Studi Menunjukkan Orang Berusia Lanjut Lebih Sering Sebar Hoaks

Namun penelitian terbaru menunjukkan perubahan sosial dan kurangnya literasi membuat orang berusia lanjut lebih berisiko menyebarkan hoaks.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 10 Agu 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2020, 09:30 WIB
Ilustrasi hoax
Ilustrasi hoaks (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Berita palsu atau hoaks telah muncul jauh sebelum pandemi virus corona covid-19 ada. Namun saat ini peredaran hoaks justru semakin banyak.

Penelitian terbaru, dari Daniel Schacterm profesor psikologi dari Harvard University dan Nadia Brashier, peneliti pascadoktoral di bidang psikologi Harvard University dilansir LA Times menunjukkan orang berusia lanjut lebih sering menyebarkan hoaks ketimbang berita yang sesungguhnya.

Di AS pada tahun 2016, saat kampanye presiden, pengguna Facebook berusia 65 tahun ke atas tujuh kali lebih banyak menyebarkan berita hoaks daripada orang berusia lebih muda.

Dan kecendrungan tersebut masih terjadi di pandemi covid-19 saat ini. Padahal hal tersebut sangat berisiko mengingat usia lanjut sangat rentan terinfeksi virus corona covid-19.

Ilmuwan dan jurnalis sempat berspekulasi bahwa orang berusia lanjut sering menyebarkan informasi salah karena penurunan kognitif. Namun penelitian terbaru menunjukkan perubahan sosial dan kurangnya literasi membuat orang berusia lanjut lebih berisiko menyebarkan hoaks.

 

Faktor Penyebab

banner Hoax
banner Hoax (Liputan6.com/Abdillah)

Orang berusia lanjut masih dalam penelitian ini kerap menyebarkan informasi palsu karena ingin menghibur audiens mereka ketimbang akurasi menyampaikan informasi. Selain itu pengguna usia lanjut juga percaya bahwa informasi yang beredar di sekitar mereka dari keluarga atau teman dekat tak mungkin palsu sehingga mereka menyebarkannya lagi ke orang lain.

Kombinasi kedua faktor itu membuat menyebarnya hoaks semakin meluas. Apalagi pada orang berusia lanjut yang baru mengenal internet.

Penelitian ini juga menunjukkan pengguna media sosial dengan usia lebih lanjut tidak punya cukup pengalaman untuk menghadapi judul yang clickbait atau sensasional. Sehingga mereka gagal menemukan berita atau gambar tersebut sudah dimanipulasi.

Di sisi lain penelitian itu mengungkapkan ada beberapa cara bagi orang berusia lebih lanjut untuk menghindari hoaks. Seperti bersikap skeptis pada informasi yang masuk, meski dari orang terpercaya.

Selain itu mereka juga bisa mengambil pelatihan untuk mengevaluasi berita dan dasar bermedia sosial. Tetapi satu hal sebelum melakukan hal tersebut, para pengguna media sosial berusia lanjut harus menyadari bahwa mereka bahwa ada masalah serius terkait penyebaran berita palsu.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya