Liputan6.com, Jakarta- Kasus pengaturan skor kembali menerpa Liga Bola Basket Indonesia (IBL). Setelah pada 2017, kini skandal pengaturan skor terjadi di musim 2021. Hukuman berat langsung dijatuhkan oleh IBL.
Kasus pengaturan skor di IBL 2021 melibatkan enam pemain. Lima dari klub Pacific Caesar Surabaya, yaitu Aga Siedartha, Arisanda, Gabriel Senduk, Yoseph Wijaya, dan Aziz Wardhana, serta satu pemain dari Bali United Basketball, Yerikho Tuasela.
Baca Juga
Keenam pemain ini langsung mendapat hukuman berat dari IBL. Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah mengatakan bahwa sesuai peraturan keenam pemain tersebut akan dijatuhi sanksi larangan bermain seumur hidup.
Advertisement
“Sesuai aturan IBL, jika terjadi hal seperti itu maka pemain mau terlibat langsung atau tidak, dia inisiator atau hanya ikut-ikutan, semua dinilai terlibat. Hingga mereka dikenai pasal yang sama, yakni larangan bermain seumur hidup di lingkup IBL dan denda Rp100 juta," kata Junas dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Rabu (29/12/2021)
Junas menjelaskan bahwa pihaknya baru membeberkan kasus tersebut kepada publik karena pengaturan skor merupakan isu sensitif. Akan tetapi, pengungkapan ini dinilai tetap diperlukan sebagai bagian dari efek jera bagi para pemain.
"Hal seperti ini pernah terjadi pada 2017 lalu, tetapi kami tidak diam. Begitu juga kali ini, kami buat tim, mendalami alurnya dan itu membutuhkan waktu. Kami ingin kompetisi ini berjalan dengan profesionalisme dengan dasar transparansi, jangan sampai meruntuhkan apa yang sedang kita bangun bersama,” jelas dia.n.
Diperiksa Seksama
Junas menambahkan bahwa pengaturan skor ini terbukti setelah tim melakukan pengecekan pada beberapa aspek, seperti statistik pemain dari setiap gimnya dibandingkan dengan musim sebelumnya, "play by play" dan kejanggalan yang ada.
Sementara itu, Ketua Badan Etik dan Hukum PP Perbasi Charles Bronson Siringoringo mengungkapkan bahwa pengaturan skor kali ini terjadi karena adanya permintaan dari pemain judi online.
“Apabila mereka bisa memenuhi target misalnya “pesanannya” kalah 10 bola maka mereka dapat uang dari para pemesan judi online. Jadi ini murni pesanan dari para pemain judi online, tidak ada arah klub tertentu yang memesan untuk mengalah. Ini murni pesanan perorangan dari pemain judi,” kata Charles.
Advertisement
Kronologi
Perwakilan Pasific Caesar Irsan Pribadi mengatakan bahwa pihaknya sudah mulai menaruh kecurigaan terhadap beberapa pemain sejak awal musim. Ia menyebut sekiranya ada lima sampai enam gim yang “dimainkan”.
Irsan mengatakan bahwa berdasarkan pengakuan dari para pemain, masalah keuangan menjadi motif mereka melakukan pengaturan skor.
“Selama pertandingan reguler di bubble, kami koordinasi rutin hingga mendapatkan bukti yang cukup dan pengakuan dari semua pemain. Kami mempertegas bahwa pemain bertindak atas inisiatif mereka, tidak ada manajemen, staf maupun pemain lain yang terlibat dalam match-fixing ini. Ini murni untuk kepentingan individu terutama alasan finansial,” tutur Irsa