Liputan6.com, Jakarta - Willem Hesselink tahu bagaimana caranya memaksimalkan hidup. Selama 95 tahun, dia menjalankan berbagai peran mulai dari peneliti anggur, filsuf, pionir penyelidikan forensik, juara tarik tambang, pemegang rekor lompat jauh, pencetak gol bagi tim nasional Belanda di kandang, presiden, pelatih, dan Bayern Munchen pada saat bersamaan.
Sejak kecil Hesselink sudah menunjukkan keinginan untuk melakukan segalanya. Saat berusia 12 tahun pada 1890, dia menjadi salah satu pendiri Vitesse Arnhem.
Hesselink lalu berkembang menjadi pemain berbakat. Reputasi tendangan keras Hesselink beredar seantero Negeri Tulip.
Advertisement
Sejarah resmi Vitesse menulis kiper lawan harus menerima risiko cedera pergelangan tangan jika mencoba menghentikan tendangannya. Bahkan muncul rumor terkaparnya penjaga gawang asal Inggris yang menderita luka fatal karena tendangan Hesselink mengenai dadanya.
Isu tersebut tidak terbukti kebenarannya. Namun, julukan Sang Meriam bagi Hesselink sudah melekat.
Hesselink juga meraih prestasi di cabang lain. Dia menjadi juara Belanda pada nomor lompat jauh dan lari 1.500 meter. Jarak lompatannya menjadi rekor hingga 1910. Bersama rekan-rekannya di Vitesse, Hesellink turut merajai tarik tambang yang pada masa itu menjadi cabang olahraga Olimpiade.
Â
Pimpin Bayern Munchen
Pada 1902, Hesselink menjajal petualangan baru. Dia melanjutkan sekolah ke Universitas Ludwig Maximilians di Munich. Hesselink pun mencari klub lokal yang bisa diperkuatnya.
Kebetulan, ada satu perkumpulan muda yang butuh kepemimpinan. Hesselink, di titik ini berusia 24 tahun, menyambut tugas tersebut.
Bayern Munchen muncul sebagai klub setelah memisahkan diri dari perkumpulan senam MTV 1879. Sebanyak 11 indovidu meninggalkan MTV 1879 karena dilarang mengikuti kompetisi di selatan Jerman.
Kehadiran Hesselink meningkatkan reputasi Bayern. Dia menjadi pemain impor pertama klub. Jejaknya diikuti ratusan nama lain, mulai Brian Laudrup hingga Robert Lewandowski.
Pengaruh Hesselink di Bayern semakin besar, bukan saja karena ketajamannya di lini depan tim yang berbuah kemenangan. Setahun setelah bergabung, dia ditunjuk sebagai pelatih menangani tim muda klub.
Pada waktu nyaris bersamaan, Franz John selaku tokoh utama pemberontakan terhadap klub senam dan presiden pertama Bayern, memilih pulang ke kampung halaman untuk mendirikan studio foto. Hanya ada satu sosok yang dinilai layak menggantikannya.Â
Peran pelatih dan presiden klub pada saat itu memang jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Namun, hingga kini Hesselink masih menjadi satu dari dua orang yang pernah menjalankan tiga peran itu di Bayern. Sosok lainnya adalah Franz Beckenbauer.
Selama Hesselink berada di klub, Bayern menjadi juara regional tiga tahun secara beruntun, dalam kompetisi yang juga diikuti perwakilan asal Nurnberg dan Augsburg. Dia juga memimpin klub saat bersatu dengan Munchner Sport Club, manuver yang membuat Bayern mengadopsi merah sebagai warna kebesaran.
Selain itu, Hesselink melakoni debut di timnas pada laga internasional resmi kedua Belanda pada Mei 1905, Partai itu juga jadi yang pertama di kandang sendiri. Dia membuka kemenangan 4-0 atas Belgia dalam duel di Rotterdam.
Â
Advertisement
Fokus ke Pendidikan
Meski bersinar di olahraga, pendidikan menjadi lebih penting bagi Hesselink. Pada 1904, dia mendapat gelar S3 atas disertasi terhadap anggur di kawasan Douro, Portugal. Hesselink kemudian menambah gelar doktor dalam bidang filsafat.
Ketertarikannya terhadap kimia pangan lalu berubah setelah menikahi Berta Guttler di Frankfurt setahun kemudian. Di kota itul dia mengenal karya Georg Popp, ilmuwan lokal yang ditahbiskan sebagai orang pertama yang menemukan pelaku kejahatan menggunakan ilmu forensik.
Hesselink meninggalkan Munich pada Januari 1906. Dia pulang ke Belanda untuk mendirikan laboratorium forensik. Hesselink membangun reputasi sebagai ahli dalam analisa darah dan sidik jari dalam penyelesaian kasus kriminal, sehingga rutin dipanggil menjadi saksi di persidangan.
Di luar aktivitas itu, cintanya terhadap sepak bola ternyata tidak pudar. Hesselink kembali bergabung dengan Vitesse. Dia kemudian menjadi pelatih, bendahara, dan presiden klub.
Hesselink meninggal dunia pada Desember 1973. Selama hidup 95 tahun, dia sudah menggoreskan namanya pada sejarah panjang sepak bola Eropa.