Bola Ganjil: Total Football Hampir Binasa sebelum Menghipnotis Dunia

Simak kisah kontroversi yang hampir membuat Timnas Belanda gagal lolos Piala Dunia 1974.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 01 Agu 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2020, 15:00 WIB
Ballon d'Or
Johan Cruyff dan Timnas Belanda menghipnotis dunia di Piala Dunia 1974. (AFP/Staff)

Liputan6.com, Jakarta - Timnas Belanda menghipnotis dunia di Piala Dunia 1974 dengan total football. Nyatanya, De Oranje hampir gagal mengikuti turnamen di Jerman Barat.

Belanda saat itu bukanlah nama besar di sepak bola. Terakhir kali mereka lolos ke Piala Dunia terjadi pada 1938. Negeri Kincir Angin juga gagal tampil di empat edisi Piala Eropa yang sudah berlangsung.

Otomatis mereka tidak diunggulkan saat masuk Grup C kualifikasi Piala Dunia 1974 zona Eropa bersama Belgia, plus dua penggembira Norwegia dan Islandia. Belgia lebih difavoritkan karena menduduki peringkat tiga Piala Eropa 1972. 

Belanda dan Belgia pun bersaing hingga garis finis. Namun, kemenangan 9-0 atas Norwegia dan agregat 13-1 melawan Islandia membuat Belanda berada di atas angin saat menghadapi Belgia di laga pamungkas.

Unggul produktivitas gol +21 berbanding +10, mereka hanya butuh hasil imbang dengan Belgia wajib menang.

Saksikan Video Timnas Belanda Berikut Ini

Laga Penentu

ilustrasi Sepak Bola
ilustrasi Sepak Bola (Liputan6.com/Abdillah)

Pada partai penutup di Amsterdam, pelatih Belgia Raymond Goethals nyatanya menerapkan taktik bertahan meski membutuhkan hasil positif. Dia sadar permainan terbuka sama saja bunuh diri karena keunggulan lini depan Belanda.

Dengan strategi negatif, Belgia berharap membuat tuan rumah frustasi sembari mencari peluang mencuri gol. Pemikiran itu terwujud pada menit ke-89.

Pemain Belanda maju menerapkan perangkap offside menghadapi tendangan bebas kapten Belgia Paul van Himst. Kiper Belanda Piet Schrijvers gagal mengantisipasi sempurna dan Jan Verheyen menyontek bola untuk merobek gawang De Oranje.

Keputusan Kontroversial

ilustrasi Sepak Bola
ilustrasi Sepak Bola (Liputan6.com/Abdillah)

Namun hakim garis menganulir gol karena offside. Padahal tayangan ulang menunjukkan kegagalan Belanda menerapkan perangkap. Setidaknya ada tiga pemain Belanda yang berada di belakang saat Verheyen bergerak maju.

Skor 0-0 pun bertahan, sama seperti hasil duel pertama di Brussels. Pada akhirnya Belanda melaju ke turnamen utama. Belgia gagal lolos meski tidak kebobolan di enam pertandingan kualifikasi.

Meski dirugikan, Belgia tidak melakukan protes besar. Goethals justru mengklaim dua hasil tanpa gol melawan Belanda sebagai salah satu capaian terbesar dalam kariernya setelah melihat sepak terjang negara tetangga di Piala Dunia 1974.

Efek Domino

Johan Cruyff
Kiper Argentina, Daniel Carnevali, berusaha menangkap bola dari kaki pemain Belanda, Johan Cruyff, dalam laga Piala Dunia, 26 Juni 1974. (AFP)

Kehadiran Belanda di Piala Dunia 1974 menciptakan efek domino. Penampilan impresif pada turnamen itu mendorong generasi-generasi baru di Belanda untuk menekuni sepak bola.

Tanpa keberadaan Belanda, capaian Jerman Barat dengan menjuarai turnamen tidak akan mendapat apresiasi besar. Sementara Johan Cruyff jadi masuk daftar pemain hebat yang tidak pernah tampil di Piala Dunia, sama seperti George Best.

Namun, efek terbesar partisipasi Belanda di Piala Dunia 1974 adalah arah ke mana sepak bola melangkah. Kesuksesan Belanda menjadi inspirasi bagi pelaku cabang olahraga terpopuler di dunia ini untuk menerapkan pendekatan serupa.

Cruyff kemudian menerapkan total football di Barcelona, baik sebagai pemain dan pelatih. Murid-murid sang legenda lalu menerapkan strategi serupa dan bisa terlihat dari permainan Manchester City, Bayern Munchen, hingga Liverpool.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya