Subhan Aksa mendapatkan banyak kesulitan ketika tampil di hari pertama Reli Inggris yang berlangsung, Kamis (14/11/2013). Ini bisa terlihat dari hasil yang didapatkannya.Dari tiga SS (special stages) awal, untuk sementara ia menempati peringkat 11 kelas WRC2 dan urutan 26 overall dari total 56 starter seri terakhir FIA 2013 World Rally Championship (WRC) itu.
Sejak pertengahan SS1 di Gwydyr, punggawa Bosowa Fastron Rally Team (BFRT) itu sudah merasakan sesuatu yang tak normal pada mesin mobil R5-nya. RPM mobil selalu tinggi melampaui batas standar, sementara kondisi lintasan sangat basah dan licin. Sayangnya, sama sekali tak ada kesempatan membenahinya karena jadwal servis ditentukan seusai SS3.
Kondisi demikian menyebabkannya kesulitan bermanuver di tikungan, apalagi di malam hari. Laju mobil sangat mudah terpelintir. Ubang dan navigator Luca Arena (Italia) pun sepakat meredam kecepatan agar laju mobil tak terlampau liar di tikungan dan berisiko kecelakaan.
“Masalah itu baru bisa ditangani seusai SS3. Semoga saja tak ada lagi hambatan teknis agar bisa mengejar ketertinggalan pada sesi berikutnya,” kata Subhan sekembaliya hampir tengah malam ke service park di daerah Deeside, Wales pukul 23:30 seperti rilis yang diterima Liputan6.com, Jumat (15/11/2013).
Dia kini tertinggal 1 menit 41,5 detik dari Elfyn Evans, pereli tuan rumah yang sementara memimpin kelas WRC 2. Ia sadar upaya pengejaran akan sangat berat. Tantangannya tak cuma saat pertarungan di dalam lintasan SS, tapi juga untuk ‘melawan’ ketentuan servis yang diterapkan panitia penyelenggara.
Pada sesi Jumat (15/11/2013,) yang melombakan SS 4 sampai 9, misalnya, lokasi servis dipindahkan ke Kota Newton yang jaraknya 178 km dari Deeside. Statusnya Remote Service, karena itu alokasi waktu perbaikan pun hanya dijatah 15 menit.
“Tantangan yang sangat besar. Dua hal harus diperjuangkan dalam waktu bersamaan. Di satu sisi mengejar ketertinggalan dan sisi satunya adalah menjaga laju mobil agar tak beresiko mengalami kerusakan parah,” tandasnya.
Perihal sistem servis ini, Wales Rally Great Britain memang dikenal unik dan kejam sehingga dapat julukan Rally of Legends. Ini ajang reli yang ‘memanjakan’ para mekanik dan saat bersamaan ‘menyiksa’ pereli agar tak sembrono memperlakukan pacuannya.
Jika sesi Jumat hanya 15 menit untuk perbaikan (tanpa peduli tingkat kerusakannya), maka sesi Sabtu dan hari terakhir Minggu (17/11/2013) lebih kejam lagi. Jadwal servis Sabtu dikembalikan ke Deeside dan hanya dibuka usai finish SS 16.
Artinya, jika terjadi kerusakan sepanjang SS 10 ke 16, peserta bersangkutan harus mampu menanganinya sendiri. Dan, sepanjang Minggu yang melombakan 6 SS terakhir pun tak ada jadwal servis.
“Mekanismenya memang begitu. Dalam kondisi tertentu pereli juga harus siap dan mampu jadi montir buat pacuannya. Buat peserta yang tengah mengejar ketertinggalan seperti kami ini, memang dilematis," tuturnya. (Def)
Sejak pertengahan SS1 di Gwydyr, punggawa Bosowa Fastron Rally Team (BFRT) itu sudah merasakan sesuatu yang tak normal pada mesin mobil R5-nya. RPM mobil selalu tinggi melampaui batas standar, sementara kondisi lintasan sangat basah dan licin. Sayangnya, sama sekali tak ada kesempatan membenahinya karena jadwal servis ditentukan seusai SS3.
Kondisi demikian menyebabkannya kesulitan bermanuver di tikungan, apalagi di malam hari. Laju mobil sangat mudah terpelintir. Ubang dan navigator Luca Arena (Italia) pun sepakat meredam kecepatan agar laju mobil tak terlampau liar di tikungan dan berisiko kecelakaan.
“Masalah itu baru bisa ditangani seusai SS3. Semoga saja tak ada lagi hambatan teknis agar bisa mengejar ketertinggalan pada sesi berikutnya,” kata Subhan sekembaliya hampir tengah malam ke service park di daerah Deeside, Wales pukul 23:30 seperti rilis yang diterima Liputan6.com, Jumat (15/11/2013).
Dia kini tertinggal 1 menit 41,5 detik dari Elfyn Evans, pereli tuan rumah yang sementara memimpin kelas WRC 2. Ia sadar upaya pengejaran akan sangat berat. Tantangannya tak cuma saat pertarungan di dalam lintasan SS, tapi juga untuk ‘melawan’ ketentuan servis yang diterapkan panitia penyelenggara.
Pada sesi Jumat (15/11/2013,) yang melombakan SS 4 sampai 9, misalnya, lokasi servis dipindahkan ke Kota Newton yang jaraknya 178 km dari Deeside. Statusnya Remote Service, karena itu alokasi waktu perbaikan pun hanya dijatah 15 menit.
“Tantangan yang sangat besar. Dua hal harus diperjuangkan dalam waktu bersamaan. Di satu sisi mengejar ketertinggalan dan sisi satunya adalah menjaga laju mobil agar tak beresiko mengalami kerusakan parah,” tandasnya.
Perihal sistem servis ini, Wales Rally Great Britain memang dikenal unik dan kejam sehingga dapat julukan Rally of Legends. Ini ajang reli yang ‘memanjakan’ para mekanik dan saat bersamaan ‘menyiksa’ pereli agar tak sembrono memperlakukan pacuannya.
Jika sesi Jumat hanya 15 menit untuk perbaikan (tanpa peduli tingkat kerusakannya), maka sesi Sabtu dan hari terakhir Minggu (17/11/2013) lebih kejam lagi. Jadwal servis Sabtu dikembalikan ke Deeside dan hanya dibuka usai finish SS 16.
Artinya, jika terjadi kerusakan sepanjang SS 10 ke 16, peserta bersangkutan harus mampu menanganinya sendiri. Dan, sepanjang Minggu yang melombakan 6 SS terakhir pun tak ada jadwal servis.
“Mekanismenya memang begitu. Dalam kondisi tertentu pereli juga harus siap dan mampu jadi montir buat pacuannya. Buat peserta yang tengah mengejar ketertinggalan seperti kami ini, memang dilematis," tuturnya. (Def)