atlet sembarangan. Pemain Paris Saint Germain (PSG), Angel Di Maria, hingga bintang NBA Joel Embiid, pernah terbang jauh-jauh dari negaranya, Amerika Serikat demi mendapat pelayanan terbaik dari rumah sakit tersebut.Â
Manajer di Philadelphia 76ers, Brett Brown, sangat terkesan dengan hasilnya. "Ini sangat holistik, semuanya dirancang untuk kesehatannya: dari penilaian diet, hal-hal yang harus dilakukan dengan kakinya sesuai kepadatan tulang, dan terapi pijat dan rasa sakit yang sesuai harapan, pendidikan tentang kebiasaan tidurnya, pola tidurnya, dan lain-lain."
Selain Di Maria dan Brown, pelari maraton Mo Farah juga pernah jadi pasien di sini. Begitu juga dengan eks Manchester City, Yaya Toure, hingga petinju Inggris, Amir Khan.Â
Beragam cara ditempuh Aspetar untuk tetap jadi yang terdepan di bidangnya. Mulai dari peningkatan fasilitas hingga impor potongan tubuh manusia demi kebutuhan penelitian.
Â
Â
Bikin Atlet Tercengang
Aspetar terletak di ibu kota Qatar, Doha. Gedungnya sebenarnya tidak istimewa. Tidak seperti bangunan lain di sebelahnya yang berdiri megah dengan lampu-lampu gemerlap.Â
Desain Aspetar sama sekali tidak mencuri perhatian. Kehadiran rumah sakit yang berdiri 2007 itu tersembunyi di cakrawala Doha yang berhias deretan gedung pencakar langit. Â
Sekilas, Aspetar tampak seperti rumah sakit biasa pada umumnya. Namun ketika sudah beerada berada di dalamnya, perbedaan akan tampak lebih jelas. Aspetar merupakan ujung tombak dari pusat rehabilitasi penanganan terhadap cedera olahraga. Jika Nasa memiliki Mission Control Center di Houston, Texas, maka kesehatan olahraga dunia punya Aspetar.
Selama 12 tahun, Aspetar menjadi pemimpin di bidangnya. Dan mencapai untuk itu, Aspetar melakukan sejumlah terobosan lewat pemikiran terdepan mengenai mengenai sport science.Â
Peralatan juga super canggih. Aspetar punya peralatan lari statis anti gravitasi yang pertama kali dikembangkan oleh Nasa pada tahun 1990. Alat ini mampu menopang 90 persen berat tubuh atlet yang mengalami cedera engkel atau lutut saat berlari menjaga kebugarannya.Â
Di dalam Aspetar juga terdapat studio CGI yang mampu merekam secara 3D (Tiga Dimensi) gerakan pasien. Alat canggih ini tidak hanya penting untuk membaca potensi cedera bagi para atlet, tetapi juga sebagai data cadangan untuk perawatan pada masa mendatang.
Sebanyak 25 kamar di Aspetar memiliki saklar ketinggian yang mampu mensimulasi posisi antara 500 m hingga 4500 m di atas permukaan laut. Sistem ini dipakai untuk mengurangi konsentrasi Oksigen di udara. Biasanya baik dalam meningkatkan VO2 Max para attlet.
"Sebelum datang ke Aspetar, saya belum pernah berada di ruang di mana Anda mampu mengubah ketinggiannya," kata Di Maria menceritakan kecanggihan faslitas Aspetar.Â
Â
Advertisement
Kulkas Penuh Potongan Tubuh
Tidak hanya ditunjang oleh alat serba canggih, Aspetar juga ditopang berbagai pemikiran terdepan mengenai sport science. Mereka bahkan merancang sendiri sejumlah peralatan sesuai kebutuhan. Salah satunya adalah meja operasi yang kemudian diberi merek Aspetar.Â
Yang tidak kalah penting tentu saja dukungan kemampuan staf dan tenaga ahli di Aspetar. Dokter-dokter spesialis di rumah sakit ini berasal dari berbagai penjuru dunia.
Ahli-ahli bedahnya terampil dan selalu berlatih menyempurnakan sayatannya. Bahkan pada tahun 2016, Aspetar membuka Pusat Pelatihan Bedah Olahraga pertama di dunia.Â
Namun untuk mencapai standar ini, ahli-ahli bedah di Aspetar tidak lagi menggunakan spesimen replika. Mereka justru berlatih pada potongan tubuh manusia yang asli.Â
Itu sebabnya, tidak heran bila menemukan kulkas yang penuh dengan potongan tubuh manusia di Aspetar. Lewat kerjasama dengan enam kementerian, bagian tubuh yang terdiri dari bahu, lutut, pergelangan kaki, dan torso ini sengaja diimpor untuk kebutuhan medis.Â
Sumbernya dari berbagai negara, tapi sebagian besar berasal dari Amerika Serikat. Â
"Bahkan di Eropa, mereka tidak punya seperti ini. Semua yang dibutuhkan oleh atlet kelas atas ada di sini," kata Toure yang juga pernah menjadi pasien Rumah Sakit Aspetar.Â
Saksikan juga video menarik di bawah ini:
Â