Anggota IOC Afghanistan Minta AS Bantu Evakuasi Atlet-Atlet Putri dari Negaranya

Mantan kapten timnas wanita Afghanistan, Khalida Popal juga khawatir dengan kembalinya Taliban berkuasa di negaranya.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 19 Agu 2021, 20:15 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2021, 20:15 WIB
Patroli Pejuang Taliban di Kota Kabul
Pejuang Taliban berpatroli di sepanjang jalan di Kabul (17/8/2021). Taliban bergerak untuk segera memulai kembali ibu kota Afghanistan setelah pengambilalihan Kabul n dan menyuruh staf pemerintah untuk kembali bekerja. (AFP/Wakil Kohsar)

Liputan6.com, Jakarta Komite Olimpiade Internasional (IOC) Afghanistan mulai khawatir dengan nasib para atlet dan staf pelatih putri di negaranya menyusul keberhasilan Taliban mengambil alih kekuasaan. Kenangan kelam saat Taliban memerintah pada tahun 1996-2001 masih terus menghantui mereka hingga saat ini.

Saat itu, Taliban sangat membatasi ruang gerak wanita. Mereka dilarang bekerja dan sekolah. Wanita  wajib mengenakan burqa dan hanya boleh keluar bersama suami atau anggota keluarga laki-laki. 

Belum lama ini, Taliban kembali mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Dalam waktu singkat mereka berhasil menguasai sejumlah wilayah penting, termasuk ibu kota negara Kabul. 

Seperti dilansir dari berbagai media, Taliban berjanji untuk tidak mengutamakan kekerasan dalam menata pemerintahan baru. Sebaliknya, Taliban berjanji untuk membuka jalur dialog dengan pihak-pihak yang berseberangan. Selain itu, Tliban akan menghormati hak perempuan sesuai hukum Islam.

 


Masih Khawatir

Foto: Nadia Nadim, Pesepak Bola Cantik Asal Afghanistan yang Pernah Memperkuat Paris Saint-Germain
Nadia Nadim (dua kiri) lahir di Herat, Afghanistan pada 2 Januari 1988. Ayahnya, Rabani Nadim, merupakan seorang prajurit tentara Afghanistan. Pada saat Nadia Nadim berusia 11 tahun, ayahnya meninggal dunia setelah berperang melawan Taliban di Gurun Karbala. (Foto: AFP/Daniel Mihailescu)

Meski demikian, Samira Ashgari, mantan kapten tim basket putri Afghanistan meragukannya. Dia khawatir dengan nasib atlet-atlet perempuan dan staf pelatih yang masih tinggal di Afghanistan.

Dia pun berharap bantuan Amerika Serikat untuk menyelamatkan mereka dari cengkraman Taliban.

Asghari yang juga anggota IOC Afghanistan, meminta agar Amerika Serikat segera turun tangan. Dia berharap negeri Paman Sam bersedia mengevakuasi seluruh atlet dan staf pelatih putri dari negaranya. Menurut Asghari, Amerika Serikat harus segera bertindak sebelum semuanya terlambat. 

"Atlet putri Afghanistan, pelatih dan rombongannya membutuhkan bantuan Anda, kita harus mengeluarkan mereka dari tangan Taliban... Tolong lakukan sesuatu sebelum terlambat," cuit wanita berusia 27 tahun itu pada Rabu kemarin (18/8/2021). Dalam kicauan itu, dia menautkan akun federasi bola basket AS,  Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS dan duta besar AS untuk Afghanistan.

 

 


Hapus Identitas

Dilansir dari rte.ie, Asghari, yang telah memainkan beberapa peran dalam administrasi olahraga Afghanistan dan menjadi anggota IOC pertama di negaranya pada 2018, belum bersedia memberi penjelasan lebih jauh. Hanya saja, mantan kapten timnas wanita Afghanistan, Khalida Popal, sebelumnya juga telah menyerukan agar rekan-rekannya lebih berhati-hati di bawah rezim Taliban.

Lewat akun media sosialnya, Popal meminta rekan-rekannya untuk menghapus identitas mereka dengan menutup akun media sosial dan membakar perlengkapan yang dimiliki. Sementara sebelumnya, Komite Paralimpiade Afghanistan pada hari Senin lalu menyatakan bahwa dua atlet tidak akan dapat menghadiri Paralimpiade Tokyo, yang dimulai pada 24 Agustus 2021. Mereka tidak bisa bertolak ke Jepang akibat situasi yang sedang tidak menentu di negaranya pasca kembalinya Taliban. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya