Liputan6.com, Jakarta Manchester United atau MU secara dramatis kalah lewat adu penalti dari Villarreal di final Liga Europa di Stadion Energa Gdansk, Kamis dini hari WIB (27/5/2021). Trofi yang diidam-idamkan klub Liga Inggris musim ini, lepas dari genggaman.
Villarreal menang 11-10 setelah memaksa MU bermain imbang 1-1 hingga tambahan waktu. Adu penalti pun berlangsung dramatis. Penentuan juara harus ditentukan lewat penendang terakhir setelah semua pemain kedua tim berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Baca Juga
Kiper Villareal Geronimo Rulli sukses menjaringkan bola. Sayang, saat David de Gea mendapat giliran bola sepaknnya berhasil diantisipasi Rulli.
Advertisement
Kekalahan MU ini bukan hanya pada soal kegagakan De Gea mengeksekusi penalti, tapi juga tentang sikap sang manajer Ole Gunnar Solskjaer dan pengambilan keputusannya.
Simak Video Menarik Berikut Ini
Kelelahan
Solskjaer membutuhkan 100 menit untuk melakukan pergantian pemain. Pelatih asal Norwegia ini diklaim terlalu bertumpu pada pemain andalannya.
Banyak yang mempertanyakan mengapa Solskjaer tidak segera mengubah alur permainan, terutama karena para pemainnya terlihat sangat lelah di babak tambahan waktu.
Advertisement
Perdebatan
Solskjaer tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mempertimbangkan menggantikan De Gea, yang tanpa penyelamatan dari 21 penalti terakhir yang dihadapinya, tidak termasuk adu penalti.
Sangat disayangkan bagi De Gea itu bisa menjadi penampilan terakhirnya untuk klub. Salah urus Solskjaer tentang situasi penjaga gawang berarti perdebatan akan berlanjut hingga musim panas. Dan, Dean Henderson sekarang memiliki momentum karena tidak terlibat dalam final karena tidak dipilih.
Gelar Terbanyak
Kekalahan ini juga membuat Man United mengakhiri musim tanpa trofi lagi. Situasi ini tentu saja bisa membahayakan posisi manajemen.
Di sisi lain, sukses Villarreal menjadikan Unai Emery jadi pelatih dengan gelar Liga Europa terbanyak, yakni empat kali dan melampaui catatan Giovanni Trapattoni.
Advertisement